5 HEWAN LANGKA YANG HANYA ADA DI INDONESIA
1.KOMODO
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis[1]), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara.[2] Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.[3]
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.[4][5] Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.[6]
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar
dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun
binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas
manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
2.BURUNG MALEO
Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon.[1][2] Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang.[3]
Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per
butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8
kali lipat dari ukuran telur ayam.[4][5] Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat ini.[
3.ANOA
Anoa adalah hewan khas Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu: Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan kerbau dan memiliki berat 150-300 kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali setahun.
Kedua spesies tersebut dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia.
Sejak tahun 1960-an berada dalam status terancam punah. Diperkirakan
saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa
sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Anoa Pegunungan juga dikenal dengan nama Mountain Anoa, Anoa de
Montana, Anoa de Quarle, Anoa des Montagnes, dan Quarle's Anoa.
Sedangkan Anoa Dataran Rendah juga dikenal dengan nama Lowland Anoa,
Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines.
4.BABI RUSA
Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.
Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram.
Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok
dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.
Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya
panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan
bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia
dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga
usia 24 tahun.
Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan.
Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga
termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan
tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.
Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi
mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan
tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman
perlindungan babirusa di atas tanah seluas 800 hektar.
5.TARSIUS TARSIER
Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu) adalah suatu jenis primata
kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit
kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki
bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa,
yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki
mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki)
dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang
yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki
hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku,
kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran
matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini
dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi
sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala
Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke
arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan
untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Tarsius adalah makhluk nokturnal
yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari.
Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang
paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang
reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng.
Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan "balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine.
Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon.
Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada
batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka
melompat ketika berada di tanah.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
21.52
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar