Bumiku Sayang, Bumiku Malang
SMA N 2 NGAGLIK
2013
Kata Pengantar
Puji syukur
penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Bumiku Sayang, Bumiku Malang”.
Penulisan makalah
adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA N 2 NGAGLIK.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai pelajaran bahasa indonesia.Amien
Daftar
Isi
Bab
1 Pengertian Eksploitasi
Eksplotasi
dapat didefinsikan menjadi beberapa pengertian yaitu :
-
Pengambilan sumberdaya alam untuk
dipakai / dipergunakan atau dimanfaatkan dalam berbagai keperluan manusia dalam
memenuhi kebutuhannya.( Dra. Nurkartika,
dkk)
-
usaha
penambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.
-
politik pemanfaatan, eksploitasi adalah untuk kepentingan ekonomi atau kesejahteraan.(secara
harfiah)
Eksploitasi merupakan salah satu dari kegiatan manusia yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Hal ini sesuai dengan pesan
Che Guevara ,” Dunia ini penuh dengan manusia yang kelaparan yang tidak
mempunyai uang untuk membeli makanan, ini adalah sebuah paradok, di dunia
negara miskin adalah dunia yang selalu lapar, mungkin terdapat cara memperluas
produksi makanan yang dapat menjaga agar harga pangan menjadi tidak terlalu
mahal agar mereka bisa membeli dan mendapatkan makanan. Ini adalah filosofi
yang tidak berdasarkan kebijakan yang adil dan harus diberhentikan sebagai
dasar aturan dalam hubungan antara bangsa-bangsa......".I ni
mengisyaratkan bahwa eksploitasi dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan
manusia. Secara ekonomi eksploitasi
merupakan salah satu bentuk usaha ekstraktif.
Yaitu usaha yang mengolah sumber
daya alam dengan cara mengambil bahan baku langsung dari alam.
Contohnya saja adalah kegiatan pertambangan.
Di dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air
dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Hal ini mengisyaratkan bahwa negara
memperbolehkan rakyatnya untuk mengolah alam, dalam rangka tercapainya
masyarakat yang adil makmur. Namun dalam pelaksanaan eksploitasi tersebut sering terjadi beberapa
pelanggaran. Contoh nyata yang dapat dilihat adalah eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak-dampak yang ditimbulkannya. Eksploitasi
sumber daya alam yang diambil secara
besar-besaran tersebut contohnya adalah
penambangan minyak bumi yang berlebihan. Lebih lanjut penulis akan
membahas mengenai penyimpangan-penyimpangan yang muncul dalam kegiatan
penambangan minyak bumi.
Bab
2 Eksploitasi Minyak Bumi
Bentuk eksploitasi bumi sangatlah banyak selanjutnya penulis
akan membahas mengenai eksplotasi minyak
bumi dan penyimpangan yang ada dalam kegiatan tersebut.
2.1 Proses
Eksplotasi Minyak Bumi
Pengeboran minyak bumi adalah usaha teknis yang dilaksanakan
dengan membuat lubang ke perut bumi dengan aman (sesuai standar tertentu)
sampai ke formasi yang kaya akan kandungan minyak bumi dan gas. Lubang ini
kemudian dilapisi dengan casing (pipa besi dengan ukuran standar) dan dilakukan
penyemenan (cementing) untuk melekatkan casing pada dinding formasi. Dengan
terhubunganya lapisan formasi dengan permukaan melalui lubang hasil pengeboran
ini maka kandungan minyak bumi di dalam perut bumi dapat dimanfaatkan secara
komersial dalam jumlah yang ekonomis.
Operasi pengeboran merupakan kegiatan di kawasan terbatas dengan jumlah investasi yang besar. Kegiatan ini melibatkan investasi padat modal dengan peralatan teknologi tinggi dan manusia-manusia yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Para personil yang bekerja di pengeboran harus memiliki pengetahuan yang mendalam, pengalaman di bagian yang menjadi kekhususannya, dan memperhatikan keselamatan kerja sebagai hal yang paling utama. Keselamatan kerja akan berpengaruh positif pada keberhasilan proyek dengan tidak terhentinya proses pengeboran, serta berpengaruh pada citra perusahaan minyak bumi dan gas di mata pemangku kepentingan (pemerintah, pemegang saham, investor, masyarakat sekitar, dan pemerhati lingkungan). Untuk lebih jelasnya sebelum ke pengeboran kita mundur sejenak untuk melihat proses-proses yang dilaksanakan untuk mengetahui adanya perangkap di bawah permukaan yang berisi cadangan minyak bumi dan gas. Proses tersebut meliputi:
1. Survei oleh ahli geologi
Ruang lingkup geologi minyak dan gas bumi adalah geologi batuan lunak (soft-rock geology) yang mempelajari batuan sedimen untuk mencari minyak dan batu bara yang erat kaitannya dengan batuan sedimen. Geologi mengkaji batuan sedimen dan semua faktor yang menentukan cara terdapatnya, penyebaran, dan cara berakumulasinya minyak dan gas bumi di kerak bumi. Dari hasil singkapan tersebut lalu dibuatkan petanya untuk menentukan tempat terbaik untuk melakukan pengeboran.Geologi migas meliputi geologi permukaan dan bawah permukaan.
Menurut Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia , untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut dalam eksplorasi minyak bumi hal ini disebut kajian geologi. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:
a. Batuan Sumber (Source Rock), yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih (Shale). batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.
b. Tekanan dan Temperatur, untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.
c. Migrasi, Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.
d. Reservoir, adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.
e. Caps Rock, Minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir, untuk dapat menahan dan melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini harus mempunyai penutup di bagian luar lapisannya. Sebagai penutup lapisan reservoir biasanva merupakan lapisan batuan yang rnempunyai sifat kekedapan (impermeabel), yaitu sifat yang tidak dapat meloloskan fluida yarg dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai lapisan yang berada dibagian atas dan tepi reservoir yang dapat dan melindungi fluida yang berada di dalam lapisan di bawahnya.
f. Perangkap Reservoir (Reservoir Trap), Merupakan unsur pembentuk reservoir sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap ke bawah, hal ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservoir. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali.
Gb. Akumulasi geologis: A) Anticline trap, B) Fault trap, C) Unconformity trap, and D) Stratigraphic trap.
sumber: http://www.geology.ohio-state.edu/~vonfrese/gs100/lect22/
Gb. Struktur perangkap
sumber: http://www.geology.ohio-state.edu/~vonfrese/gs100/lect22/
2. Seismik
Proses ini bertujuan untuk mencari kandungan minyak ataupun gas bumi dengan menggunakan gelombang akustik (acoustic waves) yang merambat ke lapisan tanah. Gelombang ini direfleksikan dan ditangkap kembali oleh sensor. Dari data proses perambatan gelombang ini akan diolah untuk mendapatkan informasi lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan kandungan minyak dan gas buminya. Untuk melakukan proses seismik di kedalaman laut digunakan kapal survei dengan peralatan sonar.
Gb. Seismik daratan
sumber: http://www.earthscrust.org/science/startups/australia-su.html
Gb. ANSIR vibrator seismic energy source "Brolga" – IVI Birdwagon Mk 4b with Hemi-60 vibrator, 60,000 pounds pressure. Usually 3 in line are used for routine deep seismic profiling.
sumber: http://www.earthscrust.org/science/startups/australia-su.html
Gb. Seismik lautan
sumber: http://www.epa.gov/esd/cmb/GeophysicsWebsite/pages/reference/methods/Marine_Geophysical_Methods/Marine_Seismic_Methods.htm
Operasi pengeboran merupakan kegiatan di kawasan terbatas dengan jumlah investasi yang besar. Kegiatan ini melibatkan investasi padat modal dengan peralatan teknologi tinggi dan manusia-manusia yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Para personil yang bekerja di pengeboran harus memiliki pengetahuan yang mendalam, pengalaman di bagian yang menjadi kekhususannya, dan memperhatikan keselamatan kerja sebagai hal yang paling utama. Keselamatan kerja akan berpengaruh positif pada keberhasilan proyek dengan tidak terhentinya proses pengeboran, serta berpengaruh pada citra perusahaan minyak bumi dan gas di mata pemangku kepentingan (pemerintah, pemegang saham, investor, masyarakat sekitar, dan pemerhati lingkungan). Untuk lebih jelasnya sebelum ke pengeboran kita mundur sejenak untuk melihat proses-proses yang dilaksanakan untuk mengetahui adanya perangkap di bawah permukaan yang berisi cadangan minyak bumi dan gas. Proses tersebut meliputi:
1. Survei oleh ahli geologi
Ruang lingkup geologi minyak dan gas bumi adalah geologi batuan lunak (soft-rock geology) yang mempelajari batuan sedimen untuk mencari minyak dan batu bara yang erat kaitannya dengan batuan sedimen. Geologi mengkaji batuan sedimen dan semua faktor yang menentukan cara terdapatnya, penyebaran, dan cara berakumulasinya minyak dan gas bumi di kerak bumi. Dari hasil singkapan tersebut lalu dibuatkan petanya untuk menentukan tempat terbaik untuk melakukan pengeboran.Geologi migas meliputi geologi permukaan dan bawah permukaan.
Menurut Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia , untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut dalam eksplorasi minyak bumi hal ini disebut kajian geologi. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:
a. Batuan Sumber (Source Rock), yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih (Shale). batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.
b. Tekanan dan Temperatur, untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.
c. Migrasi, Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.
d. Reservoir, adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.
e. Caps Rock, Minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir, untuk dapat menahan dan melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini harus mempunyai penutup di bagian luar lapisannya. Sebagai penutup lapisan reservoir biasanva merupakan lapisan batuan yang rnempunyai sifat kekedapan (impermeabel), yaitu sifat yang tidak dapat meloloskan fluida yarg dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai lapisan yang berada dibagian atas dan tepi reservoir yang dapat dan melindungi fluida yang berada di dalam lapisan di bawahnya.
f. Perangkap Reservoir (Reservoir Trap), Merupakan unsur pembentuk reservoir sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap ke bawah, hal ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservoir. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali.
Gb. Akumulasi geologis: A) Anticline trap, B) Fault trap, C) Unconformity trap, and D) Stratigraphic trap.
sumber: http://www.geology.ohio-state.edu/~vonfrese/gs100/lect22/
Gb. Struktur perangkap
sumber: http://www.geology.ohio-state.edu/~vonfrese/gs100/lect22/
2. Seismik
Proses ini bertujuan untuk mencari kandungan minyak ataupun gas bumi dengan menggunakan gelombang akustik (acoustic waves) yang merambat ke lapisan tanah. Gelombang ini direfleksikan dan ditangkap kembali oleh sensor. Dari data proses perambatan gelombang ini akan diolah untuk mendapatkan informasi lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan kandungan minyak dan gas buminya. Untuk melakukan proses seismik di kedalaman laut digunakan kapal survei dengan peralatan sonar.
Gb. Seismik daratan
sumber: http://www.earthscrust.org/science/startups/australia-su.html
Gb. ANSIR vibrator seismic energy source "Brolga" – IVI Birdwagon Mk 4b with Hemi-60 vibrator, 60,000 pounds pressure. Usually 3 in line are used for routine deep seismic profiling.
sumber: http://www.earthscrust.org/science/startups/australia-su.html
Gb. Seismik lautan
sumber: http://www.epa.gov/esd/cmb/GeophysicsWebsite/pages/reference/methods/Marine_Geophysical_Methods/Marine_Seismic_Methods.htm
2.2 Penyimpangan dalam eksploitasi Minyak Bumi
Faktor penyebab munculnya penyimpangan dalam eksploitasi
minyak bumi :
1. Lemahnya sistem hukum
2. Adanya anggapan bahwa minyak bumi
adalah barang berharga
3. Konspirasi pihak asing
4. Kurangnya pengawasan
5. Sifat manusia yang tidak pernah
merasa puas dan rakus
Contoh penyimpangan dalam
eksploitasi minyak bumi di Indonesia :
Pencurian minyak kerap terjadi di Indonesia khususnya di
daerah penghasil minyak mentah. Masyarakat tanpa perasaan berdosa mencuri
minyak dengan cara merusak pipa penyaluran minyak antar daerah. Setelah pipa
itu mereka rusak maka warga berbondong-bondong datang untuk mengambil minyak
mentah tersebut. Contoh nyata adalah di Plaju, Sumatera Selatan. Pencurian
minyak ini sangat merugikan negara. Bahkan berdasar penuturan dari Kepala SKK
MIGAS Sumatera Selatan, Setia Budi frekuensi dan volume pencurian minyak di
jalur pipa tersebut mengalami lonjakan sejak awal tahun 2013, bahkan mencapai
rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yakni rata-rata perhari sebanyak
3.000 hingga 5.000 barel dari 11.000--13.000 barel minyak yang dipompakan
melewati jalur itu. Pencurian minyak di Plaju merupakan pencurian minyak dengan
intensitas tertinggi di Indonesia. Pencurian ini disebabkan karena
ketidakmampuan rakyat kecil untuk membeli bahan bakar minyak. Hal karena
ssetiap hari harga minyak dunia terus melambung tinggi.
Selain
pencurian minyak, penimbunan bahan bakar minyak merupakan masalah yang sangat
serius. Penimbunan ini dilakukan agar bahan bakar minyak di pasaran menjadi
langka dan harganya naik. Ketika harga bahan bakar minyak naik itulah penimbun
akan menjualnya. Penimbunan ini sering terjadi saat akan diumumkannya kenaikan
harga BBM oleh pemerintah. Para penimbun hanyalah memikirkan kepentingan
perutnya sendiri tanpa memperhatikan nasib rakyat kecil. Tentunya ini adalah
suatu masalah yang sangat menyedihkan. Dikala rakyat kecil menjerit karena BBM
naik, tetapi para penimbun justru menikmati harta haram mereka.
Limbah minyak adalah buangan yang
berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi,
fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal
laut. Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah minyak merupakan
bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya
dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya.
Sumber pencemaran minyak di laut
Limbah minyak yang berasal dari
minyak mentah (crude oil) terdiri dari ribuan konstituen pembentuk yang secara
struktur kimia dapat dibagi menjadi lima family :
a. Hidrokarbon jenuh (saturated
hydrocarbons), merupakan kelompok minyak yang dicirikan dengan adanya rantai
atom karbon (bercabang atau tidak bercabang atau membentuk siklik) berikatan
dengan atom hidrogen, dan merupakan rantai atom jenuh (tidak memiliki ikatan
ganda). Termasuk dalam kelompok ini adalah golongan alkana (paraffin), yang
mewakili 10-40 % komposisi minyak mentah. Senyawa alkana bercabang (branched
alkanes) biasanya terdiri dari alkana bercabang satu ataupun bercabang banyak
(isoprenoid), contoh dari senyawa ini adalah pristana, phytana yang terbentuk
dari sisa-sisa pigment chlorofil dari tumbuhan. Kelompok terakhir dari famili
ini adalah napthana (Napthenes) atau disebut juga cycloalkanes atau
cycloparaffin. Kelompok ini secara umum disusun oleh siklopentana dan
siklohexana yang masanya mewakili 30-50% dari massa total minyak mentah.
b. Aromatik (Aromatics). Famili
minyak ini adalah kelas hidrokarbon dengan karakteritik cincin yang tersusun
dari enam atom karbon. Kelompok ini terdiri dari benzene beserta turunannya
(monoaromatik dan polyalkil), naphtalena (2 ring aromatik), phenanthren (3
ring), pyren, benzanthracen, chrysen (4 ring) serta senyawa lain dengan 5-6
ring aromatic. Aromatik ini merupakan komponen minyak mentah yang paling
beracun, dan bisa memberi dampak kronik (menahun, berjangka lama) dan
karsinogenik (menyebabkan kanker). Hampir kebanyakan aromatik bermassa rendah
(low-weight aromatics), dapat larut dalam air sehingga meningkatkan bioavaibilitas
yang dapat menyebabkan terpaparnya organisma didalam matrik tanah ataupun pada
badan air. Jumlah relative hidrokarbon aromatic didalam mnyak mentah bervariasi
dari 10-30 %.
c. Asphalten dan Resin. Selain empat
komponen utama penyusun minyak tersebut di atas, minyak juga dikarakterisasikan
oleh adanya komponen-komponen lain seperti aspal (asphalt) dan resin (5-20 %)
yang merupakan komponen berat dengan struktur kimia yang kompleks berupa siklik
aromatic terkondensasi dengan lebih dari lima ring aromatic dan
napthenoaromatik dengan gugus-gugus fungsional sehingga senyawa-senyawa
tersebut memiliki polaritas yang tinggi.
d. Komponen non-hidrokarbon. Kelompok
senyawa non-hidrokarbon terdapat dalam jumlah yang relative kecil, kecuali
untuk jenis petrol berat (heavy crude). Komponen non-hidrokarbon adalah
nitrogen, sulfur, dan oksigen, yang biasanya disingkat sebagai NSO. Biasanya
sulphur lebih dominant disbanding nitrogen dan oxygen, sebaga contoh, minyak
mentah dari Erika tanker mengandung kadar S, N dn O berturut-turut sebesar 2.5,
1.7, dan 0.4 % (Baars, 2002).
e. Porphyrine. Senyawa ini berasal
dari degradasi klorofil yang berbentuk komplek Vanadium (V) dan Nikel (Ni).
Berikut adalah dampak yang
ditimbulkan dari adanya pencemaran air laut dari limbah minyak :
Ø WATHERING/ PELAPUKAN PADA TUMPAHAN
MINYAK BUMI
Proses transformasi oil spill di laut
yaitu ketika oil spill terjadi di lingkungan laut, minyak akan mengalami
serangkaian perubahan/pelapukan (weathering) atas sifat fisik dan kimiawi.
Sebagian perubahan tersebut mengarah pada hilangnya beberapa fraksi minyak dari
permukaan laut, sementara perubahan lainnya berlangung dengan masih terdapatnya
bagian material minyak di permukaan laut. Meskipun minyak yang tumpah pada
akhirnya akan terurai/terasimilisi oleh lingkungan laut, namun waktu yang
dibutuhkan untuk itu tergantung pada karakteristik awal fisik dan kimiawi
minyak dan proses peluruhan (weathering) minyak secara alamiah.
Weathering atau pelapukan minyak
adalah proses penghamburan minyak yang tumpah hasil dari sejumlah proses kimia
dan fisik yang mengubah komposisi. Minyak akan mengalami pelapukan dalam
cara-cara yang berbeda. Beberapa prosesnya, seperti pada pendispersian alami
minyak ke dalam air, mengakibatkan bagian dari minyak meninggalkan permukaan air
laut, dan sisanya, seperti pada proses evaporasi atau formasi air pada emulsi
minyak, mengakibatkan minyak yang tersisa pada permukaan dan tinggal dalam
waktu lama (persisten).
Meskipun minyak yang tumpah pada
akhirnya akan terurai/terasimilisi oleh lingkungan laut, namun waktu yang
dibutuhkan untuk itu tergantung pada karakteristik awal fisik dan kimiawi
minyak dan proses peluruhan (weathering) minyak secara alamiah.
Beberapa faktor utama yang
mempengaruhi perubahan sifat minyak adalah:
a. Karaterisik fisika minyak,
khususnya gravitasi spesifik, viskositas dan rentang didih;
b. Komposisi dan karakteristik
kimiawi minyak;
c. Kondisi meteorologi (sinar
matahari (fotooksidasi), kondisi oseanograpi dan temperatur udara); dan
d. Karakteristik air laut (pH,
gravitasi spesifik, arus, temperatur, keberadaan bakteri, nutrien, dan oksigen
terlaut serta padatan tersuspensi).
Cara dimana lapisan minyak pecah dan
menyebar sangat tergantung pada ketahanan (tingkat persisten) minyak tersebut.
Produk ringan seperti kerosin cenderung terevaporasi, tersebar dengan cepat,
dan tidak perlu pembersihan sebab akan hilang secara alami. Ini dinamakan
minyak non-persisten. Sebaliknya, minyak persisten seperti pada kebanyakan
minyak mentah, pecah dan menyebar lebih lambat dan biasanya memerlukan tindakan
pembersihan. Sifat fisika seperti densitas, viskositas, dan titik alir minyak,
semuanya mempengaruhi sifat penyebarannya. Penyebaran tidak terjadi tiba-tiba. Waktu penyebarannya
tergantung sejumlah faktor, termasuk jumlah dan tipe tumpahan minyak, kondisi
cuaca, dan jika minyak tertinggal di laut atau terbawa ke darat. Kadang-kadang,
prosesnya cepat dan pada waktu lain terjadi dengan lambat, terutama di perairan
tertutup dan tenang.
Proses pelapukan (Wathering) tumpahan
minyak di laut terjadi ke dalam beberapa mekanisme diantaranya : melalui
pembentukan lapisan ( slick formation ), penyebaran (dissolution), pergeseran,
penguapan (evaporation), polimerasi (polymerization), emulsifikasi
(emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil emulsions ), emulsi
minyak dalam air (oil in water emulsions), fotooksida, biodegradasi mikorba,
sedimentasi, dicerna oleh planton dan bentukan gumpalan.
Hampir semua tumpahan minyak di
lingkungan laut dapat dengan segera membentuk sebuah lapisan tipis di
permukaan. Hal ini dikarenakan minyak tersebut digerakkan oleh pergerakan
angin, gelombang dan arus, selain gaya gravitasi dan tegangan permukaan.
Beberapa hidrokarbon minyak bersifat mudah menguap, dan cepat menguap. Proses
penyebaran minyak akan menyebarkan lapisan menjadi tipis serta tingkat
penguapan meningkat.
Hilangnya sebagian material yang
mudah menguap tersebut membuat minyak lebih padat/ berat dan membuatnya
tenggelam. Komponen hidrokarbon yang terlarut dalam air laut, akan membuat lapisan
lebih tebal dan melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat
mengubah karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan
mengurangi jumlah minyak.
Proses pembentukan lapisan minyak
yang begitu cepat, ditambah dengan penguapan komponen dan penyebaran komponen
hidrokarbon akan mengurangi volume tumpahan sebanyak 50% selama beberapa hari
sejak pertama kali minyak tersebut tumpah. Produk kilang minyak, seperti
gasoline atau kerosin hamper semua lenyap, sebaliknya minyak mentah dengan
viskositas yang tinggi hanya mengalami pengurangan kurang dari 25%.
METODE PENANGGULANGAN
TUMPAHAN MINYAK DI LAUT
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan
tumpahan minyak (oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan
minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan
ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima
"reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah
penanggulangan ini akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang
memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan
cuaca yang tidak ekstrem.
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya
in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent
dan penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju
penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.
a. In-situ burning adalah pembakaran
minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak
dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang
terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini
membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau
barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa
tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan
mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada
komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam
di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan
penyebaran api yang tidak terkontrol.
b. Cara kedua yaitu penyisihan minyak
secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan
booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan
peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal
meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada
area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada
jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang
mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.
c. Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu
mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan
nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang
berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga
kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya,
cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai
berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.
d. Cara keempat dengan menggunakan
sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan
minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam
sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat
sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik
hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali
dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami,
rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir)
dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon)
e. Cara kelima dengan menggunakan
dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil
(droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam
tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut
surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat
aktif permukaan).
Bab
3 Penutup
Kesimpulan
: Eksploitasi merupakan sebuah kegiatan
yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan
eksploitasi dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Akan tetapi
eksplotasi alam yang berlebihan justru akan menimbulkan kerusakan alam.
Sehingga kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia pada akhirnya akan terganggu.
Daftar
Pustaka
http://www.earthscrust.org/science/startups/australia-su.html
http://www.geology.ohio-state.edu/~vonfrese/gs100/lect22/
http://www.geology.ohio-state.edu/~vonfrese/gs100/lect22/
Tempo.com
Antaranews.com
http://www.kabarsaham.com/2011/pengeboran-migas-sulbar-mulai-temukan-gelembung.html
Rumidi,Sukandar. 1999. Bahan Galian Industri. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
sindonews.com
ilhamirdian.wordpress.com
Adams,
Patricia.1991.Odious Debs.Jakarta : PT. Binarena Pariwara
Perkins, Jhon.1995.Masa Depan Bumi.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Perkins, Jhon.1995.Masa Depan Bumi.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
07.53
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar