0 com
Menggali Khasanah
Budaya melalui Pengalaman di Rantauan
Oleh : Ahmad Abdul
Rohman Mutholip dan Anggalih Bayu Muh Kamim
Judul : Hadiah dari Rantau ( Kumpulan
Cerpen )
Penulis : Ismet Fanany
Penerbit : Angkasa, Bandung
Tebal : 176 hlm.
Edisi : Cetakan Pertama Tahun 2000
Ismet Fanany,
ahli bahasa jebolan Cornell University ini adalah salah satu penulis yang
produktif. Aktif sebagai cerpenis dan kolumnis berbagai surat kabar, menandakan
bahwa tak perlu dipertanyakan lagi kehandalannya dalam menulis. Buktinya pada
tahun 1996 dan 1997 terpilih sebagai cerpenis terbaik harian KOMPAS. Bersama
istrinya Rebecca Fanany, menulis buku The
Wisdom of Malay Proverbs .
Salah satu
karyanya yang patut dipuji adalah kumpulan cerpen dengan judul “Hadiah dari
Rantau”. Merupakan kumpulan cerpen pertamanya yang berisi 17 cerpen karyanya
selama mengajar di Australia dan Amerika Serikat. Sebagai penulis asli Tanah
Minang, ia berhasil memadukan bagaimana determinasi antara kebudayaan
Minangkabau dan Kebudayaaan Barat yang dibalut dengan romantika dan kisah yang
penuh pelajaran hidup.
Cerita yang
digambarkan sesuai dengan realita yang terjadi dalam kehidupan di tanah airnya,
membuktikan kepiawaiannya sebagai ahli
bahasa sekaligus pengamat budaya. Dengan gaya bahasa yang menarik, variatif dan
mengganggkat berbagai isu-isu sosial yang terjadi dengan kemasan intelektual
menyebabkan karyanya ini pantas untuk diapresiasi.
Dengan banyak
pengalamannya sebagai pengajar di Australia dan Amerika Serikat, penulis sangat
handal memahami budaya barat dan bahkan dibandingkannya dengan nilai-nilai adat
Ranah Minang. Contohnya adalah dalam cerpen “ Hadiah dari Rantau “ yang
bercerita tentang kisah seorang wanita Minang yang harus memikul beban sebagai kepala keluarga, namun malah dikhianati
suaminya dengan selingkuh dengan wanita lain. Berbagai cerita yang diangkat
juga menggambarkan berbagai sikap manusia dan perubahan hidup yang dialami
seorang insan.
Dengan
kelihaiannya penulis berani mengkritik berbagai tindakan buruk bangsanya dengan
dikemas dengan alur cerita yang apik sehingga menghibur dan memancing penasaran
untuk segera membacanya. Dalam cerpen “ Matematika Modern “ dikisahkan Indra
seorang pejabat universitas yang terpaksa melaksanakan praktek kolusi karena
tekanan dari Dekan Universitas. Juga dalam cerpen “ Telanjang Bulat “
dikisahkan seorang kepala desa yang korup yang selalu mendapat peringatan Tuhan
lewat mimpinya, namun tak segera bertaubat karena pengaruh Ketua LKMD. Penulis
juga berani mengkritik buruknya birokrasi negerinya, dalam cerpen “ SIM “ yang
mengisahkan Zainal, seorang Dekan yang mendapat pelajaran hidup dari proses
pembuatan SIM.
Tema cerita yang
diangkat sangat familiar dan dapat dijadikan pembelajaran bagi pembacanya.
Perselingkuhan dan praktek KKN itulah tema yang ingin dibahas penulis sebagai sumber cerita sekaligus renungan bagi pembaca
kumpulan cerpen ini. Namun amat disayangkan karena penulis tidak memberikan penjelasan
lebih banyak mengenai beragam kosa kata asing dan yang jarang dipakai sehingga
pembaca merasa perlu memaknainya lebih
lanjut. Contohnya dalam cerpen “ Wattle-ku Sayang “ digunakan berbagai
pemaknaan mengenai arti kata ‘ Wattle ‘
yang memancing terjadinya konflik dalam cerita.
Terlepas dari
kekurangan “ Hadiah dari Rantau “ sangat layak diapresiasi. Pesan moral dan kritik sosial dalam cerpen-cerpennya layak
untuk menjadi bahan renungan bersama.
Kehadiran Ismet Fanany dalam kumpulan cerpen pertamanya ini akan menambah
daftar penulis handal asli Ranah Minang.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
14.21
Langganan:
Postingan (Atom)