0 com
Indonesia dan Rusia, Sahabat Lama
yang Akan Selalu Setia
( Mengkaji Kerja Sama antara Indonesia dan Rusia dalam Bidang
Militer)
Oleh :
Anggalih Bayu Muh Kamim
XI IPS 1
SMA N 2 NGAGLIK
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Indonesia dan Rusia, sahabat lama yang akan
selalu setia”.
Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata pelajaran PKN di SMA N 2 NGAGLIK.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai pelajaran bahasa indonesia.Amien
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
A. Sejarah Hubungan Indonesia dan Rusia
Catatan yang dibuat oleh pedagang Afanasy Nikitin dari kota Tver
mengenai “perjalanannya melampaui tiga laut” – perjalanan ke India (pada tahun
1466-1472) menyampaikan data pertama kepada orang Rusia mengenai adanya suatu
negara misterius bernama Shabot yang terletak di Asia Tenggara. Menurut
pendapat para ilmuwan apa yang dimaksudkan dengan nama tersebut adalah negara
Indonesia dengan pusatnya di pulau Sumatera. Dalam naskah A. Nikitin tercantum
data menarik mengenai letaknya negara dongeng yang jauh itu, mengenai kekayaan
alamnya, adat-istiadat dan tradisi rakyatnya. Menurut catatannya1negara Shabot
yang terletak diantara India dan Cina, telah menjalin hubungan dagang dengan
tetangganya dari Utara.
Indonesia selalu menarik perhatian orang Rusia. Nusantara tropis
ini berkali-kali dikunjungi oleh pengembara dan peneliti dari Rusia.
Pada awal abad ke-XVI Indonesia dikuasai oleh penjajah dari Eropa.
Pada mulanya penjajahnya adalah bangsa Portugis. Setelah “armada agungnya”
hancur pada tahun 1588, Portugis yang pada waktu itu bergabung dengan Spanyol,
kehilangan Indonesia: dari tangan Portugis Indonesia direbut oleh bangsa
Belanda. Pada tahun 1602 pedagang Belanda mendirikan “Syarikat Hindia – Timur
Belanda (V.O.C)” yang memperoleh hak untuk mempunyai tentara sendiri,
mengumumkan perang, mengadakan perdamaian, mengeluarkan uang dsb. Indonesia
menjadi milik Belanda selama 350 tahun. Dalam kurun waktu tersebut rakyat
Indonesia memberontak 50 kali melawan penjajahan Belanda.
Pada abad ke-XIX Belanda menghadapai perlawanan gigih dari rakyat
Kesultanan Aceh (Sumatera Utara). Dalam usahanya memecahkan konflik Aceh dengan
Belanda, Sultan Aceh mencari dukungan dari negara lainnya termasuk dari Rusia
juga.
Pada tahun 1879 selagi kapal layar Rusia “Vsadnik” melabuh di
Penang, delegasi yang terdiri dari wakil-wakil pemberontak Aceh menghubungi
kapten kapal tersebut dengan “permohonan kepada Yang Mulia Sang Pemimpin
Imperator agar negara mereka memperoleh kewarganegaraan Rusia”. Kementrian
Kelautan melapor kepada Tzar mengenai permohonan tersebut yang memerintahkan
mengalihkannya kepada Kementrian Luar Negeri. Jawaban Kementrian Luar Negeri
kepada Kementrian Kelautan menyatakan bahwa pada saat ini Menteri Luar Negeri
berpendapat bahwa tidak mungkin “membahas masalah mengenai masuknya rakyat Aceh
menjadi warganegara Rusia berhubung di kemudian hari hal tersebut dapat
menimbulkan kesalahpahaman diantara Pemerintahan Imperator dengan Belanda”.
Pada tanggal 15 Pebruari 1904, yang mengemban tugas Konsul Rusia
di Singapura, Rudanovskiy memberitahukan bahwa Sultan Aceh menyampaikan kepada
Konsulat surat permohonan yang dialamatkan kepada Nikolay II tentang permohonan
untuk menerima daerah kekuasaannya dibawah perlindungan Rusia.
Kementrian Luar Negeri pada tanggal 24 April 1904 menyampaikan
kepada Konsulat Rusia di Singapura bahwa “menurut kesimpulan departemen
kelautan yang dihubungi dalam hal ini, bahwa permohonan tersebut tidak mungkin
dikabulkan. Maka berdasarkan hal tersebut dan dengan memperhatikan pula bahwa
dari segi lain mengabulkan permohonan Sultan dapat menyebabkan kesulitan yang
tak diharapkan dengan pihak Belanda yang mempunyai koloni di bagian selatan
pulau tersebut, kami mohon agar Anda dengan perkataan yang ramah menolak usulan
tersebut dari Sultan Aceh”.
Sebagai akibat dari pengaktifan politik luar negeri di kawasan
Timur Jauh pada tahun 90-an di abad ke-XIX, Pemerintah Rusia memperlihatkan
perhatiannya terhadap Indonesia. Kapal-kapal militer Rusia dalam pelayarannya
ke Vladivostok mulai lebih sering memasuki pelabuhan-pelabuhan di Jawa dan
Sumatera. Pada tahun 1885, telah dibuka wakil-konsulat tidak tetap Rusia di
Batavia (nama Jakarta pada zaman itu). Sesuai dengan saran dari Kementrian
Kelautan pada tahun 1893 konsulat tersebut dirubah menjadi konsulat tetap.
Namun pembukaan konsulat tidak mendorong perluasan hubungan diantara Rusia dan
Indonesia. Perdagangan diantara kedua negara tersebut tidak dijalankan secara
langsung, melainkan melalui Belanda, Jerman dan Inggris pada umumnya.
Konsul tetap Rusia di Batavia yang pertama dan terakhir,
M.M.Bakunin bertugas selama lima tahun (1895 –1899). Tidak hanya sekali beliau
mengajukan usulan yang berdasar mengenai pembukaan hubungan dagang langsung
diantara Rusia dan Indonesia. Misalnya M.M. Bakunin mengusulkan agar komite
Armada Sukarela membuka rute pelayaran reguler diantara Odessa dan Vladivostok
dengan singgah di salah satu pelabuhan Indonesia. Disamping ini M.M. Bakunin
mengusulkan agar membuat percobaan kultivasi teh Jawa, tembakau Sumatera (delhi)
dan tumbuhan lainnya di kawasan selatan Rusia. Namun usulan tersebut tidak
mendapat dukungan di lingkungan pemerintahan.
Maka dengan kenyataan demikian pemeliharaan Konsulat tetap Rusia
di Batavia menjadi sia-sia, sehingga pada tahun 1899 statusnya diturunkan
menjadi tidak tetap, dan pada tahun 1913 konsulat ditutup.
Indonesia yang secara politis tergantung penuh kepada Belanda,
tidak berhak untuk mempunyai perwakilan di luar negeri atau menjalin hubungan
dengan negara tetangga sekalipun. Seluruh hubungan luar negeri Indonesia dalam
bidang ekonomi berada dibawah pengawasan total administrasi kolonial Belanda.
Pada bulan Maret 1942 penguasa Belanda di Indonesia menyerah
kepada tentara Jepang yang kemudian menduduki Negara Indonesia.
Setelah Uni Soviet mengumumkan perang terhadap Jepang, dalam
suasana kekalahan telak militaris Jepang, pada umumnya terjadi peningkatan
gerakan kemerdekaan-pembebasan di kawasan Timur, wakil-wakil gerakan patriotik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Soekarno menjadi Presiden pertama Republik, Wakil-Presiden – M.Hatta. Namun
Belanda tidak menghentikan usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya dan
akhirnya berhasil menduduki kembali sebagian besar wilayah Indonesia. Dalam
sidang PBB pada bulan Januari 1946 Uni Soviet yang pertama menentang aksi
Belanda terhadap Indonesia.
Pada Januari 1949, Konferensi 19 negara Asia di New Delhi
mengajukan tuntutan ke Dewan Keamanan PBB untuk memaksa Belanda membebaskan
wilayah yang diduduki dan memberikan kepada Indonesia kedaulatan penuh sebelum
tanggal 1 Januari 1950. Pada akhirnya Belanda terpaksa duduk di meja
perundingan dengan wakil-wakil Indonesia yang diselenggarakan di Den Haag pada
Agustus 1949.
Segera setelah selesainya perundingan, pada tanggal 24 Desember
1949 Duta Besar Belanda di Moscow, Wisser, menyerahkan Nota kepada Wakil
Menteri Luar Negeri Uni Soviet A.A.Gromyko, yang menyatakan bahwa sesuai dengan
persetujuan yang telah dicapai di Den Haag diantara Belanda dan delegasi
Indonesia pada tanggal 2 Nopember 1949 dan yang telah diratifikasikan oleh
parlemen semua negara yang berkepentingan, pada tanggal 27 Desember 1949 dalam
upacara resmi, Republik Serikat Indonesia akan menerima kedaulatan penuh atas
seluruh wilayah Hindia Belanda dengan perkecualian New Guinea Belanda (Irian
Barat), dan dengan akte tersebut Republik Indonesia Serikat akan dinyatakan
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Dalam Nota tersebut Pemerintah Belanda juga menyampaikan harapan
bahwa “setelah pemberian kedaulatan Pemerintah Uni Soviet akan mengakui negara
baru”.
Pada 27 Desember 1949 seluruh wilayah bekas jajahan Belanda,
kecuali Irian Barat diserahkan kepada kedaulatan Indonesia.
Pada 25 Januari 1950 A.A.Gromyko menyerahkan Nota Jawaban
kepada Duta Wisser dimana Kementrian Luar Negeri Uni Soviet memberitahukan
kepada Pemerintah Belanda bahwa “dikarenakan pada tanggal 27 Desember 1949 di
Den Haag diadakan upacara penyerahan kedaulatan, maka Pemerintah Uni Soviet
memutuskan untuk memberitahukan kepada Pemerintah Rebublik Indonesia Serikat
bahwa Pemerintah Uni Soviet memutuskan untuk mengakui Republik Indonesia
Serikat sebagai negara merdeka dan berdaulat, dan menjalin hubungan
diplomatik”.
Pada waktu yang sama A.Y. Vyshinskiy mengirim telegram kepada
Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Serikat Hatta yang
menyatakan bahwa “Pemerintah Uni Soviet memutuskan untuk mengakui Republik
Indonesia Serikat sebagai negara merdeka dan berdaulat dan menjalin hubungan
diplomatik”.
Pengumuman resmi TASS mengenai pengakuan Uni Soviet terhadap
Indonesia diterbitkan pada tanggal 26 Januari 1950.
Berita mengenai akte tersebut dari Pemerintah Uni Soviet diterima
di Indonesia dengan antusias. Pers Jakarta mengapresiasikannya dengan banyaknya
publikasi pengumuman dan komentar. Koran ibukota “Merdeka” menerbitkan berita
di halaman muka, dengan judul dengan huruf besar “Rusia Soviet mengakui
Republik Indonesia Serikat” menempatkan informasi bahwa Menlu Indonesia telah
menerima pengumuman resmi dari Pemerintah Rusia mengenai pengakuan Republik.
Ditekankan pula bahwa tokoh terkemuka politik dan negarawan Republik telah
“menilai positif pengakuan tersebut”. Beberapa anggota pemerintah dan
wakil-wakil dari lingkungan penguasa di Jakarta menyampaikan pendapatnya bahwa
berkat pengakuan tersebut bertambah pula kesempatan bagi Republik Indonesia
Serikat untuk menjadi anggota PBB.
Pada tanggal 2 Pebruari 1950 diselenggarakan sidang kabinet
menteri Republik dimana disahkan jawaban pihak Indonesia atas pengumuman
Pemerintah Soviet tertanggal 25 Januari 1950. Dalam telegram jawaban Menteri
Luar Negeri Indonesia M. Hatta, yang dikirim dari Jakarta ke Moscow pada
tanggal 3 Pebruari 1950 mengkonfirmasikan diterimanya telegram dengan keputusan
Pemerintah Uni Soviet yang mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai negara
merdeka dan berdaulat dan merencanakan menjalin hubungan diplomatik. “Menilai
dengan sepatutnya keputusan tersebut, saya atas nama Pemerintah Republik
Indonesia Serikat dengan rasa hormat yang besar memberitahukan bahwa kami menilai
tinggi pengakuan tersebut.
Pemerintah saya selalu terbuka terhadap mulainya pembicaraan
mengenai realisasi hubungan diplomatik”.
Tanggal diterimanya jawaban positif dari Pemerintah Indonesia (3
Pebruari 1950) atas pemberitahuan Pemerintah Soviet mengenai pengakuan
kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia dijadikan tanggal pembukaan resmi hubungan
diplomatik diantara kedua negara tersebut.
Pada pertengahan bulan Pebruari, Pemerintah Indonesia mendapat
usulan dari Pemerintah Soviet untuk memulai pembicaraan. Dalam telegramnya
Kementrian Luar Negeri Uni Soviet tertanggal 15 Pebruari 1950 memberitahukan:
“Ada dua cara untuk mengadakan pembicaraan, yaitu apakah Anda mengutus
wakilnya, atau kami mengutus wakil kami kepada Anda. Kami menyetujui kedua cara
tersebut dan kami ingin tahu mana yang lebih berkenan untuk Anda?. Pihak kami
menyetujui kedua-duanya.”
Pada 21 Pebruari 1950 Hatta mengirim telegram kepada
A.Y.Vyshinskiy dimana beliau menyatakan: “dengan rasa puas kami menyampaikan
bahwa kami menerima usulan Anda. Kami akan mengutus wakil-wakil kami untuk
mengadakan perundingan. Mengenai tanggal dan susunan delegasi akan kami
beritahukan selanjutnya melalui telegram”.
Masyarakat Indonesia membahas secara luas perspektif-perspektif
hubungan Soviet-Indonesia: misalnya, pada awal bulan Maret anggota Parlemen
dari Partai Nasional Manai Sophian mengajukan pertanyaan kepada Pemerintah
mengenai rencana lanjutannya guna menjalin hubungan diplomatik dengan Uni
Soviet. Pada tanggal 11 Maret, dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat, M. Hatta
mengumumkan bahwa kini sedang dilakukan pembentukan delegasi Pemerintah yang
dikepalai oleh L.N.Palar untuk melaksanakan pembicaraan di Moskow mengenai
langkah-langkah konkrit dalam rangka menjalin hubungan diplomatik.
Pada tanggal 11 April, Hatta mengirim telegram kepada
A.Y.Vyshinskiy dimana beliau menyatakan: “Delegasi Indonesia dalam rangka
mengadakan pembicaraan mengenai pertukaran misi diplomatik berangkat dari
Jakarta ke Moscow pada tanggal 15 April 1950”.
Dalam susunan delegasi Indonesia terdapat Lambertus Nicodemus
Palar – kepala delegasi, Sujono Hadinoto – pemimpin fraksi PNI di parlemen,
Jusuf Wibisono – anggota parlemen, wakil ketua partai Masyumi, dan Mohammad
Yamin – ketua seksi parlemen untuk bidang urusan luar negeri, beserta Rubiyono
– sekretaris dan Nuradi – penerjemah.
Delegasi tiba di Moscow pada tanggal 29 April. Pada tanggal 3 Mei
kepala delegasi menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri Uni Soviet
A.Y.Vyshinskiy surat dari Perdana menteri dan Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia Serikat, M.Hatta yang menyatakan bahwa Palar diberikan wewenang untuk
mengadakan pembicaraan mengenai pertukaran perwakilan diplomatik dengan Uni
Soviet.
Pada tanggal 3 dan 5 Mei delegasi diterima oleh A.Y.Vyshinskiy.
Waktu resepsi pada tanggal 5 Mei Palar menyatakan bahwa keputusan Pemerintah
Uni Soviet untuk mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai negara merdeka dan
berdaulat memberi harapan bagi masyarakat Indonesia bahwa Uni Soviet akan
mendukung permintaan Indonesia menjadi anggota Persatuan Bangsa-Bangsa. Palar
menambahkan bahwa hal ini dikaitkan Pemerintah Indonesia dengan pertukaran
perwakilan diplomatik diantara Uni Soviet dan Indonesia.
Atas pernyataan Palar A.Y.Vyshinskiy menjawab bahwa “pada
pembahasan di Persatuan Bangsa-Bangsa, permintaan Indonesia untuk menjadi
anggota PBB, Pemerintah Soviet akan membahas masalah ini dengan bertimbang
rasa”.
Palar menyampaikan juga pertimbangannya bahwa sebelum pertukaran
perwakilan diplomatik dilakukan sebaiknya diawali dengan pengiriman kelompok
kecil oleh masing-masing negara, yaitu Uni Soviet ke Jakarta dan Indonesia ke
Moscow guna melakukan pekerjaan yang diperlukan untuk mempersiapkan penempatan
perwakilan. (Pada pembicaraan telah disepakati bahwa perwakilan akan mempunyai
status kedutaan).
Pertanyaan Vyshinskiy bagaimana pendapat delegasi mengenai
pembicaraan lanjutan, dijwab oleh Palar: langkah-langkah berikutnya harus
berupa pertukaran Nota-Nota mengenai perjanjian diplomatik untuk masing-masing
Duta.
Setibanya di Jakarta pada tanggal 15 Mei Palar menyatakan bahwa
delegasi telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan beliau sendiri puas
dengan hasil pembicaraan di Moscow. Pada malam hari yang sama Palar, Hadinoto,
Wibisono dan Yamin diterima oleh Presiden Soekarno. Pada tanggal 16 Mei,
Kabinet Menteri Republik Indonesia mendengarkan laporan delegasi mengenai hasil
pembicaraan di Uni Soviet. Dalam sidang tersebut Soekarno turut hadir. Komunike
resmi yang dipublikasikan setelah sidang, menyatakan mengenai tercapainya
persetujuan diantara Uni Soviet dan Indonesia untuk mengadakan pertukaran
kedutaan dan didapatkannya dukungan dari pemerintah Uni Soviet terhadap
keanggotaan Indonesia di PBB.
Pada bulan Agustus 1950 Indonesia telah menjalin hubungan
diplomatik dengan 34 negara.
Kementrian Luar Negeri Indonesia menghadapi tugas berat, yaitu
mendirikan misi diplomatiknya, terutama di negara-negara terbesar di dunia,
serta melengkapi susunan kepegawaian dengan kader-kader nasional. Pada akhir
tahun Indonesia telah mempunyai 28 misi diluar negeri dengan status yang
berbeda-beda: 17 – di Asia, 6 – di Eropa, 4 – di Amerika, dan 1- di Afrika.
Pada keseluruhan ke-28 misi ini bekerja 94 diplomat dan pegawai konsulat
Indonesia. Akibat tidak adanya tenaga kerja sendiri yang berkualifikasi dalam
jumlah yang cukup, maka untuk tahap awal terpaksa mengundang beberapa diplomat
Belanda untuk bekerja di dinas luar negeri Republik Indonesia. Selanjutnya
dengan bertahap seluruh diplomat Belanda digantikan oleh orang Indonesia.
Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, pada bulan September 1950
Uni Soviet membantu Indonesia menjadi anggota PBB.
Pada tanggal 9 Pebruari 1953, wakil kepala komisi bidang urusan
luar negeri Dewan Perwakilan Rakyat O.Rondonuwu (kelompok nasionalis), anggota
parlemen D.Gondokusumo (Partai Rakyat Nasional), Asraruddin (Partai Buruh),
Djokoprawiro (Partai Indonesia Agung) dan M.Nitimihardjo (partai Murba)
mengajukan kepada Dewan agar membahas proyek resolusi mengenai pertukaran
secepatnya perwakilan diplomatik dengan Uni Soviet. Pencipta draft resolusi menyatakan
bahwa “politik luar negeri Indonesia yang netral akan belum sempurna sampai
dengan Uni Soviet dan Indonesia melaksanakan pertukaran perwakilan
diplomatik…Pembukaan kedutaan akan memperbesar kesempatan untuk menukarkan
bahan baku dari Indonesia, misalnya karet, dengan peralatan industri dari
Rusia”.
Pada tanggal 9 April 1953 Dewan Perwakilan Rakyat dengan 82 suara
setuju dan 42 suara tidak setuju, menyetujui resolusi O.Rondonuwu mengenai
pertukaran perwakilan dengan Uni Soviet pada tahun yang sama, yaitu 1953.
Pada sidang VIII DK PBB yang dilakukan pada September 1953 di New
York, Menteri Luar Negeri Indonesia Soekarno secara lisan memberitahukan kepada
kepala delegasi Soviet A.Y.Vyshinskiy mengenai niat pemerintah Indonesia
membuka kedutaannya di Uni Soviet. Sebagai penegasannya pada 30 Nopember,
Sunaryo mengirim surat kepada Menteri Luar Negeri Uni Soviet dimana sekali lagi
dinyatakan mengenai niat pemerintah Indonesia membuka kedutaannya di Moscow
dalam waktu dekat. “Saya akan sangat berterima kasih apabila Bapak Yang Mulia
memberitahukan apakah usulan ini dapat diterima oleh Pemerintah Uni Soviet”.
Pada tanggal 17 Desember, Menteri Luar Negeri Uni Soviet
menginformasikan Sunaryo bahwa “usulan dari Pemerintah Indonesia tersebut
mendapat sambutan positif dari Pemerintah Soviet. Pada gilirannya Pemerintah
Soviet siap mengirim Duta Besar Uni Soviet ke Jakarta”.
Pada upacara penyerahan surat kepercayaan kepada Kepala Presidium
Dewan Tertinggi Uni Soviet K.E.Voroshilov di Kremlin, yang diadakan pada
tanggal 13 April 1954, Duta Besar Indonesia pertama untuk Uni Soviet Subandrio
atas nama pemerintahnya menyatakan bahwa rakyat Indonesia telah lama mempunyai
keinginan untuk menjalin hubungan diplomatik, serta hubungan persahabatan yang
erat diantara kedua negara. Duta Besar menekankan bahwa menjalin hubungan
persahabatan yang didasari persamaan hak, baik dengan Uni Soviet maupun dengan
negara-negara dan masyarakat dunia lainnya, membuka kesempatan bagi Republik
Indonesia membuat hubungan erat dengan Uni Soviet dalam bidang ekonomi, yang
mana akan membuka kesempatan menggunakan kemajuan teknik dan pengalaman Uni
Soviet dengan tujuan menaikan taraf hidup rakyat Indonesia.
Perdana Menteri Sastroamidjoyo pada tanggal 16 Agustus 1954
melaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat tentang pelaksanaan keputusannya
mengenai pertukaran perwakilan diplomatik dengan Uni Soviet. Dia memberitahukan
anggotanya mengenai keikutsertaan Indonesia dalam kerja beberapa konferensi
internasional. Seiring dengan keikut sertaan dalam sidang Majelis Umum PBB,
Indonesia mengirim delegasinya untuk ikut rapat Dana Moneter Internasional,
MOT, konferensi mengenai permasalahan pelayaran (Ceylon), ke Konferensi Islam
Ekonomi Internasional (KII) di Karachi dan pertemuan internasional lainnya.
Pada tanggal 14 September 1954 Duta Besar Luar Biasa dan Dengan
Kuasa Penuh Uni Soviet di Indonesia D.A.Zhukov datang ke Jakarta. Beliau
memberikan pengumuman kepada pers dimana atas nama rakyat Uni Soviet beliau
menyampaikan sambutan yang hangat serta kehendak agar rakyat Indonesia
memperoleh kebahagiaan, kemakmuran, dan meyakinkan bahwa “perkembangan hubungan
diplomatik diantara Uni Soviet dan Republik Indonesia akan mempunyai dampak
positif terhadap perluasan kerjasama negara kita dalam bidang politik, ekonomi
dan budaya, yang mana akan mendorong perluasan dan penguatan persahabatan,
serta mengabdi pada kepentingan perdamaian dunia dan keamanan internasional”.
Pada tanggal 20 September, Duta Besar D.A.Zhukov menyerahkan surat
kepercayaan kepada Presiden Soekarno. Dalam Dokumen yang ditandatangani oleh
Kepala Presidium Dewan Tertinggi Uni Soviet K.E.Voroshilov secara khusus
menekankan bahwa “dengan menganut politik yang mempererat hubungan antara
negara-negara dan dengan keinginan mengembangkan hubungan persahabatan diantara
Uni Soviet dan Indonesia, maka Presidium Dewan Tertinggi Uni Soviet memutuskan
dan di hadapan Anda mengangkat Tuan Dmitriy Aleksandrovich Zhukov menjadi Duta
Besar kami yang Luar Biasa dan Dengan Kuasa Penuh “.
Dokumen pertama, yang merupakan suatu hasil periode awal dalam
hubungan diantara Uni Soviet dan Indonesia adalah Pernyataan Bersama Uni Soviet
– Indonesia yang ditandatangani pada tanggal 11 September 1956 di Moscow oleh
Wakil Satu Menteri Luar Negeri Uni Soviet A.A.Gromyko dan Menteri Luar Negeri
Indonesia R. Abdulgani. Isi dokumen tersebut membuktikan bahwa hubungan
didirikan atas dasar lima prinsip yang diketahui oleh seluruh dunia, yaitu
saling menghormati keutuhan teritori dan kedaulatan, tidak menyerang, tidak
mencampuri urusan dalam negeri masing-masing negara, persamaan dan saling
menguntungkan, hidup berdampingan secara damai.
Dalam pernyataan bersama ditandai juga dengan tercapainya
kesepakatan diantara kedua belah pihak mengenai pengaturan kerjasama dalam
bidang perdagangan dan ekonomi-teknik yang dilakukan berdasarkan prinsip
persamaan dan saling menguntungkan. Keputusan Uni Soviet dan Indonesia untuk
mengembangkan kerjasama dalam bidang budaya, melakukan pertukaran delegasi,
mahasiswa dan budayawan mempunyai arti penting dalam tercapainya pengertian
yang mendalam diantara kedua negara kami.
B. Indonesia
di Mata Rusia
Moskow - Hubungan diplomatik dan
bilateral antara Indonesia dan Rusia berlangsung berliku dan dalam sepuluh
tahun terakhir semakin baik. Indonesia menganggap Rusia sebagai kawan penting.
Demikian juga sebaliknya. Fakta-fakta sejarah pun menunjukkan bahwa Rusia
selama ini tidak pernah meninggalkan Indonesia.
Merajut dan meningkatkan kualitas
hubungan kedua negara ini menjadi tugas utama bagi Djauhari Oratmangun,
diplomat yang saat ini dipercaya sebagai duta besar Indonesia untuk Rusia dan
Belarusia. Begitu tiba di Moskow, ibukota Rusia beberapa bulan lalu, Djauhari
langsung tancap gas untuk melakukan komunikasi demi peningkatan hubungan kedua
negara.
Bagi Djauhari, Rusia merupakan
negara penting buat Indonesia. Negara ini merupakan negara paling besar di
dunia. Rusia memiliki luas 6 kali luas Amerika Serikat atau 10 kali luas
Indonesia. Negara ini juga memiliki banyak sumber daya alam dan menguasai
produk-produk strategis, termasuk produk-produk di bidang pertahanan. Dari sisi
sejarah, hubungan Indonesia dan Rusia juga sangat dekat.
"Ibaratnya, Rusia itu saat
ini merupakan kawan lama di era baru," kata Djauhari kepada beberapa
pimpinan media massa dalam pertemuan di KBRI Moskow, Rabu (4/7/2012). Beberapa
pimpinan media berada di Moskow untuk menghadiri pertemuan pimpinan media
seluruh dunia yang diberi nama World Media Summit II yang digelar 4-8 Juli di
World Trade Center Moskow.
Hubungan Indonesia dan Rusia sudah
terjalin sejak awal 1900-an. Bahkan, sebetulnya lebih awal dari itu, karena
Kaisar Nikolei II pernah mengunjungi Indonesia selama dua pekan pada tahun
1890.
Namun, setelah kasus G 30 S dan
isu komunisme, hubungan Indonesia dan Rusia sempat vakum, kurang harmonis selama
30 tahun. Kantor Kedubes RI yang terletak di Novokuznetskaya Ulitsa 12 tetap
beroperasi dan selalu berganti duta besarnya, namun hubungan Indonesia - Rusia
terasa hambar.
"Baru kurang lebih 10 tahun
terakhir komunikasi Indonesia dan Rusia semakin membaik. Selama ini, dari
fakta-fakta yang ada, ternyata Rusia tidak pernah meninggalkan Indonesia. Di
event-event internasional, Rusia selalu dalam posisi membela Indonesia,"
kata Djuhari. Dengan semangat antara Indonesia dan Rusia sebagai kawan lama inilah,
Djauhari yakin hubungan Indonesia dan Rusia akan semakin mantap dan kokok di
masa mndatang. Dalam
catatan sejarah, banyak contoh bagaimana Rusia sangat membantu Indonesia. Dalam
buku 'Sahabat Lama, Era Baru' yang diterbitkan oleh KBRI Moskow dan ditulis Tomi
Lebang, disebutkan bagaimana mesranya hubungan Indonesia dan Rusia di era
Presiden Soekarno. Pembangunan Monumen Nasional (Monas) yang merupakan ide
Presiden Soekarno misalnya, itu merupakan bantuan Rusia. Pembangunan Gelora
Bung Karno juga atas bantuan Rusia (dulu Uni Soviet-Red). Patung Pak Tani dan
RS Persahabatan juga merupakan bantuan Rusia. Bagaikan pepatah 'Cinta Lama
Bersemi Kembali', hubungan Rusia dan Indonesia kembali menunjukkan kemesraannya
setelah Uni Soviet runtuh dan Indonesia mengalami reformasi pada akhir 1990-an.
Para diplomat Indonesia dan Rusia kembali melakukan komunikasi intensif
membangun persahabatan yang pernah terjalin dengan hangat dan berkualitas.
Karena itulah, begitu resmi
menjadi dubes RI di Moskow, Djauhari langsung tancap gas melakukan
pertemuan-pertemuan diplomatik dengan pemerintah Rusia. Djauhari ingin
persahabatan Indonesia dan Rusia semakin baik. Selain menyerahkan surat
kuasanya sebagai dubes RI kepada Presiden Rusia Medvedev, Djauhari juga menemui
Vladimir Putin, yang saat itu menjadi Perdana Menteri Rusia.
Kini, Rusia dipimpin kembali oleh Putin. "Sejak saya bertugas
di sini, saya telah bertemu Putin sebanyak tiga kali," ujar diplomat yang
pernah bertugas di New York dan beberapa negara besar di dunia, termasuk Asean
ini.
Semakin membaiknya hubungan
Indonesia dan Rusia ini juga ditandai dangan hadirnya beberapa menteri
Indonesia di Moskow hari-hari terakhir ini. "Beberapa hari lalu ada
lawatan Menko Polhukam Djoko Suyanto. Setelah itu ada Menko Perekonomian Hatta
Rajasa. Dan baru kemarin 1 Juli, ada Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda
Gumilar," kata Djauhari.
Beberapa bulan mendatang Presiden
SBY juga akan berkunjung ke Rusia untuk menghadiri KTT APEC yang akan digelar
di Vladivostok pada September 2012 mendatang. Vladivostok merupakan kota
pelabuhan terbesar Rusia di tepi pantai Samudera Pasifik yang terletak di
wilayah Rusia Timur Jauh dan merupakan ibukota dari provinsi Primorsky Krai.
Terletak di ujung Teluk Tanduk Emas, tidak jauh dari perbatasan Rusia dengan
Cina dan Korea Utara. Di sela-sela acara APEC, sudah pasti SBY akan melakukan
pertemuan bilateral dengan Putin untuk membahas peningkatan kerjasama dua
negara besar ini: Indonesia dan Rusia.
Bab
2 Pembahasan Masalah
Berikut ini beberapa bukti kemesraan hubungan Indonesia-Rusia,
yang penulis ambil dari berbagai sumber :
Jakarta (ANTARA News)- Dutabesar Rusia untuk
Indonesia Alexander Ivanov hari Rabu menegaskan keinginan negaranya untuk
memperkuat kerjasama tanpa syarat dengan militer Indonesia.
"Pemerintah Rusia ingin memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia tanpa syarat apa pun," kata Ivanov dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa dan pengusaha Indonesia di Jakarta.
Menurut dia, pemerintahnya tidak akan mengajukan berbagai persyaratan menyulitkan, termasuk persyaratan politik, dalam penjualan peralatan militernya.
"Indonesia di mata Rusia merupakan negara sangat penting dan kerjasama antara kedua negara itu dapat berjalan untuk jangka panjang," kata Ivanov.
Dijelaskannya, kerjasama militer kedua negara tersebut antara lain berupa penjualan senjata dan alat pertahanan buatan Rusia kepada Indonesia.
Selain kerjasama teknis dan jual-beli senjata, kedua negara itu juga sepakat menggelar pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia.
"Kerjasama militer Rusia-Indonesia itu merupakan bagian dari kesepakatan Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Ivanov merujuk pada kunjungan Presiden Putin ke Indonesia pada September 2007 dan Presiden Yudhoyono ke Moskwa pada Desember 2006.
Dalam kunjungan ke Moskwa tersebut, Yudhoyono dan Putin menyaksikan penandatanganan tujuh nota persepahaman dalam kerjasama berbagai bidang, salah satu adalah mengenai pewujudan bantuan militer Rusia kepada Indonesia dalam tahun 2006-2010.
"Pemerintah Rusia ingin memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia tanpa syarat apa pun," kata Ivanov dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa dan pengusaha Indonesia di Jakarta.
Menurut dia, pemerintahnya tidak akan mengajukan berbagai persyaratan menyulitkan, termasuk persyaratan politik, dalam penjualan peralatan militernya.
"Indonesia di mata Rusia merupakan negara sangat penting dan kerjasama antara kedua negara itu dapat berjalan untuk jangka panjang," kata Ivanov.
Dijelaskannya, kerjasama militer kedua negara tersebut antara lain berupa penjualan senjata dan alat pertahanan buatan Rusia kepada Indonesia.
Selain kerjasama teknis dan jual-beli senjata, kedua negara itu juga sepakat menggelar pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia.
"Kerjasama militer Rusia-Indonesia itu merupakan bagian dari kesepakatan Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Ivanov merujuk pada kunjungan Presiden Putin ke Indonesia pada September 2007 dan Presiden Yudhoyono ke Moskwa pada Desember 2006.
Dalam kunjungan ke Moskwa tersebut, Yudhoyono dan Putin menyaksikan penandatanganan tujuh nota persepahaman dalam kerjasama berbagai bidang, salah satu adalah mengenai pewujudan bantuan militer Rusia kepada Indonesia dalam tahun 2006-2010.
Merdeka.com - Mantan
agen Badan Keamanan Nasional AS (NSA) Edward Snowden menjadi orang yang paling
dicari oleh Amerika Serikat. Namun keselamatan Snowden rupanya telah dijamin
oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal ini terungkap dari Wakil Parlemen Rusia Nikolai Levichev yang melakukan pertemuan bersama sejumlah parlemen Indonesia. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Hotel Mulya, Rabu (20/11) malam.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 3,5 jam banyak dibicarakan kerja sama antara Indonesia dan Rusia. Namun yang menjadi perhatian, yakni soal isu penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia terhadap sejumlah petinggi negara.
Termasuk dengan keberadaan Edward Snowden yang kini berada di Rusia. Priyo mengaku mempertanyakan seputar hal itu kepada Nikolai dalam pertemuan tersebut.
"Saya tanyakan bagaimana sikap Rusia, dijawab pak wakil, dikatakan kalau presiden Putin beri tempat, melindungi kehidupan, hak hidup keselamatan Edward Snowden," ujar Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/11).
Dalam pertemuan itu, Priyo pun meminta pandangan parlemen Rusia terkait penyadapan. Dia menjelaskan kepada Nikolai bahwa rakyat Indonesia marah dengan adanya isu penyadapan tersebut.
"Saya beri tahu (ke wakil ketua parlemen Rusia) yang mulia wakil ketua parlemen Rusia, seminggu ini rakyat kami satu bahasa, satu rasa gusar, kecewa, marah dengan tindakan ilegal sebagai negara bersahabat terhadap perlakuan negara Australia juga Amerika yang tega menyadap presiden kami menyadap ibu negara dan beberapa tokoh lain," ujar dia.
Priyo pun senang dengan tanggapan parlemen Rusia yang juga mengecam atas tindakan penyadapan tersebut. "Kami pertanyakan, dari segi diplomasi itu tidak patut. Saya sangat gembira pandangan ini didukung wakil parlemen Rusia tadi," pungkasnya.
Hal ini terungkap dari Wakil Parlemen Rusia Nikolai Levichev yang melakukan pertemuan bersama sejumlah parlemen Indonesia. Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di Hotel Mulya, Rabu (20/11) malam.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 3,5 jam banyak dibicarakan kerja sama antara Indonesia dan Rusia. Namun yang menjadi perhatian, yakni soal isu penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia terhadap sejumlah petinggi negara.
Termasuk dengan keberadaan Edward Snowden yang kini berada di Rusia. Priyo mengaku mempertanyakan seputar hal itu kepada Nikolai dalam pertemuan tersebut.
"Saya tanyakan bagaimana sikap Rusia, dijawab pak wakil, dikatakan kalau presiden Putin beri tempat, melindungi kehidupan, hak hidup keselamatan Edward Snowden," ujar Priyo di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/11).
Dalam pertemuan itu, Priyo pun meminta pandangan parlemen Rusia terkait penyadapan. Dia menjelaskan kepada Nikolai bahwa rakyat Indonesia marah dengan adanya isu penyadapan tersebut.
"Saya beri tahu (ke wakil ketua parlemen Rusia) yang mulia wakil ketua parlemen Rusia, seminggu ini rakyat kami satu bahasa, satu rasa gusar, kecewa, marah dengan tindakan ilegal sebagai negara bersahabat terhadap perlakuan negara Australia juga Amerika yang tega menyadap presiden kami menyadap ibu negara dan beberapa tokoh lain," ujar dia.
Priyo pun senang dengan tanggapan parlemen Rusia yang juga mengecam atas tindakan penyadapan tersebut. "Kami pertanyakan, dari segi diplomasi itu tidak patut. Saya sangat gembira pandangan ini didukung wakil parlemen Rusia tadi," pungkasnya.
INTELIJEN.co.id –
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah
Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama
militer dengan Indonesia.
“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo
atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari
pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan
“For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember
2011.
Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan
perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri
sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan
tetap merawat kerja sama tersebut.
Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke
Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan
demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan
sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara
Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan
demokrasi.
“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang
tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke
negara lain,” kata Ivanov.
Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya
yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan
karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi,
Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat
perkembangan demokrasinya.”
Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia,
Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai
negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki
angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan
tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain
mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.
Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat
pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia.
“Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke
Indonesia,” kata Ivanov.
Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan
pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia
berkunjung ke Surabaya.
Sudah belasan tahun AS menolak menjual senjata ke Indonesia karena tuduhan pelanggaran HAM, hingga pembelian Apache ini. Sebenarnya saat ini AS masih menilai Indonesia memiliki beberapa masalah terkait HAM (terutama di Papua), tetapi tampaknya "masalah" ini tidak menghentikan penjualan Apache kepada Indonesia.
Bertolak ke Rusia, produsen-produsen senjata Rusia memiliki
masa-masa yang sulit pada 1990-an, karena setelah Perang Dingin berakhir pada
tahun 1991 (sebelumnya masih Uni Soviet), ada banyak calon pembeli senjata
Rusia yang batal. Salah satu alasannya adalah karena selama Perang Dingin
alutsista-alutsista Rusia mereka nilai kurang bisa menunjukkan giginya.
Era orde baru sudah berakhir dan dilanjutkan dengan era reformasi, disini "salesman" Rusia berdatangan menawarkan senjatanya kepada Indonesia -mumpung Indonesia juga lagi diembargo AS. Rusia kini melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk meningkatkan penjualan alutsista mereka. Alutsista Rusia terkenal murah, proses beli mudah, pengiriman cepat dan juga bisa "ngutang." Akhirnya kerja keras Rusia berhasil, terbukti dengan Sukhoi yang dimiliki TNI AU.
Kontrak terakhir Indonesia dengan Rusia untuk pembelian Sukhoi terjadi pada tahun lalu. Indonesia menandatangai kontrak untuk pembelian 6 pesawat tempur Sukhoi Su-30 dengan harga masing-masing sekitar AS$ 78 juta. Indonesia kini memiliki 1 skadron Sukhoi yang terdiri dari 5 Sukhoi Su-27 dan 11 Sukhoi Su-30. Sukhoi, pesawat tempur canggih dari Rusia yang terlihat hebat dalam aksi-aksi manuvernya plus harganya "pas di kantong."
Tidak hanya itu, Sukhoi-Sukhoi ini juga relatif murah untuk dirawat. Tampaknya seperti memang ada rencana Indonesia untuk beralih dari pesawat tempur Amerika (10 F-16 dan 16 F-5) ke pesawat Rusia (Su-27 dan Su-30). Tetapi kini F-16 bekas pakai dan upgrade jauh lebih murah daripada Sukhoi dan Indonesia lebih memilih ini.
Kini Amerika telah "kembali" ke Indonesia dengan F-16 dan Apache-nya, dan analis menilai kembalinya AS ini menjadi awal krisis penjualan pesawat Rusia ke Indonesia. Meskipun para petinggi TNI AU tampaknya lebih ingin membeli Sukhoi dalam jumlah banyak, namun sekarang ternyata TNI AU akan diperkuat dengan F-16 bekas pakai dan upgrade tapi bukan berarti pesawat ini tidak andal.
Era orde baru sudah berakhir dan dilanjutkan dengan era reformasi, disini "salesman" Rusia berdatangan menawarkan senjatanya kepada Indonesia -mumpung Indonesia juga lagi diembargo AS. Rusia kini melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk meningkatkan penjualan alutsista mereka. Alutsista Rusia terkenal murah, proses beli mudah, pengiriman cepat dan juga bisa "ngutang." Akhirnya kerja keras Rusia berhasil, terbukti dengan Sukhoi yang dimiliki TNI AU.
Kontrak terakhir Indonesia dengan Rusia untuk pembelian Sukhoi terjadi pada tahun lalu. Indonesia menandatangai kontrak untuk pembelian 6 pesawat tempur Sukhoi Su-30 dengan harga masing-masing sekitar AS$ 78 juta. Indonesia kini memiliki 1 skadron Sukhoi yang terdiri dari 5 Sukhoi Su-27 dan 11 Sukhoi Su-30. Sukhoi, pesawat tempur canggih dari Rusia yang terlihat hebat dalam aksi-aksi manuvernya plus harganya "pas di kantong."
Tidak hanya itu, Sukhoi-Sukhoi ini juga relatif murah untuk dirawat. Tampaknya seperti memang ada rencana Indonesia untuk beralih dari pesawat tempur Amerika (10 F-16 dan 16 F-5) ke pesawat Rusia (Su-27 dan Su-30). Tetapi kini F-16 bekas pakai dan upgrade jauh lebih murah daripada Sukhoi dan Indonesia lebih memilih ini.
Kini Amerika telah "kembali" ke Indonesia dengan F-16 dan Apache-nya, dan analis menilai kembalinya AS ini menjadi awal krisis penjualan pesawat Rusia ke Indonesia. Meskipun para petinggi TNI AU tampaknya lebih ingin membeli Sukhoi dalam jumlah banyak, namun sekarang ternyata TNI AU akan diperkuat dengan F-16 bekas pakai dan upgrade tapi bukan berarti pesawat ini tidak andal.
F-16 bekas pakai dan upgrade sejumlah 24 unit yang harganya
masing-masing sekitar -kabarnya- AS$ 31 juta untuk TNI AU kini tinggal menunggu
pengiriman . Tidak hanya sampai disini, Indonesia kembali ditawari AS dengan
pesawat sejenis yang juga bekas pakai, entah bakal jadi atau tidak, tapi yang
jelas ini sudah mengindikasikan penghentian (sementara?) pembelian Sukhoi dari
Rusia. Beberapa politisi juga ada yang menentang akuisisi F-16 ini karena
dinilai melanggar rencana strategis dan mengakibatkan menurun/terhentinya
pengadaan pesawat tempur baru dari Rusia.
Para pengamat dirgantara memang percaya bahwa Su-27 dan variannya
lebih baik dari F-18 AS dan variannya. Namun F-16 -yang lebih tua- memang
memiliki bukti catatan tempurnya ketimbang Su-27 dan SU-30, inilah fakta yang
memang tidak bisa dipungkiri "salesman" Rusia. Mungkin saja pembelian
Apache ini juga terkait dengan catatan tempurnya yang bagus.
JAKARTA : Jakarta
merapat ke Moskow. Jet tempur Sukhoi seri terbaru bakal meraung di langit
Indonesia. Bukan hanya di awang tapi juga di tanah. Kendaraan tempur dan rudal
juga bakal dibeli dari sana. Indonesia dan Negeri Beruang Merah itu juga bakal
bekerjasama. Dalam banyak soal.
Negeri kita memang pasar yang subur. Dan itulah sebabnya, dalam dekade terakhir, Rusia rajin menyambangi pameran pertahanan Indonesia. Mereka juga rajin hadir pada pameran dirgantara.
Meski sudah masuk dalam kelompok elit G20, Indonesia dipandang belum memiliki alutsista yang memadai. Dalam pameran Indo Defence, Indo Aerospace and Indo Marine Expo & Forum, yang rutin berlangsung di Kemayoran, Jakarta, delegasi Rusia selalu menjadi penghuni anjungan yang luas.
Mereka memamerkan rupa-rupa model persenjataan. Dari prototipe pesawat tempur, helikopter militer, radar, hingga senapan serbunya yang sudah mendunia, Kalashnikov (AK).
Pada setiap pameran dua tahunan itu, terakhir pada awal November 2012, anjungan Rusia selalu ramai dikunjungi. Dari warga biasa hingga para petinggi militer. Pameran itumenghadirkan 500 peserta dari 40 negara. Dikunjungi 20.000 orang.
Seperti di pameran-pameran sebelumnya, produk-produk senjata Rusia di Indo Defence 2012 banyak disanjung. Saat mengunjungi pameran itu, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Marsetio, terkesan akan ketangguhan mesin-mesin perang dari Negeri Beruang Merah.
Dia menegaskan bahwa tank amfibi buatan Rusia, PT-76, sampai kini masih dipakai oleh TNI. Padahal usianya sudah 50 tahun. "PT-76 ini masih kami pakai sejak 1962," kata Laksamana Marsetio, yang sejak Desember 2012 naik jabatan menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut.
Pertama kali diproduksi pada awal dekade 1950an, PT-76 menjadi tank ringan amfibi standar bagi militer Uni Soviet dan negara-negara anggota Pakta Warsawa. Menurut laman Main Battle Tanks, PT-76 dipakai 25 negara.
TNI masih memakai tank ini, seperti diungkapkan Laksamana Marsetio. Di jajaran TNI Angkatan Laut, PT-76 merupakan aset yang dipakai oleh Korps Marinir, spesialis operasi militer dari laut ke darat.
Di dunia internasional, digunakan pada berbagai perang besar - seperti Perang Vietnam dan Perang Arab-Israel. PT-76 diakui kalangan pengamat sebagai tank amfibi yang populer karena memiliki desain yang sederhana. Efektif. Mampu dipakai di medan-medan berat.
Itulah sebabnya PT-76 menjadi salah satu simbol sukses Soviet, dan kini Rusia, dalam memproduksi tank maupun kendaraan lapis baja. Selain itu masih ada tank-tank tempur legendaris lain era Soviet, seperti T-62 dan T-72.
Ingin meneruskan kejayaan Soviet, Rusia pun gencar memproduksi kendaraan-kendaraan lapis baja baru. Salah satu andalan mereka saat ini adalah kendaraan tempur (ranpur) BMP3. Ini merupakan ranpur amfibi yang bergerak lebih lincah dari tank-tank terdahulu dan mampu mengangkut hingga tujuh personel serta bisa dikendalikan tiga orang.
Keunggulan itulah yang membuat Indonesia memperkuat militernya dengan membeli kendaraan tempur BMP3 seri F. Dibuat oleh perusahaan Kurganmashzavod, Indonesia telah memiliki 17 unit BMP3-F pada 2008 dan berencana menambah 37 unit lagi untuk memperkuat Satuan Marinir TNI-AL.
Seorang prajurit Marinir TNI-AL, Guntur Pasaribu, mengungkapkan kelebihan BMP-3F. "Korps Marinir Indonesia sangat berpengalaman mengendalikan tank-tank buatan Rusia, mulai dari PT-76 sampai BMP-3F. Menurut pengalaman kami, tank-tank dari Rusia sangat memuaskan," kata Pasaribu seperti dikutip media Rusia, RBTH.
Alternatif AS
Bukan cuma soal alat tempur, Indonesia dan Rusia juga bekerjasama dalam latihan militer. Juga membangun proyek patungan alutsista. Dan sesungguhnya, kerjasama kedua negara bukan hal baru.
Ketika masih berbentuk Uni Soviet (USSR), Rusia sudah menjual persenjataan ke Indonesia, tidak lama setelah kedua negara membuka hubungan diplomatik pada 1950. Pada masa-masa awal itu, banyak pula personel angkatan laut dan udara dikirim ke Uni Soviet. Mereka sekolah di sana.
Hubungan itu terganggu pertengahan dekade 1960an karena alasan politis. Kedua negara kembali melanjutkan hubungan di awal dekade 1990an, meski baru efektif beberapa tahun kemudian. Contohnya, pembicaraan soal jual-beli jet tempur Rusia Sukhoi-30 ke Indonesia berlangsung sejak 1997. Namun jual-beli itu baru disepakati pada 2003.
Hubungan itu kembali terajut, setelah renggangnya Indonesia dengan Amerika Serikat di akhir dekade 1990an. Kerenggangan itu muncul setelah Washington menjatuhkan embargo penjualan senjata ke Jakarta karena menilai Indonesia saat itu melanggar Hak Asasi Manusia di Timor Timur, yang kini bernama Timor Leste sejak menjadi negara berdaulat pada 2002.
Embargo senjata AS ke RI itu, berikut suku cadang, berlangsung selama 1999-2005. AS mengakhiri embargo ketika Presidennya saat itu, George W Bush, menganggap Indonesia termasuk mitra penting memerangi terorisme.
Setelah mencabut embargo, AS pun terlihat aktif menawarkan mesin-mesin perangnya kepada Indonesia. Pada 2011, AS sepakat mengirim 24 unit jet tempur bekas tipe F-16 seri C/D blok 25 kepada Indonesia secara cuma-cuma, kecuali untuk biaya pemutakhiran (upgrade).
Pada akhir 2012, AS dan Indonesia berunding untuk jual-beli helikopter serbaguna UH-60 Black Hawk dan helikopter tempur AH-60D buatan Boeing.
Namun, belajar dari embargo AS itu, Indonesia membuka pintu kerjasama seluas-luasnya kepada negara lain, termasuk Rusia, agar tidak lagi bergantung kepada satu pihak dalampengadaan alutsista. Maka, sejak itu, Indonesia tidak hanya kembali berbisnis senjata dengan AS, namun juga mempererat kerjasama serupa dengan Rusia.
Maka, Indonesia dan Rusia bersepakat soal jual beli jet tempur dan mesin-mesin perang lain. Sejak 2003, Rusia telah mengirim 12 unit jet tempur Sukhoi ke Indonesia dan pengiriman empat unit lagi masih menunggu persetujuan lebih lanjut.
Moskow pun telah menjual sejumlah helikopter militer Mi-35 dan Mi-17 kepada Jakarta. Alutsista lain yang dijual Rusia ke Indonesia adalah kendaraan tempur lapis baja BMP-3F, kendaraan pengangkut personel BTR-80A, serta senapan serbu AK-102.
Untuk membeli persenjataan itu, Moskow pada 2007 memberi fasilitas kredit sebesar US$1 miliar kepada Jakarta. Kerjasama pertahanan di luar jual-beli persenjataan juga telah berlangsung, seperti menggelar latihan bersama memerangi perompak di laut antara pasukan Indonesia dengan Rusia pada 2011.
Baru-baru ini pun Rusia menawarkan bantuan ke Indonesia membangun sistem pertahanan udara. Saat ini, Indonesia hanya memiliki rudal-rudal pertahanan SAM (surface-to-air missile) jarak dekat.
Viktor Komardin dari perusahaan ekspor senjata-senjata Rusia, Rosoboronexport, mengungkapkan bahwa Moskow akan menjual perangkat sistem SAM sekaligus membantu Indonesia bila tertarik mempersiapkan jaringan pertahanan udara.
Malaysia, katanya, sudah membentuk suatu sistem pertahanan udara terintegrasi. "Tapi Indonesia belum memilikinya. Padahal sistem pertahanan ini penting dimiliki Indonesia," lanjut Komardin seperti dikutip kantor berita Russian Beyond the Headlines.
Alih Teknologi
Namun kerjasama ini tidak berlangsung sangat mulus. Kepala Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI, Brigjen TNI Sisriadi, mengatakan kerjasama pertahanan antara RI dengan Rusia masih terbentur pada adanya alih teknologi yang harus menyertai setiap pembelian alutsista dari sana. Keharusan itu termuat dalam UU No. 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan.
Dalam UU itu tertulis setiap pembelian sistem senjata dari luar negeri, wajib ada konten lokal. Bentuknya, antara lain pelatihan, kerja sama pembuatan, dan kerja sama operasi. Hal itu diungkap Sisriadi, ketika dihubungi VIVAnews, Jumat 1 November 2013.
"Setelah adanya UU Industri Pertahanan No. 16 Tahun 2012 itu, maka kami mengganti format pertemuan bilateral yang selalu dilakukan setiap tahun dengan Rusia. Kami menyampaikan kepada mereka bahwa pembelian produk alutsista dari negara mana pun harus disertai alih pengetahuan dan teknologi," ungkap Sisriadi.
Hingga saat ini, lanjut Sisriadi, pihak Rusia masih belum dapat memenuhi inisiatif tersebut. Kendati begitu, pihak Kemhan tidak lantas menghentikan kerjasama pertahanan dengan Negeri Beruang Merah. "Kami masih akan terus mendorong Rusia supaya alih teknologi itu dilakukan,”katanya.
Proses negosiasi itu, lanjutnya, sangat alot, karena mereka ngotot tidak dapat memenuhi inisiatif RI. Rusia sendiri, ujar Sisriadi, tidak mengungkapkan secara gamblang alasan di balik penolakan mereka melakukan alih teknologi.
"Kemhan juga tidak tahu alasannya. Karena mereka tidak mengemukakan alasannya. Tiap kali kami tanyakan, mereka malah kembali membahas pinjaman yang ditawarkan Rusia kepada Indonesia," katanya.
Pinjaman negara yang dimaksud Sisriadi adalah dana pinjaman yang ditawarkan Pemerintah Rusia untuk membeli peralatan alutsista dari mereka. Nominalnya mencapai US$1 miliar atau Rp11 triliun. Namun, kata Sisriadi, dalam ada ketentuan, disebutkan bahwa pinjaman hanya dapat membeli produk alutsista tertentu. “Mereka juga menyertakan daftar belanja alutsista apa saja yang dapat kami beli,” ujarnya.
Dana pinjaman itu merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama pertahanan yang diteken oleh kedua Pemerintah sejak delapan tahun silam. Kedua pucuk pimpinan yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Vladimir Putin telah menyepakati adanya dana pinjaman tersebut.
Dari dana yang ditawarkan senilai US$1 miliar, Kemhan baru menggunakan sebagian dari dana tersebut untuk membeli pesawat jet tempur Sukhoi, helikopter MI-17 dan MI-31 serta tank BMP-3F. Totalnya mencapai US$308 juta atau Rp3,4 triliun.
Pesawat Sukhoi yang dibeli menggunakan dana pinjaman ini, merupakan pesawat yang dikirimkan pada gelombang awal ke Indnesia. "Jadi bukan pesawat Sukhoi baru yang dikirim pada September lalu ya. Kami membeli itu menggunakan dana pinjaman dari bank swasta," ujarnya.
Total ada lima pesawat Sukhoi SU-27 SKM yang baru dikirim pada September lalu dibeli dengan harga US$470 juta atau Rp5,2 triliun. Kontraknya ditandatangani oleh Kepala Baranahan Kemhan dengan Rosoboronexport Rusia pada tanggal 29 Desember 2011 silam.
Lima pesawat jet tempur ini akan melengkapi 11 pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 yang sudah terlebih dahulu tiba di Indonesia dan berjumlah 11 unit.
Maka total pesawat Sukhoi yang dimiliki telah mencapai 16 unit atau satu skuadron. Sementara untuk harga helikopter MI-17 dan MI-31, Sisriadi, tidak menyebutkan harganya.
Ditanya VIVAnews apakah ada alutsista lainnya yang masih berniat dibeli dari Rusia, Sisriadi menyebut hingga kini Kemhan masih belum ingin menggunakan sisa dana yang ada untuk membeli alutsista lainnya. Mereka tidak ingin melanggar UU yang berlaku.
Soal keunggulan pesawat jet tempur Sukhoi dari Rusia, Sisriadi menyebut burung besi itu memiliki sistem sensor yang baik. "Endurance atau jangkauan operasional jauhnya pun juga hebat sehingga bisa dioperasikan untuk jarak jauh dan bisa kembali lagi. Selain itu sistem avionik yang dimiliki Sukhoi juga bagus. Pesawat ini lincah di kelasnya, " papar Sisriadi.
Ke depan, lanjut Sisriadi, untuk alutsista pesawat Sukhoi dirasa sudah cukup. Pesawat tempur itu akan dicampur dengan F-16 yang juga sudah ada.
Sisriadi mengatakan pelajaran lain dari peristiwa embargo yang dipetik Kemhan yakni jangan bertumpu kepada satu negara saja dalam mengandalkan pembelian alutsista. Jadi ketika diembargo, masih ada alutsista lain yang dapat digunakan.
JAKARTA-(IDB) : Sejak
dicanangkannya Rencana Pembangunan Kekuatan Pertahanan (Bangkuathan) pada tahun
2010 yang tertuang dalam Rencana Strategis I, II dan III (Renstra), pemerintah
berupaya untuk membangun armada kapal selam Indonesia.
Seperti diketahui wilayah Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang disebut dengan SLOC (Sea Lines of Communication)dimana untuk wilayah timur Indonesia, SLOC/ALKI terbagi menjadi tiga bagian. Mengingat laut di wilayah Indonesia Timur memiliki kedalaman yang cukup maka sangat dimungkinkan apabila operasi kapal selam dilakukan di wilayah Timur Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Menhan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (6/12) saat melakukan jumpa pers dengan sejumlah wartawan media cetak, elektronik dan media on line, di kantor Kemhan Jakarta. Saat melakukan jumpa pers dengan awak media, Menhan didampingi oleh Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Dirjen Strahan Mayjen TNI Sonny E.S. Prasetyo, M.A., Dirjen Renhan Marsda TNI FHB Soelistyo, S.Sos dan sejumlah perwira tinggi di lingkungan TNI AL.
Lebih lanjut Menhan mengatakan bahwa bangkuathan di bidang maritim khususnya kapal selam akan segera dilaksanakan dan pembangunan kapal selam tersebut merupakan kelanjutan dari kerjasama antara Indonesia dengan Rusia.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, TNI AL akan segera mengirim tim yang akan mengunjungi Naval Base di Rusia dalam rangka untuk mempersiapkan kapal selam yang akan memasuki jajaran armada kapal selam Indonesia.
Sementara saat mendampingi Menhan RI, Kasal mengatakan bahwa TNI AL saat ini memiliki dua kapal selam yang merupakan produksi Jerman. Selain kapal selam produksi Jerman, dalam waktu dekat armada laut Indonesia akan diperkaya dengan tiga kapal selam produksi Korea dimana dua diantaranya adalah produksi Korea dan satu diantaranya merupakan produksi PT PAL Indonesia bekerjasama dengan Korea.
“Untuk itu pemenuhan Alutsista Indonesia di bidang kapal selam tidak terlepas dari standar alokasi yang harus dipenuhi dan juga tidak terlepas dari Minimum Essential Forces (MEF)”, tegas Kasal.
Ditambahkan Kasal bahwa kelebihan dari kapal selam kilo class memiliki peluru kendali (missile)dengan kemampuan yang ditembakkan dari bawah permukaan ke permukaan (sub surface to surface). Pemerintah Rusia bersedia untuk memodernisasi kilo class dan melengkapi kapal selamnya dengan rudal berupa killer missile dengan jarak tembak 300-400 kilo sehingga lengkap unsur-unsur yang dibutuhkan dalam suatu kapal selam.
Selain itu kapal selam jenis ini dapat beroperasi diatas kedalamanan 150 m sehingga sangat tepat apabila kapal selam ini beroperasi di wilayah timur Indonesia yang memiliki kedalamanan diatas 150 m.
Sebelumnya ditempat yang sama telah dilakukan pertemuan dan pembicaraan antara Menhan RI dan jajaran TNI AL dengan pihak Rosoboronexport Rusia beserta Duta Besar Rusia untuk Indonesia terkait dengan pembangunan kekuatan armada kapal selam produksi Rosoboronexport Rusia.
Kapal Selam Kilo Dan Amur Jadi Target Pembelian TNI ALSeperti diketahui wilayah Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang disebut dengan SLOC (Sea Lines of Communication)dimana untuk wilayah timur Indonesia, SLOC/ALKI terbagi menjadi tiga bagian. Mengingat laut di wilayah Indonesia Timur memiliki kedalaman yang cukup maka sangat dimungkinkan apabila operasi kapal selam dilakukan di wilayah Timur Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Menhan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (6/12) saat melakukan jumpa pers dengan sejumlah wartawan media cetak, elektronik dan media on line, di kantor Kemhan Jakarta. Saat melakukan jumpa pers dengan awak media, Menhan didampingi oleh Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Dirjen Strahan Mayjen TNI Sonny E.S. Prasetyo, M.A., Dirjen Renhan Marsda TNI FHB Soelistyo, S.Sos dan sejumlah perwira tinggi di lingkungan TNI AL.
Lebih lanjut Menhan mengatakan bahwa bangkuathan di bidang maritim khususnya kapal selam akan segera dilaksanakan dan pembangunan kapal selam tersebut merupakan kelanjutan dari kerjasama antara Indonesia dengan Rusia.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, TNI AL akan segera mengirim tim yang akan mengunjungi Naval Base di Rusia dalam rangka untuk mempersiapkan kapal selam yang akan memasuki jajaran armada kapal selam Indonesia.
Sementara saat mendampingi Menhan RI, Kasal mengatakan bahwa TNI AL saat ini memiliki dua kapal selam yang merupakan produksi Jerman. Selain kapal selam produksi Jerman, dalam waktu dekat armada laut Indonesia akan diperkaya dengan tiga kapal selam produksi Korea dimana dua diantaranya adalah produksi Korea dan satu diantaranya merupakan produksi PT PAL Indonesia bekerjasama dengan Korea.
“Untuk itu pemenuhan Alutsista Indonesia di bidang kapal selam tidak terlepas dari standar alokasi yang harus dipenuhi dan juga tidak terlepas dari Minimum Essential Forces (MEF)”, tegas Kasal.
Ditambahkan Kasal bahwa kelebihan dari kapal selam kilo class memiliki peluru kendali (missile)dengan kemampuan yang ditembakkan dari bawah permukaan ke permukaan (sub surface to surface). Pemerintah Rusia bersedia untuk memodernisasi kilo class dan melengkapi kapal selamnya dengan rudal berupa killer missile dengan jarak tembak 300-400 kilo sehingga lengkap unsur-unsur yang dibutuhkan dalam suatu kapal selam.
Selain itu kapal selam jenis ini dapat beroperasi diatas kedalamanan 150 m sehingga sangat tepat apabila kapal selam ini beroperasi di wilayah timur Indonesia yang memiliki kedalamanan diatas 150 m.
Sebelumnya ditempat yang sama telah dilakukan pertemuan dan pembicaraan antara Menhan RI dan jajaran TNI AL dengan pihak Rosoboronexport Rusia beserta Duta Besar Rusia untuk Indonesia terkait dengan pembangunan kekuatan armada kapal selam produksi Rosoboronexport Rusia.
Indonesia sedang mengincar lima kapal selam yang dilengkapi senjata rudal dari Rusia. Selama ini Indonesia belum memiliki kapal selam jenis itu.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat 6 Desember 2013, mengatakan saat ini Indonesia sedang menjajaki pembelian lima kapal selam jenis Kilo dan Amur. "Ini untuk melengkapi kekuatan sistem pertehanan maritim yang masih sangat terbatas," kata dia.
Purnomo menjelaskan Rusia menawarkan dua jenis kapal selam tipe Kilo Class dan Amur Class 950. Keduanya dilengkapi senjata seperti seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, dan antipeluru kendali, serta rudal Yakhont.
"Rudal ini yang kita belum punya. Rudal ini mempunyai daya jelajah 300-400 kilometer dan bisa ditembakkan dari dalam laut ke permukaan," katanya.
Penjajakan ini untuk melengkapai kekuatan maritim dari sisi upaya penangkalan, sekaligus melengkapi satuan pemukul.
Lima kapal selam Rusia ini akan melengkapi dua kapal selam jenis U-209/1400 dari Jerman, tiga kapal selam jenis U-209 yang sedang dibangun di Korea Selatan, dan dua kapal selam jenis Scorten buatan Perancis.
Indonesia terakhir membeli kapal selam pada tahun 1980-an. Purnomo mengatakan, wajar setelah 30 tahun pemerintah melakukan perbaikan dan melengkapi sistem pertahanan maritim.
Daftar Pustaka
Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia.
“Mengenal Hubungan Sejarah Rusia-Indonesia”. http://www.indonesia.mid.ru/relat_ind.html.
17 Maret 2014.
“ Rusia Jamin Indonesia bebas Embargo Militer”. 2011. http://www.intelijen.co.id/rusia-jamin-indonesia-bebas-embargo-militer/.
17 Maret 2014.
Syah, Efran. 2013. “ Pesawat Rusia dan Amerika, Indonesia
Pilih Mana ?”. http://www.artileri.org/2013/09/pesawat-rusia-dan-amerika-indonesia.html.
17 Maret 2014.
Asydhad, Arifin. 2012. “ Rusia Penting untuk Indonesia,
Indonesia Penting untuk Rusia”. http://news.detik.com/read/2012/07/05/110146/1958165/10/2/rusia-penting-untuk-indonesia-indonesia-penting-untuk-rusia.
17 Maret 2014.
Ramadhan, Max.” Dari Rusia ke Langit Indonesia”. http://infoapajah.blogspot.com/2013/11/dari-rusia-ke-langit-indonesia.html. 17 Maret 2014.
Bambang. 2013. “ Indonesia Rusia Kerja Sama Bangun Kapal
Selam Armada Indonesia”. http://keamanan-global.blogspot.com/2013/12/indonesia-rusia-kerjasama-bangun-armada.html. 17 Maret 2014.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
11.23
Simulasi
Rapat Menyusun Larangan Merokok bagi Siswa di Sekolah
Disusun
oleh :
Anggalih
Bayu M.
Daftar
Isi
A. Latar
Belakang Masalah
Merokok di kalangan pelajar merupakan masalah yang
sangat kompleks dan krusial yang perlu segera ditanggulangi. Merokok telah
mempengaruhi berbagai aspek dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Meskipun rokok merupakan penyumbang sektor pajak tertinggi, namun merokok di
kalangan pelajar telah merusak pribadi
pelajar. Merokok tidak hanya menganggu kesehatan tetapi juga mempengaruhi hal
lain yang lebih penting.
Banyaknya pelajar yang diam-diam merokok menyebabkan
seakan-akan aturan/ tata tertib yang ada di sekolah hanyalah papan belaka.
Mereka tak sadar bahwa diri mereka sendiri lah yang menyebabkan kehancuran diri
mereka. Untuk itulah perlu dicarikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Mengingat sangat pentingnya hal ini, demi kelangsungan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengaruh merokok bagi pelajar ?
2. Bagaimana
solusi untuk meminimalisir banyaknya pelajar yang merokok/
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pengaruh merokok bagi pelajar
2. Untuk
mencari solusi dalam rangka meminimalisir banyaknya pelajar yang merokok
D. Manfaat
Pembahasan
1. Mengetahui
pengaruh buruk merokok
2. Memberikan
alternatif pemecahan masalah untuk upaya penegakan sekolah bebas asap rokok
3. Mengajak
siswa di sekolah untuk bersama-sama menciptakan sekolah bebas asap rokok.
Bab II
PEMBAHASAN MASALAH
Mungkin
semua orang di negeri ini sudah tahu bahaya rokok. Rokok yang akrab di
kehidupan kita sehari-hari, merupakan benda yang mengandung zat berbahaya dan
dapat merusak kesehatan. Rokok dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti
kanker paru dan jantung. Bahkan, merokok berakibat sangat mengerikan pada otak.
Otak dapat menyusut dan akhirnya kehilangan fungsinya. Tak ayal, seorang
perokok sangat rawan terkena penyakit alzheimer (www.pinki.blog.m3-accses.com).
Mengingat
bahaya yang ditimbulkan rokok, seharusnya kita menghindarinya. Tapi ironis,
yang terjadi hampir di setiap rumah tangga di Indonesia ada saja anggota
keluarga yang menjadi perokok. Bahkan yang paling menyedihkan, menurut data
Global Youth Tobacco Survey, tiga dari 10 siswa di Indonesia yang berusia di
bawah 10 tahun mencoba merokok. Sebanyak 78 persen memulainya dalam usia di
bawah 19 tahun. Tidak hanya menjadi perokok aktif, sekitar 43 juta anak
Indonesia usia di bawah 14 tahun menjadi perokok pasif karena hidup serumah
dengan perokok dan 81 persen anak usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di
tempat umum (Kompas 30 Juli 2007).
Memang
ironis. Tapi, itulah kenyataan yang terjadi saat ini. Di saat pemerintah
melalui Depkes mencanangkan program Indonesia sehat 2010, tapi pemerintah
sendiri belum maksimal melindungi anak dari bahaya rokok. Belum adanya aturan
yang secara tegas melarang orang mengisap rokok di tempat umum, membuat kita bertanya:
Masihkah kita peduli pada anak kita yang kelak menjadi pewaris negeri ini?
Rokok,
menurut Dr Kusman Surikusumah SpKJ, berisi nikotin yang merupakan salah satu
zat adiktif narkotika psikotropika dan bahan adiktif lainya (narkoba) yang akan
langsung mempengaruhi kondisi kesehatan otak (Warta BNN 03 Tahun III/2005).
Berawal dari mengisap rokok, anak dan remaja yang mempunyai rasa ingin tahu
yang besar dan mencoba sesuatu yang baru akan beralih pada zat lain yang akan
memberikan sensasi dan kenikmatan lebih, yaitu narkoba.
begitu banyak tulisan
yang mengulas tentang zat berbahaya itu, dengan harapan pengguna narkoba sadar
dan korban tidak lagi bertambah. Tapi kenyataanya berbeda, korban keganasan
candu bernama narkoba terus berjatuhan tanpa mengenal usia dan status. Menurut
Joyce Djaekani Gordon, penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD
juga mulai mencoba mengisap rokok di mana tidak jarang pengedar narkoba
menyusupkan zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam
lintingan tembakau (www.TabloidNikita.com edisi 06274).
Penelitian
yang dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) menguak banyaknya anak
direntang usia 10-13 tahun menjadi pecandu zat yang sangat berbahaya itu. Haji
Mustado (70 tahun), warga Kampung Bali di Tanah Abang Jakarta yang peduli pada
bahaya narkoba mengatakan, begitu banyak korban berjatuhan, mati sia-sia akibat
narkoba. Saya tak ingin generasi muda di Kampung Bali ini hilang sia-sia karena
narkoba.” (Kompas, 20 Juli 2007).
Kepedulian
Haji Mustado itu, seharusnya juga ada pada diri kita. Kepedulian kita terhadap
bahaya narkoba dengan memberi perhatian kepada keluarga, akan sangat berarti
untuk mencegah anggota keluarga terjerat candu narkoba.
Sebuah
penelitian menunjukan, ikatan yang kuat antara anak dan orangtua punya andil
besar dalam mencegah anak terjerat narkoba. Bekerjasama dengan aparat hukum
dengan memberikan laporan dan informasi mengenai peredaran narkoba yang ada di
lingkungan kita, juga sangat membantu kerja aparat dalam memberantas narkoba.
Dengan catatan, aparat yang diberi laporan juga harus bebas dari candu narkoba
tersebut. Sebab, bukan rahasia lagi saat ini banyak aparat hukum yang menjadi
pecandu narkoba bahkan beberapa di antaranya membekingi peredaran narkoba.
kerjasama antara
masyarakat dan aparat hukum, akan mempersempit ruang gerak pengedar narkoba.
Pertanyaanya, pedulikah kita pada lingkungan sekitar? Di tengah tuntutan hidup
yang makin berat saat ini, kita cenderung tak acuh terhadap lingkungan kita.
Padahal, mungkin banyak di antara kita yang tahu di sekitar kita berkeliaran
pengedar narkoba. Haruskah kita membiarkan satu generasi kita hilang akibat
candu narkoba yang hanya memberikan kenikmatan semu? Jawabnya tentu tidak.
Kepedulian kita pada bahaya laten narkoba, sangat dibutuhkan untuk memerangi
peredarannya.
Tingginya
penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik pengguna narkoba, disebabkan rasa
kesetiakawanan sesama pengguna dan kurangnya pengetahuan mereka tentang cara
penularan HIV/AIDS, di antaranya dapat ditularkan melalui jarum suntik yang
tidak steril lagi. Mereka cenderung menggunakan jarum suntik secara bergiliran,
dan untuk beberapa kali. Beberapa penelitian juga menyatakan, kecenderungan
pecandu narkoba melakukan hubungan seks (free sex) sebelum atau sesudah
menggunakan narkoba, makin memperparah penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
Haruskah
kita membiarkan generasi muda kita hancur akibat rokok, narkoba dan AIDS? Tentu
kita tidak ingin itu terjadi. Kepedulian kita termasuk pemerintah dengan
membuat peraturan yang berpihak kepada anak kita, akan menentukan masa depan
mereka dan bangsa ini. Anak merupakan titipan Tuhan yang seharusnya kita jaga
dan rawat dengan baik. Mari kita mulai peduli pada mereka, (meminjam istilah Aa
Gym) mulai hari ini, dari keluarga dan lingkungan kita.
Secara
langsung Rokok dapat mempercepat penurunan kualitas memori, cara berpikir, dan
belajar khususnya dikalangan pria. Dalam riset terbaru yang dipublikasikan pada
6 Februari 2012 dalam jurnal Archives of General Psychiatry, Severine Sabia
dari University College London beserta rekan-rekannya menganalisis data sekitar
5.100 pria dan lebih dari 2.100 wanita. Penelitian dilakukan dengan cara
menilai serta menganalisis responden terkait fungsi mental, seperti memori,
pembelajaran, dan pengolahan pikiran. Penilaian fungsi mental para responden
dilakukan selama tiga kali selama kurun waktu 10 tahun.
Sedangkan
penilaian status merokok responden dilakukan enam kali dalam kurun waktu 25
tahun. Usia rata-rata responden adalah sekitar 56 tahun ketika penilaian
pertama dilakukan. Peneliti menemukan bahwa di kalangan kaum pria, merokok
berhubungan dengan merosotnya kemampuan otak yang lebih cepat. Selain itu,
penurunan yang lebih masif terjadi pada pria yang terus merokok selama masa
penelitian. Diantara responden yang berhenti merokok, upaya meninggalkan rokok
rupanya tidak terlalu membantu. Peneliti menemukan bahwa pria yang berhenti
merokok dalam 10 tahun sebelum penilaian pertama dilakukan ternyata masih
berisiko mengalami penurunan mental, terutama terkait “eksekutif” pada otak.
Namun, mereka yang telah berhenti merokok dalam jangka waktu lama, cenderung
mengalami penurunan fungsi otak lebih lambat. Peneliti menyatakan bahwa ada
hubungan antara merokok dengan penurunan kemampuan mental, terutama pada usia
lebih tua. Peneliti menambahkan, meski temuan tersebut telah menemukan hubungan
antara merokok dan penurunan mental pada pria, tetapi hal ini tidak membuktikan
hubungan sebab-akibat.
Temuan
ini menggarisbawahi bahwa merokok memiliki dampak buruk terhadap otak.
Kebiasaan merokok di usia pertengahan adalah faktor yang dapat dimodifikasi
yang mana efeknya mungkin setara dengan penurunan (fungsi mental) hingga
rata-rata 10 tahun (Dr Marc Gordon, Kepala Neurologi di Zucker Hillside
Hospital, Glen Oaks, NY).
Sebuah
penelitian di Amerika Serikat pernah mengonfirmasikan adanya hubungan yang erat
antara kebiasaan merokok dan latar pendidikan sang perokok. Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) dalam laporannya yang bertajuk Morbidity and
Mortality Weekly Report, 2008 mengatakan perokok dengan pendidikan diploma
merupakan yang tertinggi dengan 44%. Sementara itu, perokok yang pernah
mengenyam pendidikan 9-11 tahun mempunyai tingkat prevalensi 33,3%, dan perokok
yang berlatar pendidikan perguruan tinggi hanya 11,4%. Prevalensi perokok
berpendidikan sarjana jauh lebih rendah lagi, yaitu hanya 6,2%.
Biaya
kesehatan yang dikeluarkan akibat dampak rokok tidaklah sedikit. Jumlah total
biaya yang harus dikeluarkan akibat penyakit terkait rokok (PTR) diperkirakan
sekitar Rp 39,5 trilyun dalam setahun. Angka ini setara 30 persen dari total
keseluruhan biaya yang dikeluarkan ASKES.
Angka ini kemungkinan
akan terus membesar setara jumlah perokok yang terus meningkat. “Karena itu
perokok tidak perlu diikutsertakan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014.
Jika diikutsertakan, negara bisa bangkrut karena menanggung biaya yang begitu
besar,” kata Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), dr. Zainal
Abidin, MH pada diskusi 'Gangguan Kesehatan Dan Pembiayaan Penyakit Terkait
Rokok, Tanggung Jawab Siapa?' di Jakarta, Kamis (31/10/2013) kemarin.
Usulan dari IDI memang
beralasan dengan mempertimbangkan bentuk demografi penduduk Indonesia saat ini,
yang memiliki banyak usia produktif. Padahal, jumlah perokok Indonesia sebanyak
61,4 juta orang sebagian besar adalah generasi muda. Sekitar 10-20 tahun
lagi, generasi muda ini akan menjadi
lansia dengan berbagai penyakit akibat kebiasaan merokok yang pernah dilakukan.
Dengan
keanggotaan JKN yang dimiliki, maka biaya kesehatan mereka ditanggung negara.
Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi keuangan negara.
Zainal
juga mengacu pada Peraturan Presiden tentang JKN nomer 12 tahun 2013 pasal 25
i. Aturan tersebut memuat pelayanan yang tidak ditanggung JKN, yaitu yang
diakibatkan sengaja menyakiti atau melakukan hobi yang merugikan diri sendiri.
Zainal
menegaskan, menghisap rokok termasuk dalam perbuatan yang sengaja menyakiti
diri sendiri, sehingga akibatnya tidak perlu ditanggung pemerintah. “Perokok
umumnya mengerti perbuatannya tidak baik dan menyakiti orang lain, tapi masih
juga dilakukan. Kalau begini tidak adil bila pemerintah dan masyarakat masih
harus menanggung biaya kesehatan para perokok. Jika keberatan menanggung
sendiri, mungkin bisa dibantu perusahaan rokok,” kata Zainal.
Kemungkinan
Indonesia yang bakal bangkrut bila menanggung biaya kesehatan perokok juga
diungkapkan Direktur PT. Askes Indonesia Tbk, Fahmi Idris. Menurutnya
kebangkrutan tak bisa dihindari, karena pada 2030 semua generasi muda perokok
saat ini akan menderita sakit. Jenis sakit yang diderita beragam, namun hampir
semuanya memerlukan biaya tinggi (katastropik). “Bila terus begini kita pasti
bangkrut. Meski begitu BPJS kesehatan tidak memisahkan pasien perokok dan bukan
perokok,” kata Fahmi.
Untuk
mengatasi hal ini, Zainal mengusulkan subsidi pembiayaan penyakit katastropik
terkait PTR. Jumlah subsidi disarankan menutupi 30 persen biaya yang
dikeluarkan Askes akibat PTR setiap tahunnya.
Namun
solusi ini hanya bersifat jangka pendek. Fahmi menyatakan, pemerintah tetap
harus serius menyelesaikan isu terkait pembatasan rokok dari berbagai aspek.
Pembatasan rokok dapat mencegah generasi muda terpapar rokok sejak dini,
sehingga faktor risiko berbagai penyakit seperti jantung dan kanker bisa
dikurangi.
Solusi lain adalah
memperkuat gateaway keeper, yaitu upaya promotif dan preventif. Usaha ini bisa
dilakukan dokter di layanan kesehatan primer yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Masyarakat juga dapat membentengi diri sendiri dengan terus
menambah pengetahuan dan tidak segan menginfokan kerugian merokok.
Sepertinya rokok adalah
sesuatu yang memberi kenikmatan tersendiri pada penikmatnya, sangking rasanya
yang nikmat itu, perokok menjadi cenderung memiliki karakter egois rokok itu
baunya sangatlah tidak menyenangkan di indra penciuman kaum Non smoker, tapi
sang perokok tidak peduli akan hal itu, karena yang terpenting bagi mereka
adalah mereka bisah menikmatinya, egoiskan namanya itu? tidak peduli dimana
mereka. Mereka kadang tidak sensitive, orang disekitarnya sudah tutup hidung,
bahkan ada yang sudah hampir muntah ( apalagi kalau dikendaraan umum), mereka
bahkan tidak mau mengalah, sampai yang merasa tersiksala dengan asap rokok yang
harus menghindar. Mereka bahkan merasa bahwa larangan terhadap merokok di
tempat umum adalah keputusan yang tidak bisah ditolerir, mengapa? Karena itu
akan merusak kesenangan mereka!
Mereka bukannya tidak
tahu bahaya rokok bagi kesehatannya, tapi mereka memiliki pandangan yang sempit
tentang hidup . Rokok mengubah pandangan hidup mereka, karena mereka sudah
terlalu jatuhcinta dengan rokok, jadinya mereka hanya mikir kalau menyenangkan
hidup itu hal yang penting. Siapa shi yang tidak mau hidup senang? Kebanyakan
mereka kalau dinasehati akan menjawab “ semua orang akan mati juga, yang
merokok maupun yang tidak, atau orang merokok maupun tidak, semuanya
sama-sama sakit, bahkan banyak yang
tidak merokok lebih banyak penyakitnya daripada yang merokok. Seandainya sang
perokok betu-betul menyadari bahwa tubuhnya adalah tempat kediaman Allah, maka
mereka akan tahu bagaimana caranya menjaga tubuh ini tidak hanya sekedar
menjaganya supaya tubuh tidak sakit, atau tidak hanya menjaganya supaya
memiliki umur yang panjang, sehat dan sejahtera selama masih di bumi. Aku
terlalu yakin kalau sebenarnya kadang perokok tidak menyadari kalau sebenarnya
kadang mereka tersiksa kar’na rokok. Ketika sang perokok mendapati dirinya
sudah kecanduan dan tidak bisah lagi lepas dari rokok, mereka akan cenderung
tersiksa jika harus berada disuatu keadaan dimana mereka harus menahan keiginan
rokoknya selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, sepeti misalnya di
pesawat, di bis-bis ber AC. Tapi mereka tidak menyadari kalau hal ini salah
satu hal bukti nyata dari bahaya rokok bagi mereka.
Perokok akan menjadi
orang yang tidak mencintai dirinya sendiri. Mereka sudah tahu bahwa rokok itu
merusak akan tetapi tetap saja tidak
bisah berhenti, kenapa? Karena mereka sudah kecanduan, dan mereka tidak menjadi sangat sulit berhenti dari itu.
Perokok menjadi orang
yang sulit menjadi teladan bagi anak-anak. Karena sangiking senangnya dengan
rokok, perokok tetap saja merokok, tidak peduli banyak anak-anak sedang
mengamati mereka. Anak-anak punya kecenderungan mengikuti sikap orang-orang
disekelilingnya. Sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi anak-anak melihat
orang tua, kakak mereka merokok didepnya. Akhirnya jaman sekarang, anak-anakpun
ikut-ikutan. Merokok sudah menjadi salah
satu symbol anak mudah yang merasa diri keren! Ketika dinasehati, mereka akan
berkata “ah bapak saja merokok, ah pak pendeta saja merokok”
Banyak
yang mengatakan berhenti merokok sangat sulit. Ada yang mengatakan lebih baik
berhenti makan daripada berhenti merokok. Hal itu terjadi karena merokok sudah
di anggap lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, mereka juga menyadari
dalam asap rokok mengandung 4.000 zat kimia yang sangat berbahaya untuk
kesehatan dirinya dan keluarga.
Berikut tips dan trik
cara berhenti merokok :
1. Ganti permen nikotin dengan permen karet
atau permen mints sehingga menghilangkan aroma rokok pada mulut. Hilangnya rasa
rokok pada mulut akan membuat kitamelupakan rokok untuk seterusnya.
2. Buatlah kegiatan lain untuk mengisi waktu
luang. Misal sehabis makan, kita bisa mengunyah permen atau makanan penutup.
Saat ngeblog, kita bisa makan kudapan. Saat antre kendaraan, kita bisa browsing
atau membaca buku. Tidak mudah memang, tetapi bila dilakukan dengan tekad penuh
maka akan mudah untuk dilakukan.
3. Berolahraga dan minum cukup air akan
membantu kita melupakan rokok. Aktivitas ini akan membuat tubuh kita tambah
sehat dan membantu mengeluarkan toksin serta zat beracun lain dari tubuh.
Olahraga bisa dilakukan dilingkungan yang banyak orang sehingga kita juga bisa
bergaul.
4. Jauhi material terkait rokok. Jauhi
segala macam material (bahan) yang menggugah selera merokok seperti korek api,
asbak. Karena jika benda-benda tesebut berada di sekitar, bukan tidak mungkin
akan memicu kembali gairah untuk merokok.
5. Bulatkan tekad
Begitu berencana untuk
berhenti merokok, buatlah sebuah harapan dan target dalam sebuah catatan
pribadi. Setiap kali merasa menyerah pada godaan, buka kembali catatan pribadi
untuk mengingat akan tujuan awal.
6. Berpikir positif
Pikiran memegang peranan vital dalam
mewujudkan tujuan dan cita-cita seseorang. Tanamkan selalu dibenak bahwa kita
mampu dan bisa untuk melepaskan godaan-godaan merokok.
Rokok adalah produk
berbahaya yang didalamnya terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya. Merokok dapat
mengakibatkan munculnya penyakit yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.
Ada banyak sekali penyakit yang di akibatkan oleh rokok diantaranya adalah
penyakit jantung, kanker paru-paru dll. Merokok itu tidak hanya merugikan bagi
pelakunya saja, tapi juga bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga
rokok ini sangat merugikan, baik bagi pelaku sendiri maupun bagi orang lain di
sekitarnya. Kegiatan merokok bisa diatasi dengan berbagai macam cara
diantaranya dengan mengisi waktu luang dan berolahraga yang teratur, dan tentu
yang paling penting adalah bulatnya tekad bagi seorang perokok untuk berhenti
merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Skep, Ali Mukaram.”Rokok,
Narkoba, AIDS Mengancam Remaja”. www.pinki.blog.m3-accses.com.
12 Februari 2014.
Qurays, Khamid. “
Bahaya dan Akibat Rokok bagi Kesehatan”. http://infotercepatku.blogspot.com/2013/07/bahaya-dan-akibat-merokok-bagi-kesehatan.html.
16
Februari 2014.
Mariatulaannisa. “ Makalah Bahaya
Rokok bagi Kesehatan”. http://mariatulannisa.blogspot.com/2012/12/makalah-bahaya-merokok-bagi-kesehatan.html.
16
Februari 2014
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
11.21
Langganan:
Postingan (Atom)