6 TOKOH NEGARAWAN PALING TERKENAL
1.MAO ZEDONG
Mao Zedong (Hanzi: 毛澤東) (lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – meninggal di Beijing, 9 September 1976 pada umur 82 tahun), adalah seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Cina. Ia adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah modern Cina.
Mao membedakan dua jenis konflik;
konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis
menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja
sedangkan konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi.
Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis
adalah sebuah konflik antagonis sedangkan konflik antara rakyat Cina
dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
Pada tahun 1956
Mao memperkenalkan sebuah kebijakan politik baru di mana kaum
intelektual boleh mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis
terhadap Partai yang menekannya karena ingin menghindari penindasan
kejam disertai dengan motto: “Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya
kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan
banyak mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah
dikhianati oleh mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota
kaum intelektual ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah
pedesaan.
Mao percaya akan sebuah revolusi
yang kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti
menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia
memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya
dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang
paling dramatis dan mengenaskan hati ialah peristiwa Revolusi Kebudayaan yang terjadi pada tahun 1966. Pada tahun 1960an para mahasiswa di seluruh dunia memang pada senang-senangnya memberontak terhadap apa yang mereka anggap The Establishment atau kaum yang memerintah. Begitu pula di Cina. Bedanya di Cina mereka didukung oleh para dosen-dosen mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao sendiri. Para mahasiswa dan dosen mendirikan apa yang disebut Garda Merah, yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali dengan Buku Merah Mao, mereka menyerang antek-antek kapitalisme
dan pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya.
Sebagai contoh fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di
jalan raya apabila lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa
warna merah, yang merupakan simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan
sesuatu yang berhenti. Maka para anggota Garda Merah ini pada tahun 1966
sangat membabi buta dalam memberantas kaum kontra revolusioner sehingga
negara Cina dalam keadaan amat genting dan hampir hancur; ekonominyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan Tentara Pembebasan Rakyat untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme mereka. Hasilnya adalah perang saudara yang baru berakhir pada tahun 1968.
2.KIM ILL-SUNG
Kim Il-sung (lahir 15 April 1912 – meninggal 8 Juli 1994 pada umur 82 tahun) adalah seorang politikus berhaluan komunis dari Korea yang memimpin Korea Utara sejak 1948 hingga hari kematiannya. Ia menjabat sebagai perdana menteri pada tahun 1948-1972 dan presiden pada tahun 1972-1994, tetapi posisinya yang paling berpengaruh adalah Sekretaris Jenderal Partai Buruh Korea. Dalam konteks pemujaan kepribadian, Kim secara resmi disebut sebagai Pemimpin Besar dan menurut Konstitusi Korea Utara, ia adalah Presiden Abadi negara tersebut. Hari ulang tahunnya merupakan salah satu hari libur di Korea Utara.
3.GEORGE WASHINGTON
George Washington (lahir di Westmoreland County, Colony and Dominion of Virginia, Amerika Utara Britania, 22 Februari 1732 – meninggal di Mount Vernon, Virginia, Amerika Serikat, 14 Desember 1799 pada umur 67 tahun) adalah Presiden Amerika Serikat
(1789–1797) yang pertama. Pada usia 11 tahun ayahnya meninggal dunia.
George Washington mula mula bekerja sebagai mantri ukur, ia lalu masuk
tentara pada usia 21 tahun, dan diangkat menjadi Letnan Kolonel saat
mengikuti wajib militer oleh Gubernur negara bagian Virginia. Menikah
tahun 1759 dengan Martha Dandridge Custis Washington,
George Washington mengurus perkebunannya yang luas di Virginia dan
menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Virginia, hingga Revolusi
Amerika pecah. George Washington merupakan anggota perkumpulan rahasia Freemasonry[1].
Ketika berumur 33 tahun, ia memilih untuk memihak rakyat negara
bagian Virginia yang memberontak melawan orang-orang Inggris yang
mengeluarkan undang - undang yang tidak adil menurut perdapat rakyat
Virginia. Ia pun bertugas memimpin tentara Virginia. Pada tahun 1775 ia diangkat menjadi Panglima Tertinggi oleh Kongres Kontinental, yaitu Kongres ke-13 daerah jajahan Kerajaan Inggris[2].
Pada tahun 1776
Revolusi Kemerdekaan Amerika pecah dan Kongres Kontinental mengeluarkan
Deklarasi Kemerdekaan dan memisahkan diri dari Kerajaan Inggris.
Kepemimpinan George Washington berkontribusi banyak dalam keberhasilan
daerah-daerah jajahan di Amerika memperjuangkan kemerdekaannya. Pada
tahun 1783 Inggris mengakui kemerdekaan Amerika Serikat, George Washington keluar dari tentara. Empat tahun kemudian pada 1787 ia menjadi Ketua Konvensi Konstitusional[3].
Pada tahun 1789 setelah Konstitusi disahkan, ia dipilih dengan suara
bulat menjadi Presiden Amerika yang pertama. Ia menjalankan dua masa
jabatan dari tahun 1789 hingga tahun 1797, didampingi oleh John Adams
sebagai wakil presiden. Dalam pidato perpisahannya pada tahun 1797, ia
menyerukan kepada rakyat Amerika Serikat agar meninggalkan rasa
kepartaian dan rasa kedaerahan yang berlebih-lebihan[4].
Pada tahun 1799,
George Washington meninggal dunia dalam usia 67 tahun di Mount Vernon,
setelah tiga tahun meletakkan jabatannya sebagai presiden. Ia tidak
memiliki keturunan, hanya seorang anak angka
4.AYATOLLAH AL-KHOMENIE
Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini (lahir di Khomein, Provinsi Markazi, 24 September 1902 – meninggal di Tehran, Iran, 3 Juni 1989 pada umur 86 tahun) ialah tokoh Revolusi Iran dan merupakan Pemimpin Agung Iran pertama. Lahir di Khomeyn, Iran. Ia belajar teologi di Arak dan kemudian di kota suci Qom, di mana ia mengambil tempat tinggal permanen dan mulai membangun dasar politik untuk melawan keluarga kerajaan Iran, khususnya Shah Mohammed Reza Pahlavi. Uji utama pertamanya – dan rasa politik pertama yang sesungguhnya – tiba pada 1962 saat pemerintahan Shah berhasil mendapatkan RUU yang mencurahkan beberapa kekuasaan pada dewan provinsi dan kota. Sejumlah pengikut Islam keberatan pada perwakilan yang baru dipilih dan tak diwajibkan bersumpah pada al-Qur'an namun pada tiap teks suci yang dipilihnya. Khomeini menggunakan kemarahan ini dan mengatur pemogokan di seluruh negara yang menimbulkan penolakan pada RUU itu.
Khomeini menggunakan posisi yang kuat ini untuk menyampaikan khotbah dari Faiziyveh School yang mendakwa negara berkolusi dengan Israel dan mencoba "mendiskreditkan al-Qur-an." Penangkapannya yang tak terelakkan oleh polisi rahasia Iran, SAVAK, memancing kerusuhan besar-besaran dan reaksi kekerasan yang biasa oleh pihak keamanan yang mengakibatkan kematian ribuan orang.
Khomeini terus susah selama tahun-tahun berikutnya dan pada peringatan pertama kerusuhan pasukan Shah bergerak ke kota Qom, menahan Imam sebelum mengirimnya ke pembuangan di Turki. Ia tinggal sebentar di sana selama sebelum pindah ke Irak di mana melanjutkan pergolakan untuk jatuhnya rezim Shah. Pada 1978 pemerintahan Shah meminta Irak untuk mengusirnya dari Najaf, lalu ia menuju Paris
selama sementara profilnya berkembang sebagai refleksi langsung
kejatuhan Shah. Peringatan menggelikan yang terkemudian di Persepolis
mulai grate dengan orang banyak dan menyusul rangkaian kekacauan
keluarga Shah meninggalkan negeri pada Februari 1979, meratakan jalan untuk kembalinya Khomeini dan 'Permulaan Revolusi Islamnya'. Disambut ratusan ribu rakyatnya di bandara
dan ribuan lebih lanjut yang berjajar sepanjang jalan kembali ke
Teheran. Ayatollah sudah sepantasnya memandang Iran sebagaimana dirinya,
dan Khomeinipun menjadi pemimpin spiritual. Teheran menjadi kursi
kekuatan, jauh dari jantung kota Qom.
Pada 1981 Irak menyerang Iran. Perang itu berlangsung 8 tahun penuh yang menghancurkan hidup jutaan muslimin pada kedua sisi tanpa keuntungannya pada tiap yang bertempur.
Khomeini meninggal di Teheran pada 3 Juni 1989.
5.KIM JONG IL
Kim Jong-il (menurut versi resmi biografinya lahir 16 Februari 1942 – meninggal 17 Desember 2011 pada umur 69 tahun) telah menjabat sebagai pemimpin Korea Utara (Korut) sejak 1994. Ia menggantikan ayahnya, Kim Il-sung, yang telah memimpin Korut sejak 1948. Kim Jong-il diangkat menggunakan sistem di mana dialah satu-satunya calon pemimpin. Kim yang mendapat julukan Dear Leader juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pertahanan Nasional dan Sekretaris Jenderal Partai Pekerja Korea. Ulang tahunnya dirayakan sebagai salah satu hari libur di Korut.
Pada tanggal 19 Desember 2011, kantor berita Reuters memberitakan bahwa Kim Jong-il meninggal dunia pada hari Sabtu, 17 Desember 2011
dalam sebuah perjalanan dengan kereta api. Diumumkan bahwa pemimpin
berusia 69 tahun itu meninggal karena kelelahan fisik dan mental setelah
bekerja terlalu keras untuk memberi "bimbingan di lapangan" [1][2]. Ia dimakamkan di Istana Pemakaman Kumsusan, Pyongyang [3] [4].
Untuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 15 Februari 2012,
ia dianugerahi gelar tertinggi sebagai "Jenderal Besar". Penobatan Kim
sebagai "Jenderal Besar" diumumkan sehari setelah peresmian patung Kim
sedang mengendarai kuda di samping ayahnya yang juga pendiri negara
Korea Utara, Kim Il Sung, di Pyongyang
6.MAHMOUD AHMADINEJAD
Mahmud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad (bahasa Persia: محمود احمدینژاد ; lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956; umur 55 tahun[2][3]) adalah Presiden Iran yang keenam dan memperoleh 61.91% suara pemilih pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005.[3] Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005.[1] Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden[2]. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang sangat loyal terhadap nilai-nilai Revolusi Islam Iran, 1979.
Kutipan pernyataannya dalam sebuah pertemuan di hadapan para mahasiswa pada 26 Oktober 2005 dari pernyataan Ayatollah Khomeini yang menyerukan agar Israel "dihapus dari peta dunia" memicu kontroversi. Selain, menuai kecaman dari berbagai pemimpin dunia, termasuk Presiden Shimon Peres. Peres bahkan membalas dengan menuntut agar Iran dikeluarkan dari keanggotaan di Perserikatan Bangsa-bangsa.
Pernyataan yang kontroversial ini diulang kembali pada 14 Desember 2005. Saat itu, ia berkata bahwa Holocaust (peristiwa pembantaian terhadap kaum Yahudi oleh rezim Nazi pada masa Perang Dunia II) hanyalah sebuah mitos
yang digunakan bangsa Eropa untuk menciptakan negara Yahudi di jantung
dunia Islam. Ia juga sempat menyelenggarakan konferensi tentang
Holocaust.
Sementara, kritik dalam negeri mengenai kebijakan domestik dan luar
negeri terus mengalir deras. Kritik datang dari tokoh ulama besar
Ayatollah Hossein Ali Montazeri. Merujuk retorika Ahmadinejad terhadap
Amerika Serikat, Montazeri menyatakan bahwa sangat perlu bertindak logis
terhadap musuh dan tidak memprovokasi. Bagi Montazeri, ekstremisme
tidak berbuah baik untuk rakyat.
Iran menegaskan bahwa pengembangan teknologi nuklir merupakan hak yang tidak bisa disangkal meskipun Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan resolusi yang menuntut Iran untuk menghentikan program
pengayaan uranium. Ahmadinejad mendapat kritikan dari kalangan
konservatif maupun reformis mengenai kebijakan ekonominya dan cara dia
menangani isu nuklir Iran.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
21.20
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar