Simulasi
Rapat Menyusun Larangan Merokok bagi Siswa di Sekolah
Disusun
oleh :
Anggalih
Bayu M.
Daftar
Isi
A. Latar
Belakang Masalah
Merokok di kalangan pelajar merupakan masalah yang
sangat kompleks dan krusial yang perlu segera ditanggulangi. Merokok telah
mempengaruhi berbagai aspek dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Meskipun rokok merupakan penyumbang sektor pajak tertinggi, namun merokok di
kalangan pelajar telah merusak pribadi
pelajar. Merokok tidak hanya menganggu kesehatan tetapi juga mempengaruhi hal
lain yang lebih penting.
Banyaknya pelajar yang diam-diam merokok menyebabkan
seakan-akan aturan/ tata tertib yang ada di sekolah hanyalah papan belaka.
Mereka tak sadar bahwa diri mereka sendiri lah yang menyebabkan kehancuran diri
mereka. Untuk itulah perlu dicarikan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Mengingat sangat pentingnya hal ini, demi kelangsungan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengaruh merokok bagi pelajar ?
2. Bagaimana
solusi untuk meminimalisir banyaknya pelajar yang merokok/
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pengaruh merokok bagi pelajar
2. Untuk
mencari solusi dalam rangka meminimalisir banyaknya pelajar yang merokok
D. Manfaat
Pembahasan
1. Mengetahui
pengaruh buruk merokok
2. Memberikan
alternatif pemecahan masalah untuk upaya penegakan sekolah bebas asap rokok
3. Mengajak
siswa di sekolah untuk bersama-sama menciptakan sekolah bebas asap rokok.
Bab II
PEMBAHASAN MASALAH
Mungkin
semua orang di negeri ini sudah tahu bahaya rokok. Rokok yang akrab di
kehidupan kita sehari-hari, merupakan benda yang mengandung zat berbahaya dan
dapat merusak kesehatan. Rokok dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti
kanker paru dan jantung. Bahkan, merokok berakibat sangat mengerikan pada otak.
Otak dapat menyusut dan akhirnya kehilangan fungsinya. Tak ayal, seorang
perokok sangat rawan terkena penyakit alzheimer (www.pinki.blog.m3-accses.com).
Mengingat
bahaya yang ditimbulkan rokok, seharusnya kita menghindarinya. Tapi ironis,
yang terjadi hampir di setiap rumah tangga di Indonesia ada saja anggota
keluarga yang menjadi perokok. Bahkan yang paling menyedihkan, menurut data
Global Youth Tobacco Survey, tiga dari 10 siswa di Indonesia yang berusia di
bawah 10 tahun mencoba merokok. Sebanyak 78 persen memulainya dalam usia di
bawah 19 tahun. Tidak hanya menjadi perokok aktif, sekitar 43 juta anak
Indonesia usia di bawah 14 tahun menjadi perokok pasif karena hidup serumah
dengan perokok dan 81 persen anak usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di
tempat umum (Kompas 30 Juli 2007).
Memang
ironis. Tapi, itulah kenyataan yang terjadi saat ini. Di saat pemerintah
melalui Depkes mencanangkan program Indonesia sehat 2010, tapi pemerintah
sendiri belum maksimal melindungi anak dari bahaya rokok. Belum adanya aturan
yang secara tegas melarang orang mengisap rokok di tempat umum, membuat kita bertanya:
Masihkah kita peduli pada anak kita yang kelak menjadi pewaris negeri ini?
Rokok,
menurut Dr Kusman Surikusumah SpKJ, berisi nikotin yang merupakan salah satu
zat adiktif narkotika psikotropika dan bahan adiktif lainya (narkoba) yang akan
langsung mempengaruhi kondisi kesehatan otak (Warta BNN 03 Tahun III/2005).
Berawal dari mengisap rokok, anak dan remaja yang mempunyai rasa ingin tahu
yang besar dan mencoba sesuatu yang baru akan beralih pada zat lain yang akan
memberikan sensasi dan kenikmatan lebih, yaitu narkoba.
begitu banyak tulisan
yang mengulas tentang zat berbahaya itu, dengan harapan pengguna narkoba sadar
dan korban tidak lagi bertambah. Tapi kenyataanya berbeda, korban keganasan
candu bernama narkoba terus berjatuhan tanpa mengenal usia dan status. Menurut
Joyce Djaekani Gordon, penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD
juga mulai mencoba mengisap rokok di mana tidak jarang pengedar narkoba
menyusupkan zat adiktif (zat yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam
lintingan tembakau (www.TabloidNikita.com edisi 06274).
Penelitian
yang dilakukan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) menguak banyaknya anak
direntang usia 10-13 tahun menjadi pecandu zat yang sangat berbahaya itu. Haji
Mustado (70 tahun), warga Kampung Bali di Tanah Abang Jakarta yang peduli pada
bahaya narkoba mengatakan, begitu banyak korban berjatuhan, mati sia-sia akibat
narkoba. Saya tak ingin generasi muda di Kampung Bali ini hilang sia-sia karena
narkoba.” (Kompas, 20 Juli 2007).
Kepedulian
Haji Mustado itu, seharusnya juga ada pada diri kita. Kepedulian kita terhadap
bahaya narkoba dengan memberi perhatian kepada keluarga, akan sangat berarti
untuk mencegah anggota keluarga terjerat candu narkoba.
Sebuah
penelitian menunjukan, ikatan yang kuat antara anak dan orangtua punya andil
besar dalam mencegah anak terjerat narkoba. Bekerjasama dengan aparat hukum
dengan memberikan laporan dan informasi mengenai peredaran narkoba yang ada di
lingkungan kita, juga sangat membantu kerja aparat dalam memberantas narkoba.
Dengan catatan, aparat yang diberi laporan juga harus bebas dari candu narkoba
tersebut. Sebab, bukan rahasia lagi saat ini banyak aparat hukum yang menjadi
pecandu narkoba bahkan beberapa di antaranya membekingi peredaran narkoba.
kerjasama antara
masyarakat dan aparat hukum, akan mempersempit ruang gerak pengedar narkoba.
Pertanyaanya, pedulikah kita pada lingkungan sekitar? Di tengah tuntutan hidup
yang makin berat saat ini, kita cenderung tak acuh terhadap lingkungan kita.
Padahal, mungkin banyak di antara kita yang tahu di sekitar kita berkeliaran
pengedar narkoba. Haruskah kita membiarkan satu generasi kita hilang akibat
candu narkoba yang hanya memberikan kenikmatan semu? Jawabnya tentu tidak.
Kepedulian kita pada bahaya laten narkoba, sangat dibutuhkan untuk memerangi
peredarannya.
Tingginya
penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik pengguna narkoba, disebabkan rasa
kesetiakawanan sesama pengguna dan kurangnya pengetahuan mereka tentang cara
penularan HIV/AIDS, di antaranya dapat ditularkan melalui jarum suntik yang
tidak steril lagi. Mereka cenderung menggunakan jarum suntik secara bergiliran,
dan untuk beberapa kali. Beberapa penelitian juga menyatakan, kecenderungan
pecandu narkoba melakukan hubungan seks (free sex) sebelum atau sesudah
menggunakan narkoba, makin memperparah penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
Haruskah
kita membiarkan generasi muda kita hancur akibat rokok, narkoba dan AIDS? Tentu
kita tidak ingin itu terjadi. Kepedulian kita termasuk pemerintah dengan
membuat peraturan yang berpihak kepada anak kita, akan menentukan masa depan
mereka dan bangsa ini. Anak merupakan titipan Tuhan yang seharusnya kita jaga
dan rawat dengan baik. Mari kita mulai peduli pada mereka, (meminjam istilah Aa
Gym) mulai hari ini, dari keluarga dan lingkungan kita.
Secara
langsung Rokok dapat mempercepat penurunan kualitas memori, cara berpikir, dan
belajar khususnya dikalangan pria. Dalam riset terbaru yang dipublikasikan pada
6 Februari 2012 dalam jurnal Archives of General Psychiatry, Severine Sabia
dari University College London beserta rekan-rekannya menganalisis data sekitar
5.100 pria dan lebih dari 2.100 wanita. Penelitian dilakukan dengan cara
menilai serta menganalisis responden terkait fungsi mental, seperti memori,
pembelajaran, dan pengolahan pikiran. Penilaian fungsi mental para responden
dilakukan selama tiga kali selama kurun waktu 10 tahun.
Sedangkan
penilaian status merokok responden dilakukan enam kali dalam kurun waktu 25
tahun. Usia rata-rata responden adalah sekitar 56 tahun ketika penilaian
pertama dilakukan. Peneliti menemukan bahwa di kalangan kaum pria, merokok
berhubungan dengan merosotnya kemampuan otak yang lebih cepat. Selain itu,
penurunan yang lebih masif terjadi pada pria yang terus merokok selama masa
penelitian. Diantara responden yang berhenti merokok, upaya meninggalkan rokok
rupanya tidak terlalu membantu. Peneliti menemukan bahwa pria yang berhenti
merokok dalam 10 tahun sebelum penilaian pertama dilakukan ternyata masih
berisiko mengalami penurunan mental, terutama terkait “eksekutif” pada otak.
Namun, mereka yang telah berhenti merokok dalam jangka waktu lama, cenderung
mengalami penurunan fungsi otak lebih lambat. Peneliti menyatakan bahwa ada
hubungan antara merokok dengan penurunan kemampuan mental, terutama pada usia
lebih tua. Peneliti menambahkan, meski temuan tersebut telah menemukan hubungan
antara merokok dan penurunan mental pada pria, tetapi hal ini tidak membuktikan
hubungan sebab-akibat.
Temuan
ini menggarisbawahi bahwa merokok memiliki dampak buruk terhadap otak.
Kebiasaan merokok di usia pertengahan adalah faktor yang dapat dimodifikasi
yang mana efeknya mungkin setara dengan penurunan (fungsi mental) hingga
rata-rata 10 tahun (Dr Marc Gordon, Kepala Neurologi di Zucker Hillside
Hospital, Glen Oaks, NY).
Sebuah
penelitian di Amerika Serikat pernah mengonfirmasikan adanya hubungan yang erat
antara kebiasaan merokok dan latar pendidikan sang perokok. Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) dalam laporannya yang bertajuk Morbidity and
Mortality Weekly Report, 2008 mengatakan perokok dengan pendidikan diploma
merupakan yang tertinggi dengan 44%. Sementara itu, perokok yang pernah
mengenyam pendidikan 9-11 tahun mempunyai tingkat prevalensi 33,3%, dan perokok
yang berlatar pendidikan perguruan tinggi hanya 11,4%. Prevalensi perokok
berpendidikan sarjana jauh lebih rendah lagi, yaitu hanya 6,2%.
Biaya
kesehatan yang dikeluarkan akibat dampak rokok tidaklah sedikit. Jumlah total
biaya yang harus dikeluarkan akibat penyakit terkait rokok (PTR) diperkirakan
sekitar Rp 39,5 trilyun dalam setahun. Angka ini setara 30 persen dari total
keseluruhan biaya yang dikeluarkan ASKES.
Angka ini kemungkinan
akan terus membesar setara jumlah perokok yang terus meningkat. “Karena itu
perokok tidak perlu diikutsertakan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014.
Jika diikutsertakan, negara bisa bangkrut karena menanggung biaya yang begitu
besar,” kata Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI), dr. Zainal
Abidin, MH pada diskusi 'Gangguan Kesehatan Dan Pembiayaan Penyakit Terkait
Rokok, Tanggung Jawab Siapa?' di Jakarta, Kamis (31/10/2013) kemarin.
Usulan dari IDI memang
beralasan dengan mempertimbangkan bentuk demografi penduduk Indonesia saat ini,
yang memiliki banyak usia produktif. Padahal, jumlah perokok Indonesia sebanyak
61,4 juta orang sebagian besar adalah generasi muda. Sekitar 10-20 tahun
lagi, generasi muda ini akan menjadi
lansia dengan berbagai penyakit akibat kebiasaan merokok yang pernah dilakukan.
Dengan
keanggotaan JKN yang dimiliki, maka biaya kesehatan mereka ditanggung negara.
Hal ini tentu tidak menguntungkan bagi keuangan negara.
Zainal
juga mengacu pada Peraturan Presiden tentang JKN nomer 12 tahun 2013 pasal 25
i. Aturan tersebut memuat pelayanan yang tidak ditanggung JKN, yaitu yang
diakibatkan sengaja menyakiti atau melakukan hobi yang merugikan diri sendiri.
Zainal
menegaskan, menghisap rokok termasuk dalam perbuatan yang sengaja menyakiti
diri sendiri, sehingga akibatnya tidak perlu ditanggung pemerintah. “Perokok
umumnya mengerti perbuatannya tidak baik dan menyakiti orang lain, tapi masih
juga dilakukan. Kalau begini tidak adil bila pemerintah dan masyarakat masih
harus menanggung biaya kesehatan para perokok. Jika keberatan menanggung
sendiri, mungkin bisa dibantu perusahaan rokok,” kata Zainal.
Kemungkinan
Indonesia yang bakal bangkrut bila menanggung biaya kesehatan perokok juga
diungkapkan Direktur PT. Askes Indonesia Tbk, Fahmi Idris. Menurutnya
kebangkrutan tak bisa dihindari, karena pada 2030 semua generasi muda perokok
saat ini akan menderita sakit. Jenis sakit yang diderita beragam, namun hampir
semuanya memerlukan biaya tinggi (katastropik). “Bila terus begini kita pasti
bangkrut. Meski begitu BPJS kesehatan tidak memisahkan pasien perokok dan bukan
perokok,” kata Fahmi.
Untuk
mengatasi hal ini, Zainal mengusulkan subsidi pembiayaan penyakit katastropik
terkait PTR. Jumlah subsidi disarankan menutupi 30 persen biaya yang
dikeluarkan Askes akibat PTR setiap tahunnya.
Namun
solusi ini hanya bersifat jangka pendek. Fahmi menyatakan, pemerintah tetap
harus serius menyelesaikan isu terkait pembatasan rokok dari berbagai aspek.
Pembatasan rokok dapat mencegah generasi muda terpapar rokok sejak dini,
sehingga faktor risiko berbagai penyakit seperti jantung dan kanker bisa
dikurangi.
Solusi lain adalah
memperkuat gateaway keeper, yaitu upaya promotif dan preventif. Usaha ini bisa
dilakukan dokter di layanan kesehatan primer yang berhadapan langsung dengan
masyarakat. Masyarakat juga dapat membentengi diri sendiri dengan terus
menambah pengetahuan dan tidak segan menginfokan kerugian merokok.
Sepertinya rokok adalah
sesuatu yang memberi kenikmatan tersendiri pada penikmatnya, sangking rasanya
yang nikmat itu, perokok menjadi cenderung memiliki karakter egois rokok itu
baunya sangatlah tidak menyenangkan di indra penciuman kaum Non smoker, tapi
sang perokok tidak peduli akan hal itu, karena yang terpenting bagi mereka
adalah mereka bisah menikmatinya, egoiskan namanya itu? tidak peduli dimana
mereka. Mereka kadang tidak sensitive, orang disekitarnya sudah tutup hidung,
bahkan ada yang sudah hampir muntah ( apalagi kalau dikendaraan umum), mereka
bahkan tidak mau mengalah, sampai yang merasa tersiksala dengan asap rokok yang
harus menghindar. Mereka bahkan merasa bahwa larangan terhadap merokok di
tempat umum adalah keputusan yang tidak bisah ditolerir, mengapa? Karena itu
akan merusak kesenangan mereka!
Mereka bukannya tidak
tahu bahaya rokok bagi kesehatannya, tapi mereka memiliki pandangan yang sempit
tentang hidup . Rokok mengubah pandangan hidup mereka, karena mereka sudah
terlalu jatuhcinta dengan rokok, jadinya mereka hanya mikir kalau menyenangkan
hidup itu hal yang penting. Siapa shi yang tidak mau hidup senang? Kebanyakan
mereka kalau dinasehati akan menjawab “ semua orang akan mati juga, yang
merokok maupun yang tidak, atau orang merokok maupun tidak, semuanya
sama-sama sakit, bahkan banyak yang
tidak merokok lebih banyak penyakitnya daripada yang merokok. Seandainya sang
perokok betu-betul menyadari bahwa tubuhnya adalah tempat kediaman Allah, maka
mereka akan tahu bagaimana caranya menjaga tubuh ini tidak hanya sekedar
menjaganya supaya tubuh tidak sakit, atau tidak hanya menjaganya supaya
memiliki umur yang panjang, sehat dan sejahtera selama masih di bumi. Aku
terlalu yakin kalau sebenarnya kadang perokok tidak menyadari kalau sebenarnya
kadang mereka tersiksa kar’na rokok. Ketika sang perokok mendapati dirinya
sudah kecanduan dan tidak bisah lagi lepas dari rokok, mereka akan cenderung
tersiksa jika harus berada disuatu keadaan dimana mereka harus menahan keiginan
rokoknya selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, sepeti misalnya di
pesawat, di bis-bis ber AC. Tapi mereka tidak menyadari kalau hal ini salah
satu hal bukti nyata dari bahaya rokok bagi mereka.
Perokok akan menjadi
orang yang tidak mencintai dirinya sendiri. Mereka sudah tahu bahwa rokok itu
merusak akan tetapi tetap saja tidak
bisah berhenti, kenapa? Karena mereka sudah kecanduan, dan mereka tidak menjadi sangat sulit berhenti dari itu.
Perokok menjadi orang
yang sulit menjadi teladan bagi anak-anak. Karena sangiking senangnya dengan
rokok, perokok tetap saja merokok, tidak peduli banyak anak-anak sedang
mengamati mereka. Anak-anak punya kecenderungan mengikuti sikap orang-orang
disekelilingnya. Sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi anak-anak melihat
orang tua, kakak mereka merokok didepnya. Akhirnya jaman sekarang, anak-anakpun
ikut-ikutan. Merokok sudah menjadi salah
satu symbol anak mudah yang merasa diri keren! Ketika dinasehati, mereka akan
berkata “ah bapak saja merokok, ah pak pendeta saja merokok”
Banyak
yang mengatakan berhenti merokok sangat sulit. Ada yang mengatakan lebih baik
berhenti makan daripada berhenti merokok. Hal itu terjadi karena merokok sudah
di anggap lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, mereka juga menyadari
dalam asap rokok mengandung 4.000 zat kimia yang sangat berbahaya untuk
kesehatan dirinya dan keluarga.
Berikut tips dan trik
cara berhenti merokok :
1. Ganti permen nikotin dengan permen karet
atau permen mints sehingga menghilangkan aroma rokok pada mulut. Hilangnya rasa
rokok pada mulut akan membuat kitamelupakan rokok untuk seterusnya.
2. Buatlah kegiatan lain untuk mengisi waktu
luang. Misal sehabis makan, kita bisa mengunyah permen atau makanan penutup.
Saat ngeblog, kita bisa makan kudapan. Saat antre kendaraan, kita bisa browsing
atau membaca buku. Tidak mudah memang, tetapi bila dilakukan dengan tekad penuh
maka akan mudah untuk dilakukan.
3. Berolahraga dan minum cukup air akan
membantu kita melupakan rokok. Aktivitas ini akan membuat tubuh kita tambah
sehat dan membantu mengeluarkan toksin serta zat beracun lain dari tubuh.
Olahraga bisa dilakukan dilingkungan yang banyak orang sehingga kita juga bisa
bergaul.
4. Jauhi material terkait rokok. Jauhi
segala macam material (bahan) yang menggugah selera merokok seperti korek api,
asbak. Karena jika benda-benda tesebut berada di sekitar, bukan tidak mungkin
akan memicu kembali gairah untuk merokok.
5. Bulatkan tekad
Begitu berencana untuk
berhenti merokok, buatlah sebuah harapan dan target dalam sebuah catatan
pribadi. Setiap kali merasa menyerah pada godaan, buka kembali catatan pribadi
untuk mengingat akan tujuan awal.
6. Berpikir positif
Pikiran memegang peranan vital dalam
mewujudkan tujuan dan cita-cita seseorang. Tanamkan selalu dibenak bahwa kita
mampu dan bisa untuk melepaskan godaan-godaan merokok.
Rokok adalah produk
berbahaya yang didalamnya terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya. Merokok dapat
mengakibatkan munculnya penyakit yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.
Ada banyak sekali penyakit yang di akibatkan oleh rokok diantaranya adalah
penyakit jantung, kanker paru-paru dll. Merokok itu tidak hanya merugikan bagi
pelakunya saja, tapi juga bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga
rokok ini sangat merugikan, baik bagi pelaku sendiri maupun bagi orang lain di
sekitarnya. Kegiatan merokok bisa diatasi dengan berbagai macam cara
diantaranya dengan mengisi waktu luang dan berolahraga yang teratur, dan tentu
yang paling penting adalah bulatnya tekad bagi seorang perokok untuk berhenti
merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Skep, Ali Mukaram.”Rokok,
Narkoba, AIDS Mengancam Remaja”. www.pinki.blog.m3-accses.com.
12 Februari 2014.
Qurays, Khamid. “
Bahaya dan Akibat Rokok bagi Kesehatan”. http://infotercepatku.blogspot.com/2013/07/bahaya-dan-akibat-merokok-bagi-kesehatan.html.
16
Februari 2014.
Mariatulaannisa. “ Makalah Bahaya
Rokok bagi Kesehatan”. http://mariatulannisa.blogspot.com/2012/12/makalah-bahaya-merokok-bagi-kesehatan.html.
16
Februari 2014
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
11.21
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar