5 TOKOH KOMEDI YANG MELEGENDA
1.CHARLIE CHAPLIN
Sir Charles Spencer Chaplin, Jr. KBE (lahir di East Street, Walworth, London, 16 April 1889 – meninggal di Vevey, Swiss, Swiss, 25 Desember 1977 pada umur 88 tahun), atau Charlie Chaplin, adalah aktor komedi Inggris yang merupakan salah satu pemeran film terkenal dalam sejarah Hollywood di era film hitam putih, sekaligus sutradara film yang sukses. Aktingnya di layar perak menjadikan Charlie Chaplin sebagai salah satu artis pantomim dan badut terbaik yang sering dijadikan panutan bagi seniman di bidang yang sama.
Chaplin adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dan paling kreatif di era film bisu.
Di dalam film-filmnya, Chaplin dikenal suka merangkap-rangkap, mulai
dari peran utama, sutradara, penulis naskah, hingga pengisi ilustrasi
musik. Karier di dunia hiburan berlangsung selama 65 tahun, dirintisnya
sebagai pemeran cilik di panggung zaman Victoria dan pertunjukan komedi music hall di Inggris,
dan terus berkarya hingga sebelum meninggal di usia 88 tahun. Kehidupan
Chaplin penuh pasang surut, mulai dari masa kecil yang dibalut
kemiskinan, hingga tiba di puncak ketenaran bintang Hollywood sekaligus
simbol budaya. Kehidupan pribadinya yang gemerlap mengundang banyak
sanjungan sekaligus kontroversi.
Di dalam film-filmnya, Chaplin sering memerankan karakter "The Tramp", seorang gelandangan berpotongan kumis
petak yang memiliki etiket dan martabat seorang bangsawan. Kostum
berupa jas kesempitan, celana panjang yang kebesaran, serta ke mana-mana
membawa tongkat dan memakai topi tinggi.
2.ROWAN ATKINSON
Rowan Sebastian Atkinson (lahir 6 Januari 1955; umur 57 tahun) adalah seorang pelawak, pemeran, dan penulis Inggris, terkenal karena film seri televisi Blackadder dan Mr. Bean. Menurut The Observer, ia adalah salah satu dari 50 orang terlucu di Inggris.[2] Ia dilahirkan di Consett, County Durham pada 1955[3]
dari keluarga Eric Atkinson, seorang petani dan direktur perusahaan,
dan istrinya Ella May (née Bambridge). Kakaknya adalah politikus Rodney Atkinson. Ia bersekolah di Durham Choristers School, kemudian St Bees School, dan mempelajari teknik elektro di Newcastle University. Ketika di sekolah, ia sekelas dengan mantan perdana menteri Tony Blair.[4] Ia kemudian meraih gelar M.Sc. dari Queens College, Oxford.
Ia mulai muncul di televisi pada acara Not the Nine O'Clock News, diikuti dengan The Black Adder, dan kemudian Mr. Bean. Atkinson telah membintangi iklan untuk Hitachi, Fujifilm, donor darah, dan Barclaycard. Selain itu ia muncul dalam film-film Never Say Never Again, Four Weddings and a Funeral, The Lion King, Rat Race, Love Actually, dan memainkan peran utama dalam Bean, Mr. Bean's Holiday, dan Johnny English.
Atkinson menikah dengan Sunetra Sastry pada 1990, dikaruniai dua anak, Lily dan Benjamin, dan tinggal di desa Oxfordshire. Ia memiliki koleksi mobil dan menulis untuk majalah Car dan Evo. Koleksi mobilnya kebanyakan terdiri dari Aston Martin, termasuk DB7 yang digunakan dalam Johnny English. Mobil Aston Martin V8 Zagato miliknya memiliki plat nomor "COM1C",[5] dan dikendarainya dalam film The Tall Guy.
3.BENJAMIN SUEB
Benyamin Sueb (lahir di Kemayoran, Jakarta, 5 Maret 1939 – meninggal di Jakarta, 5 September 1995 pada umur 56 tahun) adalah pemeran, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film.
4.TEGUH SLAMET RAHARJO
Kho Tjien Tiong, atau dikenal dengan Teguh Slamet Rahardjo (lahir di Klaten, Jawa Tengah, 8 Agustus 1926 – meninggal di Solo, Jawa Tengah, 22 September 1996 pada umur 70 tahun) adalah seorang seniman Indonesia. Teguh lahir dari keluarga miskin di Bareng, Klaten, Jawa Tengah, dari pasangan Ginem dan Go Bok Kwie. Teguh menyelesaikan pendidikan dasarnya di Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) Purwoningratan, Solo.
Pada tahun 1942, Teguh mulai membantu ayahnya bekerja di percetakan.
Ia bersahabat akrab dengan seorang pembuat gitar bernama Wiro Kingkong.
Bersama temannya, Tan Tiang Ping, ia kemudian membentuk grup keroncong
Asli di Kampung Perawit. Lalu bergabunglah Lie Tjong Yan, Liem Swie Hok,
Liew Houw Wan, The Kit Liong, Kho Djien Tik dan Yo Thio Im. Di sini,
Teguh mulai belajar bermain gitar dan biola. Bersama Supardi, ia menjadi
anggota grup musik di Gedung Kakio Sokai, Purwoningratan. Di sinilah ia
berpentas musik untuk umum untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1943, ia terlibat dalam pesta para pembesar tentara Jepang di Gedung Gajah, Solo.
Teguh lalu menerima tawaran dari Thio Tek Djien-Miss Ribut untuk
bergabung dalam rombongan sandiwara Miss Ribut’s Orion yang setiap malam
menggelar pertunjukan di Gedung Shonan, Pasar Pon, Solo.
Dua bulan kemudian, grup ini bubar. Pada tahun 1946, ia menerima
tawaran R. Supomo untuk bergabung dengan Orkes Keroncong Bunga Mawar. Di
grup ini ia bersama Gesang,
Hendroyadi, Hardiman dan Ndoro Griwo. Orkes ini sering pentas ke
berbagai kota di Jawa Tengah dan lagu-lagunya disiarkan RRI Solo.
Dalam pementasan Orkes Keroncong Bunga Mawar di Purwodadi,
Teguh berjumpa dengan Raden Ayu Srimulat. Inilah titik awal kebersamaan
mereka di rombongan Orkes Bintang Timur pimpinan Djamaluddin Malik
serta dalam Orkes Keroncong Bintang Tionghwa yang dipimpin oleh Kho Tjay
Yan. Tahun 1949, R.A. Srimulat mendirikan Orkes Keroncong Avond dengan Teguh sebagai pendukung utama. Setahun kemudian, tanggal 8 Agustus 1950, mereka menikah dan mendirikan Gema Malam Srimulat. Teguh sendiri menjadi pimpinan Srimulat sejak 1957 hingga 1985. Teguh menikah lagi dengan Jujuk Juariah, primadona kelompok Srimulat, pada tahun 1970, 2 tahun setelah RA Srimulat meninggal. Teguh meninggal dunia pada tanggal 22 September 1996.
Selama memimpin Srimulat,
Teguh menggunakan corak kepemimpinan kharismatik. Pengaruhnya bersifat
personal dan mendapat pengakuan luas dari pengikutnya. Hal ini terjadi
karena sifat Srimulat yang masih kekeluargaan dan bersifat komunal.
Pendidikan anggota yang umumnya rendah juga membuat kepemimpinan
bersifat paternalistik. Seluruh mekanisme ide lawakan, manajemen
keuangan, penyusunan cerita, sampai keputusan untuk mengembangkan usaha
diserahkan pada Teguh.
Pola kepemimpinan seperti inilah yang kemudian menghasilkan berbagai
persoalan di internal Srimulat. Ini dikarenakan kepemimpinan
paternalisitik tidak bisa dijadikan landasan untuk memecahkan masalah
secara rasional-modern, tidak adanya pembagian kekuasaan, otoritas
terpusat pada satu orang, tidak adanya merit system/sistem reward yang
jelas, dan persoalan suksesi dan munculnya hegemoni di pelawak senior.
Faktor-faktor inilah yang menjadi sebab utama runtuhnya Srimulat pada
tahun 1989. Selama Teguh berkuasa sebagai pemimpin Srimulat, seluruh
persoalan di atas diselesaikan di tangannya, terutama soal regenerasi
dan kaderisasi, tetapi setelah Srimulat bubar dan tidak adanya sistem
pendukung, maka runtuhlah bangunan Srimulat sebagai sebuah
organisasi/lembaga. Meski dari segi nilai, Srimulat telah melampau
hakekatnya sendir
5.ATENG
Andreas Leo Ateng Suripto (lahir di Bogor, Jawa Barat, 8 Agustus 1942 – meninggal di Jakarta, 6 Mei 2003 pada umur 60 tahun[1]) yang lahir dengan nama lengkap Kho Tjeng Lie adalah seorang pelawak Indonesia yang terkenal dengan grup Kwartet Jaya bersama Eddy Sud, Iskak, dan Bing Slamet. Setelah Bing Slamet meninggal dunia, posisinya digantikan oleh Sol Saleh.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
23.29
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar