4 PEMIMPIN YANG BERHASIL DIGULINGKAN U.S.A
1.SADAM HUSEIN
Saddam Hussein Abd al-Majid al-Tikriti (Arab: صدام حسين عبد المجيد التكريتي Saddām Husayn Aabdu-Al-majīd al-tikrītī[1]; lahir di Al-Awja, Irak, 28 April 1937 – meninggal di Kadhimiya, Irak, 30 Desember 2006 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Irak pada periode 16 Juli 1979 hingga 9 April 2003, ketika tertangkap oleh pasukan koalisi saat menginvasi Irak pada tahun 2003. Sebagai pemimpin Irak dan ketua Partai Ba'ath, ia mengambil kebijakan pan-Arabisme sekuler, modernisasi ekonomi, dan sosialisme Arab.
Dalam bahasa Arab, nama Saddam berarti orang yang keras kepala atau dia yang menantang (di Irak nama ini juga digunakan sebagai istilah untuk bemper mobil). Nama Hussein (juga dibaca Husayn dan Hussain) adalah nama kecil ayahnya, Abd al-Majid adalah nama kakeknya, dan at-Tikriti berarti ia dilahirkan dan dibesarkan di (atau dekat) Tikrit. Ia biasa dipanggil Saddam Hussein, atau hanya Saddam untuk lebih singkatnya.
Ia dilahirkan pada 28 April 1937[1]). Saddam adalah Presiden dan diktator Irak dari 16 Juli 1979 hingga 9 April 2003. Kekuasaannya berakhir setelah Irak diserang oleh suatu pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat pada 2003. Sebagai anggota utama Partai Ba'ath Irak, yang menganjurkan Pan-Arabisme sekular, modernisasi ekonomi, dan sosialisme Arab, Saddam memainkan pernaan penting dalam kudeta 1968 yang membuat partainya lama berkuasa di negara itu.
Sebagai wakil presiden di bawah sepupunya, Jenderal Ahmed Hassan al-Bakr yang lemah, Saddam memegang kekuasaan penuh terhadap konflik antara pemerintah dan angkatan bersenjata dengan membentuk pasukan keamanan yang menindas dan mengukuhkan wibawanya terhadap aparat pemerintahan.
Sebagai presiden, Saddam menciptakan pemerintahan yang otoriter dan mempertahankan kekuasaannya melalui Perang Iran-Irak (1980–1988) dan Perang Teluk (1991). Kedua perang itu menyebabkan penurunan drastis standar hidup dan hak asasi manusia.
Pemerintahan Saddam menindas gerakan-gerakan yang dianggapnya
mengancam, khususnya gerakan yang muncul dari kelompok-kelompok etnis
atau keagamaan yang memperjuangan kemerdekaan atau pemerintahan otonom. Sementara ia dianggap sebagai pahlawan yang populer di antara banyak bangsa Arab karena berani menantang Israel dan Amerika Serikat, sebagian orang di dunia internasional tetap memandang Saddam dengan perasaan curiga, khususnya setelah Perang Teluk 1991.
Saddam digulingkan dalam invasi Irak 2003 yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan ditangkap oleh pasukan-pasukan AS pada 13 Desember 2003. Pada 5 November 2006 Hakim Ketua Rauf Rasheed Abdel Rahman menjatuhkan hukuman mati dengan cara digantung kepadanya atas kejahatan terhadap umat manusia.[2]
Pada 26 Desember 2006, Mahkamah Agung Irak menyatakan untuk segera melaksanakan vonis yang telah dijatuhkan. Pada 30 Desember 2006, Saddam dieksekusi. Dua minggu kemudian, tepatnya pada 15 Januari 2007 dini hari, dua pembantunya yaitu Ketua Dewan Revolusioner Irak Awad Ahmed al-Bandar dan Kepala Dinas Intelijen Barzan Ibrahim al-Tikrit menjalani hukuman gantung. Bahkan, Barzan yang merupakan saudara tiri Saddam dan berbadan gemuk kepalanya terlepas dari badannya saat menjalani eksekusi itu.
2.MOAMAR KHADAFI
Muammar Abu Minyar al-Qaddafi (lahir di Surt, Tripolitania, 7 Juni 1942 – meninggal di Sirte, 20 Oktober 2011 pada umur 69 tahun[1]) 1 — atau Gaddafi — (bahasa Arab: معمر القذافي Mu`ammar al-Qadhdhāfī) adalah penguasa otokratis de facto Libya dari 1969 sampai 2011, setelah merebut kekuasaan dalam kudeta militer. Sebagai hasil dari perang saudara Libya terbentuklah Dewan Transisi Nasional (NTC). Kekuasaan Gaddafi semakin tergerus dengan pengakuan domestik dan internasional terhadap NTC. Dia menghapuskan Konstitusi Libya
tahun 1951 dan menerapkan undang-undang berdasarkan ideologi
politiknya. Kekuasaan yang hampir 42 tahun telah menempatkannya menjadi
penguasa terlama sebagai pemimpin non-kerajaan
keempat sejak tahun 1900 dan terlama sebagai pemimpin penguasa Arab.
Dia menyebut dirinya sebagai 'the Brother Leader', 'Guide of the
Revolution', dan 'King of Kings (Raja segala raja).
Setelah berhasil merebut kekuasaan, Gaddafi mulai menghilangkan
oposisi dan kehidupan warga Libya menjadi dibatasi. Ideologi Gaddafi
disebut Teori Internasional Ketiga
yang dijelaskan dalam Buku Hijau. Keluarga Gaddafi mengambil alih
sebagian besar perekonomian Libya. Gaddafi menggunakan miliaran
pendapatan minyak untuk proyek-proyek internasional. Dia memulai perang
dengan memerintahkan orang lain dan menggunakan senjata nuklir dan bahan kimia sebagai senjata pemusnah massal. Diam-diam, ia mengalokasikan pendapatan negara untuk mensponsori teror dan kegiatan politik lainnya di seluruh dunia. Perserikatan Bangsa-bangsa menyebut Libya di bawah Gaddafi sebagai Negara Paria.
Enam hari setelah penangkapan diktator Irak Saddam Hussein oleh Amerika Serikat,
Gaddafi menghentikan program senjata pemusnah massal (WMD) program dan
inspektur internasional menyambut untuk memverifikasi bahwa Tripoli akan
menindaklanjuti komitmennya. Semenjak itu, Libya sebagai model bagi
negara-negara lain yang diduga mengembangkan WMD sebagai kewajiban
ketidakpatuhan internasional mereka untuk diikuti. Pada 15 Mei 2006, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice
mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik penuh dengan Libya, "sebagai
pengakuan atas komitmen atas Libya penolakan terhadap aksi terorisme dan
kerjasama baik Libya yang diberikan kepada Amerika Serikat dan anggota
lain dari masyarakat internasional dalam menanggapi ancaman global yang
dihadapi dunia sejak serangan 11 September 2001".
Dalam bangunan kebangkitan dunia Arab
bulan Februari 2011, sebuah gerakan demonstrasi menentang Gaddafi
menyebar di seluruh negeri. Gaddafi menanggapi dengan mengirimkan
militer dan pria bersenjata berpakaian preman di jalan-jalan untuk
menyerang demonstran, namun banyak pihak diaktifkan. Gaddafi
meninggalkan perang saudara. Pada 23 Agustus 2011, Gaddafi kehilangan kendali Tripoli ketika para pemberontak menangkap loyalisnya di Bab Al-Azizia. Pasukan loyalis Gaddafi berperang di lokasi yang terbatas.
Dia menghadapi penuntutan oleh Pengadilan Pidana Internasional yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Miliaran dolar asetnya telah dibekukan di seluruh dunia.
Pada tanggal 20 Oktober 2011, media melaporkan bahwa seorang pejabat Dewan Transisi Nasional/NTC telah mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Gaddafi telah ditangkap di kota kelahirannya, Sirte, pada pagi 20 Oktober 2011. Menurut Pejabat tersebut, Gaddafi dilaporkan meninggal karena terluka parah pada kedua kaki dan kepalanya[2][3]. Mayat Khadafy dan putranya, Mutassim, serta mantan Menteri Pertahanan Abu Bakar Younis sempat dipertontonkan kepada publik di sebuah ruang pendingin daging di pasar di Kota Misrata, sebelum dimakamkan di sebuah tempat rahasia di gurun. [4]
3.OSAMA BIN LADEN
Usamah bin Muhammad bin Awwad bin Ladin (bahasa Arab: أسامة بن محمد بن عود بن لادن; sering dipanggil Usamah bin Ladin (atau Osama bin Laden dalam ejaan Inggris) alias Tim Osman, (lahir di Jeddah, Arab Saudi, 10 Maret 1957 – meninggal di Abbottãbad, Pakistan, 2 Mei 2011 pada umur 54 tahun) adalah pendiri Al Qaeda.
Dilahirkan di Jeddah, Arab Saudi, kawasan pantai Laut Merah. Usamah adalah anak ke-17 dari 52 bersaudara. Ayahandanya yang bernama Muhammad bin Ladin, adalah seorang petani miskin dari Yaman yang kemudian bermigrasi ke Arab Saudi setelah Perang Dunia II).
Di tempat yang baru ini Muhammad bin Ladin memulai dengan usahanya yang
baru bergerak dalam bidang bisnis pembangunan. Pada akhirnya ia
memenangkan banyak kontrak bagi pembangunan masjid-masjid dan
istana-istana yang sangat bernilai dari pemerintah Arab Saudi. Oleh
karena itu ia telah mengembangkan tali persahabatan yang sangat akrab
dengan keluarga Kerajaan Saudi[1].
Muhammad bin Ladin kemudian telah menjadi salah seorang yang paling
kaya di Arab Saudi, yang diperkirakan memiliki keuntungan miliaran dolar
Amerika Serikat. Dari keuntungannya ini diperkirakan Muhammad bin Ladin
memiliki saham sebesar hampir 300 miliar dolar Amerika.
Usamah bin Ladin mulai membangun jaringan komunikasinya pada tahun 1979 ketika ia berangkat ke Afganistan
bergabung dalam milisi perang kaum pejuang Afgan yang dikenal sebagai
kaum mujahidin yang tetap bertahan dan bertempur melawan Soviet[2]
. Usamah menggalang dana melalui jalur-jalur kekayaan dan relasi-relasi
koneksi keluarganya bagi gerakan pertahanan Afgan, dan membantu kaum
Mujahidin dengan bantuan logistik dan bantuan kemanusiaan. Usamah juga
terlibat mengambil bagian dalam beberapa pertempuran selama perang
Afganistan.
Ketika peperangan melawan Soviet hampir berakhir, Usamah mendirikan gerakan Al Qaeda,
sebuah organisasi para mantan/eks pejuang Mujahidin dan para pendukung
lainnya yang membantu menyalurkan baik dana maupun para pejuang bagi
gerakan pertahanan Afgan.
Ketika tentara-tentara Soviet menarik mundur keluar dari Afganistan,
Usamah bin Ladin pulang kembali ke Arab Saudi dan bergabung bekerja pada
perusahaan konstruksi dan bangunan milik keluarga, Group Perusahaan Bin
Ladin. Di sini ia kemudian terlibat bersama kelompok orang-orang Saudi
yang berseberangan dan melawan pemerintahan kerajaan/monarki Saudi,
yakni terhadap Keluarga Raja Fahd. Pada tahun 1995 Usamah bin Ladin
membangun infrasruktur di Sudan ketika hubungannya dengan Presiden Umar al-Bashir dan Dr. Hasan Turabi yang memerintah Sudan.
Pada tahun 1994, Pemerintah Saudi mencabut hak kewarganegaraan Usamah
dan membekukan seluruh aset dan kekayaannya di seluruh negeri. Usamah
bin Ladin diyakini berbagai pihak sebagai tokoh pusat dan kunci dari
suatu koalisi internasional dari kaum radikal Islam. Menurut Pemerintah
Amerika Serikat, Al Qaeda telah meniru gerakan-gerakan aliansi dengan
pola pikir kelompok-kelompok fundamentalis, seperti misalnya kelompok
Al-Jihad di Mesir, Gerakan Hizbullah di Iran, Front Islam Nasional di
Sudan, dan kelompok-kelompok jihad lainnya di Yaman, Arab Saudi, dan
Somalia. Organisasi Usamah bin Ladin juga memiliki ikatan-ikatan dengan
"Kelompok Islam" yang pada suatu ketika dibawah pimpinan Syaikh Omar Abdel Rahman,
seorang ulama Mesir yang menjalani hukuman seumur hidup sejak
pengakuannya pada tahun 1995 menggagalkan persekongkolan peledakan
beberapa tempat di kawasan kota New York. Pada akhir tahun 1990-an dua
orang anak Sheik Rahman bergabung bersama kekuatan tentara dan
perjuangan Usamah bin Ladin.
Sejak tahun 1992, Pemerintah Amerika Serikat memberi kesan bahwa
Usamah bin Ladin dan anggota-anggota lainnya dari gerakan Al Qaeda
menjadi target sasaran militer Amerika yang bertugas di Arab Saudi, dan
di Yaman, dan satuan militer yang ditugaskan di Tanduk Afrika, termasuk
di Somalia. Pada bulan Oktober 1993, diberitakan ada 18 orang anggota
militer berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja untuk bantuan
kemanusiaan dan penanggulangan penderitaan di Somalia, mati dibunuh
disana ketika menjalankan karya sosial mereka. Mayat tentara pekerja
sosial itu diseret dan dianiaya di sepanjang jalan-jalan raya. Pada
tahun 1996 Usamah bin Ladin dikenai hukuman atas tuduhan melatih
orang-orang yang terlibat dalam penyerangan pembunuhan tentara pekerja
sosial di atas dan ia mengatakan bahwa para pengikutnya bersama kaum
Muslim setempat telah membunuh tentara-tentara itu. Penegak hukum
Amerika Serikat juga menuduh bahwa Usamah bin Ladin memiliki jaringan
dengan serangan-serangan yang gagal ke atas dua hotel di Yaman di mana
para tentara Amerika Serikat bermalam dalam perjalanan mereka ke
Somalia.
Pada tanggal 7 Agustus 1998, delapan tahun setelah penugasan
operasional militer, Amerika Serikat membuat sebuah jebakan di Arab
Saudi dengan meledakkan dua truk bermuatan bom di luar Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Nairobi dan membuat alur cerita se akan akan otak
peledakan adalah usamah bin ladin, Kenya; dan di Dares Salaam, Tanzania.
Usamah bin Ladin menolak bertanggungjawab, tetapi para Hakim menegaskan
keterlibatan dan kesalahannya itu terbukti dengan adanya surat-surat
faksimili yang dikirimkan oleh kelompok Sel Usamah di London setidaknya
kepada tiga agen penjualan media internasional. Para Hakim juga
menunjukkan pengakuan para pelaku tindak kriminal tertuduh pelaku
pengeboman Kedutaan-Kedutaan Besar, yang mengaku mereka adalah anggota
gerakan Al Qaeda.
Empat belas hari kemudian, pada tanggal 20 Agustus 1998, Presiden Bill Clinton
memerintahkan armada kapal perang Amerika Serikat menggempur kamp-kamp
di Afganistan yang menjadi target untuk melumpuhkan usamah binladin
dengan memberikan cap sebagai sarang pelatihan teroris, dan penggempuran
terhadap pabrik reaktor kimia di kota Khartoum, Sudan.
Usamah bin Ladin bisa selamat dari serangan itu dan dijatuhi hukuman
oleh Amerika Serikat dengan tuduhan sebagai perancang atau otak di balik
serangan-serangan bulan November 1998.
Pada 2 Mei 2011
Usamah bin Ladin tewas dalam serangan yang dilakukan oleh militer
Amerika Serikat di Abbottãbad, Pakistan, tempat persembunyiannya selama
ini.[3] Kemudian 2 Mei 2011 Pasukan Amerika Serikat melakukan tes DNA untuk memastikan kematian Usamah.[4]
Muncul juga teori konspirasi yang menyatakan bahwa bin Ladin
sebenarnya sudah mati pada Desember 2001, dan klaim pembunuhan pada 2011
merupakan bagian dari kampanye Barack Obama untuk pemilu mendatang
4.HITLER
Meninggal 30 April 1945 pada umur 56 tahun) adalah Kanselir Jerman dari tahun 1933 dan Führer (Pemimpin) (Reich ketiga) Jerman sejak 1934 hingga ia meninggal. Pada 2 Agustus 1934, ia menjadi diktator Jerman setelah Presiden Von Hindenburg meninggal. Ia menyatukan jabatan kanselir dan presiden menjadi Führer sekaligus menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman. Ia juga seorang Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal dengan Nazi. Nazi secara resmi dibubarkan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II
yang besar karena sistem kediktatoran Hitler. Hitler seorang orator
yang berkharisma, Hitler merupakan salah satu pemimpin yang paling
berpengaruh di dunia.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
22.22
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar