The Last Stand
Oleh Anggalih Bayu Muh Kamim
Terus Ku tatap tajam foto
itu, memang banyak memori di dalamnya. Paling tidak sulaman-sulaman peristiwa
lalu terlukis di dalamnya. Dudung, Basuki, Suhardi, mereka adalah yang paling
berkesan. Meski foto ini sudah terlihat buluk, tapi kan Ku rawat dengan baik.
Terlalu banyak sejarah di dalamnya. Tuhan memang adil, Tuhan menciptakan
sesuatu selalu berpasangan. Ada siang, ada malam. Ada hidup, ada mati. Ada
pertemuan pasti kan terjadi sebuah perpisahan. Itu lah yang terjadi. Semenjak
berpisah, Kami tak pernah bertemu lagi. Aku tak tahu apakah Mereka masih hidup.
Apakah Mereka sudah punya anak ? Hidup bahagia atau justru sebaliknya. Aku tak
pernah tahu, tak pernah ada kabar dari Mereka. Maklum Kami orang tempo dulu.
Main handphone saja tak becus, apa lagi email. Aku heran dengan anak muda zaman
sekarang, Mereka memang mahir dalam menggunakan teknologi. Tapi sayang, Mereka
tak mahir dalam hal perasaan. Bukan perasaan cinta atau berkasih sayang. Mereka
justru lebih mahir tentang itu. Buktinya Mereka sudah berpacaran di usia bau
kencur. Sungguh tak elok, tapi yang Mereka tak punya adalah perasaan mengenai
memaknai hidup. Mereka itu kini seperti binatang haus darah, sesama teman
dihabisi sendiri. Aku sedih ketika mendengar kabar dari tetangga ada anak SMA
yang tewas dibacok karena diduga terlibat tawuran. Apa maksud Mereka ? Apa
Mereka pikir Mereka sudah benar ? Mereka pikir dengan menonjolkan otot, Mereka
kuat ? Sungguh ironis saat ini. Andai Aku bisa bertemu sahabat lama, pasti Kami
bisa bertukar pikiran bersama. Kami bisa saja berantas kedzaliman ini. Aku
sudah sangat muak dengan kekalutan ini. Dudung, Basuki, Suhardi, andai Aku bisa
bertemu kalian lagi. Kan Ku ukir kembali masa jaya Kita. Semenjak revolusi itu
jatuh, semuanya berantakan.
Pemuda-pemuda itu pikir
Mereka benar. Mereka hanyalah manusia-manusia takabur, gegabah dan suka
menggumbar masalah. Mereka seenaknya sendiri menuduh Kita. Andai Aku bisa
bertemu kalian lagi, kan Kita balas Mereka. Aku sedih pemuda-pemuda takabur itu
kini menguasai zaman, Aku sedih kekuatan persahabatan Kita ditumbangkan oleh
kekufuran. Oh.... Dudung, Basuki, Suhardi coba ada kalian. Pemuda seharusnya
menjadi harapan bangsa, bukannya asal demo sana-sini. Ini kah tanda kerapuhan
zaman ! Pemuda-pemuda itu justru memperkeruh suasana, andai Kita bisa berkumpul
lagi sahabat. Kita bersama tunggangi kuda hitam Kita, Kita penggal kemungkaran.
Mereka pikir rezim yang lalu buruk, Mereka pikir reformasi jalan keluar.
Tidak..... tidak semua ini hanya okhlohkrasi.
Aku sangat murka dengan Mereka sahabatku. Mereka itu hanya binatang jalang,
Mereka hanya manusia murahan, sahabat.
“
Pak...... Heh, jangan melamun terus ! Tiap hari Bapak pandangi foto itu, memang
kenapa sih Pak ? Tu...... di depan ada orang nyariin Bapak.”
“
Enggak, kok Bu, Bapak Cuma mengingat masa jaya Bapak. Siapa yang cari Bu ?”
“
Ibu tak tahu, Ibu juga gak kenal tu Pak, siapa Dia ya Pak ? coba Bapak tengok
dulu dari jendela ?”
“
Oo......... Ya, akan Ku tengok dulu. Masya Allah”
“
Lho.......... kenapa Pak ? Ada apa kok jadi kaget ?”
“
Nga....... nganu, Bapak tak mau menemui Dia, meskipun Dia mencari Bapak.”
“
Lho ! Memang Dia siapa Pak ? Mengapa Bapak menjadi tidak senang dengan
kedatangannya.”
“
Pokoknya Aku tak mau menemuinya, Dia orang tak penting dalam hidupku. Usir saja
Dia, Bu.”
“
Lho........ kok diusir, siapa pun dia Kita harus meladeninya Pak. Ingat Kita
harus menghormati tamu. Agama pun sangat menganjurkan umatnya menghargai tamu,
siapa pun Dia. Tamu adalah raja, Pak.”
“
Sudah...... sudah, kenapa Ibu malah jadi ceramah, Dia itu orang jahat. Dia tak
usah ditemui. Dia pantas untuk diusir.”
“
Jahat ? Bapak ini jangan begitu ? Kita sesama manusia harus saling menghargai.
Mengapa Bapak bisa berkata Dia jahat ? Memang Dia pernah melakukan kejahatan
apa dari Bapak.”
“
Dia......... Dia lah yang menjadi provokator sehingga Bapak jadi lengser. Dia
itu hanya penjilat, Bu.”
“
Tapi......... bagaimana pun juga, Kita harus menjamunya dengan baik,Pak. Siapa
tahu kemari Dia datang untuk minta maaf pada Bapak, atas perilakunya di masa
lalu.”
“
Tidak mungkin seorang pembunuh akan minta maaf. Dia hanya makhluk berdosa.”
“
Apa ? pembunuh. Memang Apa yang dilakukannya, Pak ? Sampai-sampai Bapak menuduh
sekejam itu padanya.”
“
Jangan keras-keras, nanti Dia dengar. Kau tahu penyebab kematian sahabatku
Dudung.”
“
Tidak, Pak.”
“
Akan Ku beritahu, Dia sebenarnya adalah anak angkat Si Dudung. Dia orang tak
tahu terima kasih. Di beri susu malah membalas air tuba. Menjelang revolusi,
Kau kan tahu krisisi moneter membayangi negeri ini. Dia dan gerombolannya
mengajak pemuda-pemuda ingusan melawan rezim. Dengan semena-mena, Ia tuduh
rezim bertindak KKN. Ia sebenarnya hanya mengincar kekuasaan. Akibat dari
terjadinya revolusi itu, Bapak dan sahabat Bapak didepak dari senayan. Akibat
hal itu, sahabat Bapak, Si Dudung menjadi stress setelah mengetahui aksi anak
angkatnya itu. Akhirnya Dudung terkena stroke, dan Kita tahu 5 bulan kemudian
Dia wafat. Sangat kejam bukan ? Dan yang Ku dengar, Dia kemari hanya meminta
persaksianku, untuk meringankan hukumannya.”
“
Hukuman, memang Dia salah apa,Pak ?”
“
Kau ini bagaimana malah membela penjahat ? Kau tak tahu Dia terjerat kasus
pelanggaran Ham berat pada masa revolusi. Yang Ku dengar Ia memaksa orang agar
ikut demo. Dan yang terbaru Ku dengar Ia terlibat pencucian uang. Dia ingin
meminta Aku memberikan kesaksian berkaitan dengan kejahatannya di masa
revolusi.”
“
Dari mana Bapak tahu kalau Dia kemari untuk meminta Bapak memberikan
persaksian.”
“
Dari sumber yang masih loyal kepadaku.”
“ Lalu mengapa Dia sangat butuh
persaksian Bapak ?”
“
Tentu saja, si Dudung kan sahabat karibku. Dan Dia kan anak angkatnya. Dan lagi
pula Aku termasuk orang penting di negeri ini.”
“
Lalu apa yang akan Bapak lakukan terhadapnya ?”
“
Aku akan balas dendam. Akan Ku beri Dia pelajaran penting. Kalau perlu Ku beri
Dia sampai Dia dihukum mati. Apa lagi rakyat kini mengembor-gemborkan hukuman
mati bagi penjahat besar seperti Dia.”
“
Sebentar, Pak. Ku lihat Dia. Apa tak sebaiknya Bapak temui Dia ? Kelihatannya
sebentar lagi Dia akan pergi.”
“
Ku bilang tidak Ya tidak. Ini prinsip, tak ada yang bisa mencampuri.”
“
Iya, tapi slow aja dong, Pak. Tu lihat kan Dia sudah pergi ! tapi mengapa Dia
meninggalkan kardus, apa itu bingkisan, atau jangan-jangan bom. Akan coba Aku
lihat.”
“
Sudah pergi, bagus lah. Sudah, Bu tak perlu Kau urusi apa yang
ditinggalkannya.”
“
Tapi, Ibu penasaran jadinya, Pak. Sebentar Ibu lihat dulu.”
“
Bu.......... jangan. Ah...... sudah lah. Dasar wanita !”
Dudung lihat lah sebentar lagi, Aku
akan balaskan dendam Kita. Akan Ku balas anak bau kencur itu. Kau tak perlu
sedih, anak sialan itu kan Ku singkirkan. Biar Dia tahu bagaimana rasanya
tersakiti. Rakyat kini tak percaya lagi kepadanya. Dosanya sudah sangat besar,
tenang sahabatku kalian akan senang nanti. Penjahat itu akan mati.
“
Pak........ jangan terus ajak ngobrol foto itu, lihat isi kardus ini, isinya
uang yang banyak, Pak. Ini untuk Kita !”
“
Uang ? Mana Bu, serahkan pada Bapak ?”
“
Ee, enak sajak yang ambil kan Ibu. Lagian tadi Bapak tak mau temui Dia. Ini
uang Ibu.”
“
Bu, berarti Dia kemari mau menyuap Bapak, mana uangnya itu bisa menjadi bukti
untuk memberat hukuman Dia.”
“
Bapak ini bagaimana ? Dikasih rezeki kok tak mau ! pokonya ini uang Ibu.”
“
Mana Bu ! uang ini akan Bapak serahkan pada KPK, Bapak akan balas dendam Bapak.
Biar kapok Dia, Kalau perlu Ku kirim Dia sampai neraka.”
“
Lho........ Pak, uangnya jangan dibawa ke KPK, kan lumayan Pak. Bisa untuk
shopping Ibu, jangan, Pak.”
“
Ibu ini, Ibu mau terlibat pencucian uang ? Persaksian hanya untuk kebenaran,
Aku tak mau membela kedzaliman. Pokoknya Aku hari ini juga akan ke KPK.”
“
Jangan, Pak. Please, itu kan uangnya banyak. Bapak boleh berikan kesaksian yang
benar, tapi uang itu tetap untuk Ibu.”
“
Tidak bisa, ini adalah tanggung jawab moral. Kebenaran harus ditegakkan,
sekalian Bapak balas dendam. Assalamualaikum, Bu.”
“
Lho........ Pak, uangnya ?”
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
11.09
My Secret about Love
Oleh : Anggalih Bayu Muh Kamim
Sahabat adalah orang yang
sangat penting dalam kehidupan seseorang. Yang namanya sahabat akan selalu ada
dalam suka dan duka. Tak ada sahabat yang akan menusuk dari belakang. Sahabat
lebih dari teman, lebih juga dari kelompok klik.
Sahabat adalah segalanya, mungkin hidup ini tak berarti tanpa mereka.
Canda, percakapan, dan segala pembicaraan bersama sahabat akan terasa
menyenangkan. Sahabat tak akan pernah menjadi musuh. Lebih baik sepuluh sahabat
daripada 20 teman yang hanya berniat mengeruk keuntungan. Teman bisa jadi
lawan, tapi sahabat kan jadi kerabat bahkan saudara. Karena hubungan batin yang
sangat kuat. Siapa saja mungkin bisa menjadi teman ? Orang tua, guru, atau
orang lain di sekitar Kita adalah teman. Namun tak sembarang orang bisa jadi
sahabat.
Sahabat adalah segalanya.
Itu ungkapan yang pantas. Aku sangat suka canda, tapi Aku tak akan pula
mementingkan pembicaraan serius. Harus ada nilai plus dari sebuah pembicaraan.
Tak seperti ibu-ibu arisan yang hobi gosip, atau para adolesen yang suka membahas masalah duniawi. Mereka para adolesen suka bahas perkara tak penting.
Yang laki suka bahas game atau bahkan membahas hal-hal porno. Yang perempuan
bahas laki-laki atau malah ngegosipin orang lain dengan hal buruk. Itu tak
berguna, Kita harus dapat ilmu di mana pun dan kapan pun. Meski pembicaraan
serius tapi bagaimana caranya dibuat menyenangkan. Pokoknya harus ada nilai
plusnya. Atau jangan seperti orang-orang yang suka menyalahgunakan solidaritas.
Solidaritas memang penting, namun harus melihat situasi. Atas nama solidaritas
Mereka bergerilya dalam tawuran, alasannya melindungi sekolah. Tapi mengapa
Mereka justru menyerang sekolah lain. Berarti Mereka justru mencoreng arti
positif solidaritas itu sendiri. Harusnya jika Mereka solid, Mereka akan saling
mengingatkan temannya dalam berbuat kebaikan. Bukannya justru membiarkan ketika
orang lain tersesat. Itu lah budaya buruk masyarakat ini. Di desaku saja
masyarakat membiarkan Kaum Adolesen yang
merokok, bahkan ada sebagian kecil dari orang yang masih dalam fase play stage dibiarkan berkata-kata
kotor dan merokok. Asal Bapak Senang,
itu lah senjata ampuh masyarakat ini. Pantas masyarat ini tak maju-maju. Dan
menurut Aku, orang-orang seperti itu tak pantas dijadikan sahabat. Aku ingat
betul falsafah jawa, Aja Cedhak Kebo
Gupak. Padahal nenek moyang saja sudah mengisyaratkan bahaya asal bergaul,
tapi mengapa mereka tak sadar.
Aku paham betul manusia
itu makhluk sosial. Manusia adalah Zoon
Politicon, tapi jika manusia salah masuk dalam suatu kelompok, maka ia hanya
akan menjadi mangsa iblis. Apa lagi Aku sangat membenci orang yang suka mabuk,
karena mereka tak lebih dari teman tidur iblis. Mungkin ini semua sudah suratan
takdir. Hanya Aku dan para sahabat yang paham. Kebanyakan manusia telah lalai.
Semua hal itu seakan-akan terus membayangi pikiranku, ketika Aku mengenang satu
per satu sahabatku. Di tengah suasana mendung ini, tak berarti Cumulonimbus telah mengglayuti
pikiranku. Aku tetap tegar, menunggu hancurnya dunia ini. Di sini Aku tak
sendiri, Aku yakin masih ada orang yang sependapat. Ku lihat ada pedagang
bakwan kawi yang akan lewat. Mendadak perutku jadi keroncongan, apa lagi
suasananya pas. Dingin-dingin gimana gitu ? Aku tertarik untuk membelinya.
“
Bang, bakwan kawinya satu.”
“
Oo, iya den. Saya segera ke sana.”
“
Satu porsi ya Bang.”
“
Siap, den. Lengkap kering, basah, bakso. Saus, sambel, kecapnya. Pakai loncang
tidak ?”
“
Lengkap dong ! Kan cocok mendung-mendung begini ?”
“
Kok Den sendiri di sini, ngapain ?”
“
Oo, tak apa Aku hanya memahami hakikat hidup. Gimana Bang laris hari ini.”
“
Alhamdulillah, lumayan. Tapi sepertinya sama saja, maklum lah Den, harga cabai
naik.”
“
Oo, begitu. Saya boleh bertanya Bang. Mungkin sambil makan, Kita bisa berbagi
cerita.”
“
Oo boleh. Tumben ada orang yang mau ngajak Abang ngomong. Biasannya gak ada
yang mau, batu aja diam ketika Abang cerita.”
“
Ah......... Abang bisa saja. Selama Abang hidup, ada tidak sahabat Abang yang
sangat berkesan dalam hidup Abang.”
“
Oo, tentunya ada. Abang punya temen namanya Paimo. Meski namanya agak ndeso,
tapi orangnya baik sekali. Meski Dia tak terlalu kaya, Dia dermawan. Dia lah
yang memberi Abang pekerjaan ini. Setahu Abang setiap ada tetangganya yang
kesulitan selalu dibantu. Tapi sayang perbuataannya tak sebaik nasibnya. Oleh
beberapa orang Ia dimusuhi, bahkan pernah Dia difitnah curi infaq masjid.
Orang-orang dengki sih, ama kebaikannya. Dia selalu mementingkan kebenaran,
kebatilan akan selalu dilawannya. Pernah satu kali terjadi masalah, anaknya
ketahuan nyontek ketika ujian. Ia pun tak tanggung-tanggung menghukum anaknya.
Tapi caranya tetap mendidik. Anaknya dihukum suruh menghafal Juz A’ma dalam tiga hari. Bukan kah Dia
sangat luar biasa. Bahkan Dia berani membuka praktek curang dalam pelaksanaan
ujian. Semenjak itu musuhnya bertambah, tapi banyak juga yang bertambah
menyeganinya. Tapi malang di akhir hayatnya, ia meninggal setelah ditabrak
mobil. Kata orang itu perilaku orang yang tak senang kepadanya. Mendengar
kematiannya Aku sedih bukan kepalang.”
“
Wah ! hebat sekali teman Abang itu, meski rakyat biasa tetapi berani membela
kebenaran. Jadi satu pelajaran yang Ku dapat, untuk membela kebenaran tak perlu
jadi super hero, cukup jadi diri Kita
sendiri. Tapi mengapa orang yang membela kebenaran justru kadang dimusuhi.”
“
Yah, itu lah yang terjadi Den. Hidup ini memang sulit, coba saja Nabi Muhammad
SAW, masih hidup bumi ini akan tentram. Orang-orang kafir akan diberantas.”
“
Benar.............. dan lagi pula kini musuh Allah bertambah banyak. Tetapi
anehnya mengapa masyarakat tak menyadarinya ? Apakah Mereka terlalu cinta pada
dunia ini ? padahal dunia ini hanya sementara. Seluruh kefanaan ini akan sirna
pada akhirnya. Memang kuantitas orang baik semakin sedikit. Kita tinggal
menunggu waktu.”
“
Ah....... kok omongannya jadi serem, mmmmm bakwannya sambil dimakan dong !
Abang mau keliling lagi.”
“
Oo, iya maaf. Saking asyik ngobrolnya. Bang, ngomong-ngomong di dalam gerobak
itu botol apa Bang ? kelihatannya tidak seperti botol kecap.”
“
Oo, ini botol saos. Tenang tak usah khawatir.”
“
Mengapa Abang ngomongnya jadi gugup, dan Aku lihat di botolnya tertulis Cap
Anggur Tua. Apa sebenarnya itu Bang ?
“
Oo, bukan apa-apa ? Ma......... makannya udahan kan Den, mana piringnya Abang
terburu-buru. Makasih....... ya Den.”
“
Ini uangnya Bang, semuanya jadi 5 ribu kan ?”
“
I........ iya ! terima kasih, dah ya Den.”
“
Loh...... Bang kembaliannya !”
Tiba-tiba pedagang bakwan
kawi itu pergi begitu saja. Dia menjadi seperti dikejar setan. Ada apa
sebenarnya dengan botol itu ? Mengapa Dia jadi takut, Aku harus cari tahu,
pikirku. Mengapa orang yang tadinya berbicara santai, kini jadi berubah panik. Pasti
ada udang dibalik batu, Aku harus tahu. Akan Ku kejar pedagang itu. Tak terasa
Dia pergi dengan cepatnya. Sesampainya di persimpangan Dia bak lenyap ditelan
bumi. Aku harus menemukan Dia kembali bagaimana pun caranya. Ku cari ke sana
kemari tak ketemu. Akhirnya setelah 15 menit, Ku temukan Dia. Dia kembali lagi
ke pos ronda. Dia lupa piringnya ketinggalan. Aku langsung mendekatinya.
“
Bang, kembaliannya. Abang lupa, atau sengaja lari ?”
“
Enggak, Abang lupa !”
“
Kok, Abang jadi gugup, pasti ada yang disembunyikan ya ?”
“
Ti...... tidak, tak ada apa-apa.”
“
Coba Ku lihat, botol apa ini ?”
“
Ja....... jangan Den, Jangan dibuka. Jangan lancang ya ?”
“
Oo Abang mau mengancam, nanti Aku teriak biar semua orang sekalian tahu. Loh.......
ini kan, ini kan miras Bang. Abang suka mabuk ya ?. Katanya Abang ini orang
baik-baik.”
“
Waduh, terlanjur terbuka aibku. Baiklah Aku mengaku, Aku memang suka minum.”
“
Mengapa Abang suka minum, Abang harusnya malu dengan mendiang teman Abang itu !”
“
Bu....... bukan begitu Den.”
“
Ah, tak usah basa-basi Abang hanya pura-pura baik dihadapan orang. Kelihatannya
ramah, tapi sebenarnya Abang ini serigala.”
“
Maaf, Den. Abang terpaksa mabuk. Abang khilaf, semoga Tuhan maafkan Abang.”
“
Memang sebenarnya Aku tak pantas berkata seperti ini, Aku ini hanya orang
asing. Tapi sebagai manusia Kita harus saling mengingatkan, Bang.”
“
Abang terpaksa melakukan itu. Hati Abang rapuh semenjak kepergiannya, tak ada
lagi yang bisa mengingatkan Abang.”
“
Minuman keras itu bukan jalan keluar Bang. Abang justru hanya akan membuat
mendiang teman Abang sedih. Masih ada waktu tuk bertobat Bang.”
“
Terima kasih, Den. Coba tak ada Den, pasti Abang sudah bablas.”
“
Sudah ! Sekarang lebih baik kita ke masjid, waktu sholat hampir tiba.”
“
Oo, mari Den.”
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
11.03
In Mataram with Love
Oleh : Anggalih Bayu Muh Kamim
Musim liburan telah tiba.
Sejenak Aku bisa istirahat dari kerja. Tak terasa tiga tahun sudah Aku mengabdi
pada negeri ini. Kini Aku ingin meregangkan otot dan pikiranku. Maklum
pekerjaanku cukup menguras tenaga. Tetapi Aku heran, justru mendekati musim liburan
seperti ini tak ada kabar darinya. Sms tak dijawab, apa lagi ketika Ku telpon.
Aku juga sempat mengiriminya email, namun juga tak direspon. Mengapa di masa
menuju pinangan, ujian makin berat. Memang Aku lebih sibuk dengan pekerjaanku.
Apakah Dia telah berpaling. Dalam hatiku, Aku yakin Dia tetap setia. Mungkin
Dia sedang sibuk. Terakhir kabar yang Ku dengar Dia sedang mengurus tesisnya.
Liburan tahun ini Ku putuskan pulang ke Bumi Mataram. Tempat di mana sejarah
hidupku mulai ditulis. Memang tak ada sambutan ramah. Sebab orang tuaku lebih
sibuk mengurusi perusahaannya. Katanya Time
is money. Dalam tradisi keluargaku memang seperti ini. Tak seperti keluarga
Jawa lainnya. Karena hal tersebut Aku tak ingin memakai gelar Raden Mas. Kini
nilai telah bergeser. Strata tak dinilai dari hubungan darah, tapi lebih utama
materi. Dan Aku juga belajar dari pamanku yang hanya mempertahankan
kebanggaannya hanya dari gelar darah birunya. Akhirnya ia mati sia-sia, karena
jatuh miskin. Aku tak mau mati konyol.
Kini dunia telah berubah,
sudah tak sepantasnya menganut nilai-nilai lama yang katrok alias ndeso. Aku
ini masyarakat modern, jadi untuk apa mementingkan kebangsawanan. Kini tuk jadi
priyayi tak perlu gelar, cukup menyogok dengan uang. Gelar priyayi dapat dengan
mudah Kita sandang. Aku hanya bisa tertawa dalam hati, ketika melihat
orang-orang konservatif mengenakan blangkon dan surjan. Dan bagiku wanita
berkonde tak lah cantik. Maka di hari pernikahanku, Aku hanya mau dengan gaya
modern. Sebenarnya Aku tak ingin pulang, tapi demi liburan murah, Aku pulang.
Maklum Ayahku adalah seorang businessman pariwisata dan ibuku pun menjadi
priyayi di dinas pariwisata. Jadi tak perlu repot-repot merogoh saku lebih
dalam. Aku telah berjanjian dengan Dia di Pojok Beteng Kulon. Namun dari tadi
Ku tunggu dia tak datang. Apakah ini liburanku yang paling memuakan. Mengapa
Dia tak segera menampakan batang hidungnya ? Namun demi Dia apa pun akan Ku
lakukan.
Aku rela menunggu di
warung kecil ini. Bagi orang sini warung makan seperti ini favorit. Dengan ciri
khas dua ceret besar, warung ini cukup ramai. Padahal warung ini tak lebih dari
los pedagang kaki lima. Sudah begitu menutupi trotoar dan memakan badan jalan.
Pembeli memarkir kendaraan seenaknya. Sebenarnya Aku tak mau duduk di sini. Tapi
mungkin ini dapat Ku manfaatkan sebagai pencitraan. Maklum sebulan lagi
pemilihan. Mungkin dengan Aku di sini, orang yang melihatku akan mengganggap
Aku merakyat. Karena jurus itu kini terbukti ampuh memenangkan proses politik
itu.
Setelah Aku menunggu dua jam
datanglah taksi. Seorang wanita menawan berseragam layaknya priyayi keluar dari
taksi. Tapi Dia agak direpotkan dengan berkas-berkas. Aku segera keluar dari
warung kecil ini. Dan sebenarnya Aku sudah tak tahan dengan asap rokok. Apa
mereka ingin bunuh diri dengan merokok. Lalu Ku hampiri Dia, Ku bantu dia
membawa berkas-berkasnya.
“
Mengapa Kau baru datang ?”
“
Maaf, tesisku benar-benar menyibukanku. Kapan Kau pulang.”
“
Kemarin sore. Oo rupanya hal itu. Pantas Kau juga tak pernah membalas emaiku.
Kan Aku sudah bilang tesis itu biar Aku yang buat. Kau tenang saja. masalah
seperti itu mudah bagiku.”
“
Aku tak ingin. Aku ingin membuatnya dengan jerih payahku sendiri. Aku tak ingin
mempermudah masalah intelektualitas.”
“
Kau memang wanita yang baik. Tak salah Aku memilihmu.”
“
Sebenarnya ada apa Kau menyuruh Aku kemari ?”
“
Aku hanya ingin mengajak Kau jalan-jalan. Kita sudah lama tak melakukannya.”
“
Kalau saat ini tidak bisa. Aku ada janji dengan Professor.”
“
Kau memang benar-benar sibuk ya ? bagaimana kalau besok ?
“
Masih belum bisa ? “
“
Kalau lusa ?”
Dia tak menjawab. Ketika
Dia melihat warung makan itu mulai sepi pelanggan, Dia justru meninggalkanku
bersama berkas-berkasnya. Mungkin Dia sudah lelah dan kelaparan. Akan Ku pancing
Dia agar mau. Akan Ku lakukan apa pun. Sebab Aku benar-benar rindu padanya. Dia
terlalu sibuk dengan pendidikannya, Aku pun terlalu sibuk dengan pekerjaanku
selama ini. Wanita itu awalnya dipilihkan oleh orang tuaku. Begitu melihatnya
dulu Aku langsung terpana. Kata orang tuaku Dia merupakan anak dari mendiang
sahabat orang tuaku. Ketika masih hidup orang tuanya pernah berpesan akan
menjodohkan anaknya dengan salah satu putra orang tuaku. Ternyata yang dia
pilih Aku. Bagiku itu adalah sebuah keberuntungan yang luar biasa. Dengan Dia,
Aku bisa melahirkan kembali orang-orang yang berjiwa intelektual dan
berpandangan progresif. Sudah saatnya golongan konservatif Ku singkirkan. Tak
akan ada lagi kekolotan. Ini sudah pilihanku, dan Dia setuju dengan idealismeku.
Kita memang satu tujuan.
Tak hanya melahirkan
keturunan, tapi akan Ku dirikan dinasti modern. Sudah saatnya berubah menjadi
masyarakat madani, masyarakat yang beradab dan berakhlak. Akan Ku singkirkan
semua klenik dan thaghut. Aku tak ingin generasi selanjutnya sesat. Aku tak ingin
patriarki terus berjalan. Bersama dia akan Ku ubah dunia menjadi lebih baik.
Liburan kali ini membuatku senang, bisa bertemu dengan Dia. Kerinduanku
terobati, sebentar lagi tak akan ada sesembahan di tempat yang dianggap wingit.
Tak akan ada lagi tradisionalisme, semuanya harus berubah. Akan Ku singkirkan
semua kepercayaan kolot. Hanya satu yang boleh menang, yaitu manusia modern.
“ Ah, Kau sudah selesai Ya ? Bagaimana sudah kenyang ?
Bagaimana jadinya lusa bisa ?
“ Baik lah setelah Ku pikir-pikir besok tak apa. Akan Ku
pending tesisiku demi hubungan Kita. Memang Kita akan kemana ?
“ Oo, Aku ingin jalan-jalan ke Candi Prambanan. Yang Ku
dengar candi selesai dipugar. Dan di malah hari Kita bisa menonton Ramayana
ballet.”
“ Apa ke Prambanan ? Aku tak mau !”
“ Mengapa tak mau, tempat itu cukup indah.”
“ Ada kepercayaan bahwa pasangan yang pergi bersama ke
sana menjadi tak langgeng. Aku khawatir itu akan terjadi pada Kita, setelah
Kita ke sana.”
“ Tenang saja, itu kan mitos. Itu tak lebih dari kisah
Roro Jonggrang.”
“ Jadi Kau ingin hubungan Kita tak langgeng ?”
“ Bukan, itu kan hanya kepercayaan belaka. Dan sampai
kini tak ada bukti otentik yang bisa menjelaskannya. Dan Kita tak patut percaya
seperti itu. Itu syirik, Aku hanya percaya pada Tuhan. Memang benar manusia itu
mikrokosmos, makrokosmos adalah kekuatan alam. Dan tak lain makrokosmos itu
adalah Tuhan, itu sendiri. Jadi untuk apa Kita khawatir.”
“ Itu tak sekadar mitologi, Aku meyakininya. Orang tuaku
saja ketika jadian tak berani ke sana. Keluargaku pun sangat mempercayainya.”
“ Sudah lah, Kita harus meninggalkan kepercayaan kolot
itu ! Mari kita mulai zaman baru.”
“ Jadi Kau anggap Aku kolot. Apa Kau benar-benar ingin
hubungan ini disudahi. Tatap mataku,
Kita sudah lama menjalan semua ini. Aku tak ingin mengakhirinya dengan
konyol.”
“ Baik, Kalau Kau tak mau Aku akan pergi dengan Yanti.”
“ Yanti, siapa dia ? beraninya kamu menyebut wanita lain
di hadapanku.”
“ Aduh, keceplosan. Tidak.......... tidak, Dia bukan
siapa-siapa ! Ayolah maafkan Aku. Mengapa Kau tak ingin ke sana. Ke tempat
seindah itu, warga asing saja takjub dengan keindahannya. Itu adalah karya
arsitektur yang indah.”
“ Rupanya Aku hanya buang-buang waktu denganmu. Kau
ternyata berani bermain hati. Lebih baik Ku selesaikan tesisku. Benar kata
Professor, hubungan antara laki-laki dan perempuan di luar nikah itu tak baik.
Zina kalau dalam agama. Lebih baik Aku pergi darimu. Ku sudahi semua ini.
Taksi......... taksi tolong antar Aku.”
“ Ja....... jangan pergi dulu. Aku membutuhkanmu dalam
hidupku. Aku hampa tanpamu. Maafkan Aku, bidadariku. Aku janji mengajak ke
tempat yang lebih romantis. Kau harus ingat janji Kita bersama tuk merubah
dunia.”
“ Dasar raja gombal, Aku sudah tak ingat janji itu. Bye....bye
!”
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
11.00
Sosialisasi Politik
“ Menuju Generasi Yang Cerdas dan
Konstruktif ”
Oleh Anggalih Bayu MUH Kamim
Proklamasi Kemerdekaan pada 17 agustus 1945 merupakan awal dari dimulainya pembangunan manusia
Indonesia. Dengan adanya proklamasi kita dapat menyatakan bahwa kita telah
terbebas dari belenggu penjajahan.
Namun benarkah kita telah merdeka ?
secara yuridis mungkin kita telah merdeka. Akan tetapi dari
aspek kehidupan yang lain bangsa kita masih terjajah. Meskipun penjajahan itu bersifat
laten namun dampak yang diakibatkannya sangat berbahaya. Setidaknya bangsa kita sampai saat ini masih
dijajah oleh tiga hal yaitu.
Yang pertama bangsa
kita masih dijajah oleh hawa nafsu yang
berlebihan. Banyak individu di
masyarakat kita lebih mengedepankan kepentingan
pribadinya dari pada kepentingan bangsa
dan negaranya. Akibatnya tumbuhlah perilaku hedonis di masyarakat kita. Mereka
lebih senang menikmati kesenangan duniawi daripada memperhatikan
bangsa dan negaranya. Contoh konkret dapat dilihat dari apa yang
terjadi di generasi muda masa kini. Generasi muda masa kini dengan bangganya
merokok di depan umum, dan tak mengganggap kebiasaan merokoknya sebagai suatu permasalahan. Padahal di
sekolah mereka selalu diajarkan akan bahaya dari rokok, namun demi alasan kepuasan dan
solidaritas kelompok mereka akhirnya tetap merokok. Alasan solidaritas sering disalahgunakan oleh generasi muda masa kini untuk berbuat menyimpang.
Solidaritas tidak seharusnya dijadikan alat sebagai pelindung dari kebiasaan jelek mereka.
Mereka seharusnya sadar bahwa apa yang
mereka lakukan itu salah, dan mulai memperbaiki diri mereka sendiri. Hal ini
diperparah dengan sikap acuh tak acuh dari
golongan tua yang cenderung
membiarkan para pemuda tetap merokok. Dengan demikian dapat
menyebabkan mental masyarakat
menjadi bobrok. Sehingga
terjadilah degradasi moral di dalam
masyarakat. Generasi muda yang
diharapkan sebagai calon penerus bangsa, malah justru tidak memiliki perhatian lagi terhadap bangsa dan negara. Kalau
bukan generasi muda, siapa lagi yang
akan meneruskan pembangunan bangsa ini.
Siapa lagi yang akan melanjutkan
perjuangan para pahlawan kalau bukan
generasi muda. Tentunya ini adalah suatu fenomena yang sangat memprihatinkan.
Hal kedua yang masih menjajah bangsa ini adalah
kebodohan. Tidak ada negara maju manapun di dunia ini
yang tidak memperhatikan pendidikan.
Karena sebelum mengejar akselerasi untuk memajukan negara,
mereka terlebih dahulu memperhatikan
tingkat pengetahuan warganya. Artinya
kemajuan suatu negara sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan warga negaranya.
Hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Indonesia. Generasi muda di Indonesia kurang begitu
mempedulikan pendidikan di sekolah. Mereka lebih senang bermain dengan teman, bermalas-malasan, dan
nonton tv di rumah. Bahkan negara Indonesia dicap sebagai negara yang
generasinya malas belajar. Hal ini
ditunjukan dengan tingkat minat baca di Indonesia yang sangat rendah,
bahkan merupakan negara dengan tingkat
minat baca terendah di seluruh Asia Pasifik. Hal ini mengisyaratkan generasi muda di Indonesia enggan belajar. Ini membuktikan bahwasanya rasa nasionalisme generasi muda telah
luntur. Diperparah lagi dengan
terjadinya globalisasi yang menyebabkan masuknya game online ke Indonesia.
Dengan semakin berkembangnya game online
menyebabkan generasi muda lebih senang bermain game online daripada
belajar. Seperti kebiasaan merokok,
mereka juga tak menyadari bahwa game online telah merusak mental dan moral
mereka. Bahkan karena terlalu seringnya
bermain game online menyebabkan mereka
menjadi ketagihan. Akhirnya mereka
menghambur-hamburkan uang orang tua hanya untuk bermain game online. Dan ada
juga diantara mereka yang mengambil uang
milik orang tuanya secara diam-diam. Sehingga secara tidak langsung mereka
telah memeras orang tua mereka sendiri.
Tentunya hal ini dapat mendidik anak
untuk berbuat kejahatan.
Contohnya mencuri barang milik orang lain hanya untuk ongkos bermain game
online. Selain itu game online
dapat merubah anak menjadi liar,tak
terkendali, dan sering berkata-kata tidak senonoh. Hal ini terjadi karena
adanya adegan- adegan kekerasan dalam game online. Dengan mental anak yang sudah tak terkendali menyebabkan mereka menjadi emosional, dan
sering terlibat dalam tawuran. Belum
lagi ketika bermain game online mereka
sering bertemu dengan para begundal. Karena terlalu sering bertemu menyebabkan mereka terjebak ke dalam jurang kegelapan. Yaitu diawali dengan ikut merokok, masuk geng,
minum-minuman keras, dan diakhiri dengan narkoba. Tampaknya mereka lebih senang bergaul dengan para begundal daripada belajar. Sehingga menyebabkan timbulnya
keinginan untuk membolos saat
mereka sekolah. Tampaknya game online
merupakan bentuk baru dari pembodohan publik dengan cara merusak generasi
mudanya. Maka marilah mulai saat
ini kita jauhi yang namanya game online.
Hal lain yang menyebabkan
generasi muda terjebak ke dalam
jurang kegelapan pergaulan adalah karena mereka
kurang memfilter diri dalam
bergaul. Mereka asal mencari banyak teman, yang penting di dalam pergaulan itu
mereka dihargai. Ini tak seharusnya dilakukan. Kita dalam bergaul harus bisa
membedakan mana teman yang baik dan akan membawa kita kepada
kemajuan serta mana teman yang dapat menjerumuskan kita ke dalam pergaulan
bebas. Pergaulan bebas merupakan sesuatu
yang sangat berbahaya dan harus dihindari oleh tiap individu. Kita tidak perlu bergaul dengan para anggota
geng. Karena geng adalah salah satu penyakit masyarakat. Para anggota geng
dapat meracuni generasi muda untuk
mengajak mereka menjadi masyarakat yang beringas, tidak manusiawi, dan
kejam. Geng tak seharusnya dipelihara di
dalam suatu masyarakat, karena geng merupakan hama dan menjadi aib dari
masyarakat. Mengapa geng dapat dikatakan
sebagai aib masyarakat? Kita dapat belajar dari apa yang terjadi di kampung
Ambon di Jakarta. Awalnya kampung tersebut adalah kampung yang aman. Namun
pasca berdirinya gangster, dan para
anggota geng mengganggu ketertiban
masyarakat. Menyebabkan Kampung Ambon
dicap sebagai daerah berbahaya
dan tak layak huni. Maka yang namanya geng haruslah dimusnahkan dari muka bumi.
Dan para anggota geng seharusnya sadar bahwa yang mereka lakukan itu salah.
Tetapi jika tidak ada jalan lain masyarakat sebagai mayoritas harus bisa menekan dan
membasmi geng. Pemerintah harus bisa menangkap para pemimpin
geng, sedang anggota geng yang hanya sebagai anak buah dialihkan perhatiannya
dengan memberikan mereka ketrampilan dan
kewirausahaan. Kebodohan
merupakan musuh utama berlangsungnya
pembangunan. Maka oleh sebab itu,
pelayanan pendidikan harus ditingkatkan.
Dan generasi muda seharusnya sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang besar terhadap bangsa
Indonesia.
Hal ketiga yang masih
menjajah Indonesia adalah
rusaknya moral bangsa dan
mulai lunturnya rasa nasionalisme
generasi muda. Generasi muda saat ini
lebih mencintai budaya negara lain daripada mencintai budaya dalam negeri. Hal ini dapat dibuktikan dengan
beberapa hal. Yang pertama adalah dengan
adanya demam korea, dimana generasi muda
lebih mencintai musik-musik bergaya k-pop ala korea. Budaya ini sebenarnya
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Karena sering kali dalam
penampilannya para bintang korea berpenampilan secara vulgar. Yang sampai
membuat para penonton dari Indonesia
berteriak histeris. Ini menyebabkan mereka lebih mencintai
kebudayaan Korea daripada kebudayaan asli Indonesia. Saat mereka
melihat budaya Indonesia mereka
bosan. Tetapi jika yang ditampilkan budaya Korea, dan artisnya pun dari Korea.
Mereka akan berteriak histeris. Hal kedua
dapat dilihat dari menurunnya minat generasi muda dalam mempelajari
sejarah bangsanya. Generasi muda saat ini sudah melupakan sejarah bangsanya,
yang menyebabkan rasa nasionalisme
mereka menurun. Padahal sejarah bangsa adalah pengalaman berharga yang tak ada
duanya. Dan merupakan sarana edukasi
yang bermanfaat. Sejarah dapat digunakan juga dalam memperlancar proses pembangunan. Melalui belajar sejarah kita dapat menghindari segala keselahan yang terjadi di
masa lalu. Namun realitas yang ada saat ini sangat mengkhawatirkan.
Bahkan para pemuda saat ini tidak mengetahui proses
perjuangan menuju Indonesia merdeka.
Mereka tidak berminat untuk mengisi
kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dari
keengganan mereka untuk tekun
belajar dan mengabdi pada bangsa dan negara. Untuk itu marilah
mulai saat ini kita bangun bersama negeri kita tercinta ini. Hidup di dunia tak
sekedar untuk mencari kekayaan,kemewahan,
dan pangkat. Hidup juga tak sebatas
membina keluarga. Tetapi kita sebagai manusia
Indonesia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar yaitu
mengabdi pada bangsa dan negara.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
10.57
Menjanda di Masa Duda
Oleh Anggalih Bayu Muh Kamim
Matanya kini memerah.
Giginya yang dulu berkilau kini sirna. Senyum manis berubah jadi tatapan sinis.
Sebenarnya Dia bukan orang sadis. Mungkin orang sering salah persepsi
terhadapnya. Sejak tragedi itu, semuanya berubah. Bininya pulang ke kampung,
anaknya pergi entah kemana. Warga tak
lagi peduli terhadap Dia. Padahal Dia adalah lulusan terbaik Akpol, namun entah
mengapa sejak lulus dari Cebongan dia diintimidasi. Dia memang bukan psikopat,
namun mengapa orang kini tak memperhatikannya. Tapi Dia masih beruntung punya
pekerjaan kecil-kecilan sebagai pemborong. Hanya Aku yang peduli padanya.
Setiap hari Aku berbagi rokok dan makanan- minuman. Memang sejak tragedi itu
tak pernah ada kata terima kasih darinya. Namun Aku tetap tegar menghadapinya.
Dirinya kini bak sapi ompong. Sepertinya mimpinya telah pudar.
Dari kabar yang Ku dengar
Ia melakukan itu semua dengan harapan naik pangkat sebagai Iptu, namun apa daya
berkat keinginannya Ia justru turun strata. Kini kerjaannya hanya melamun di
bawah pohon jambu depan rumahku. Meski sering disindir oleh ibu-ibu yang suka
ngegosip sambil membeli sayur, ia tak memberi refleks sedikitpun. Apakah Dia
orang yang tegar. Aku selalu iba kepadanya. Meski orang lain mengingatkan
kepadaku agar hati-hati dengannya. Siapa tahu tragedi itu bisa terulang. Yang
Ku tahu terakhir kali anaknya pernah meminta di sekolah kan sampai sarjana.
Namun apa daya karena alasan ekonomi, Ia tak menyanggupinya. Padahal Aku tahu
dia mampu, namun karena lebih mementingkan kenaikan pangkat Dia simpan uangnya.
Karena itu anaknya hanya sekolah sampai S3, SD-SMP-SMA. Sungguh malang nasib
anaknya. Bahkan yang Ku dengar kini anaknya menjadi tuna wisma. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga nasib apa
lagi yang akan mendatanginya ? memang segala sesuatu harus Jer Basuki Mawa Bea, tapi mengapa untuk kenaikan pangkat saja harus
keluar uang.
Mengapa yang dinilai
materi, harusnya yang didahulukan adalah skill dan hasil kerjanya. Dan yang Ku
dengar ketika dia masuk Akpol dulu dia harus membayar lima puluh juta. Alasan
pihak Akpol untuk uang gedung katanya. Padahal itu sekolah kedinasan, harusnya
ditanggung negara. Dan lagi pula sebagian besar uang negara berasal dari pajak,
artinya uang negara sama dengan uang rakyat. Dan yang Ku tahu dari informasi
masuk Akpol itu gratis. Sudah masuk bayar, kerja harus bayar pula. Seharusnya
kan kerja yang dibayar. Dia yang Ku tahu butuh 250 juta untuk kenaikan pangkat.
Dan katanya Dia sudah memiliki 238 juta saat itu, namun karena saat itu tanggal
tua dia tak punya pemasukan untuk memenuhi sisanya. Istrinya yang hanya menjadi
penjual gado-gado tak cukup memenuhi kebutuhan itu. Akhirnya terjadilah tragedi
itu. Untuk mengobati rasa penasaranku, Ku dekati dia.
“
Selamat siang Fredy, bagaimana sudah lebih baik ?”
“
Masih belum, Aku sebenarnya menyimpan dendam pada ibu-ibu yang suka ngegosipin
Aku itu.”
“
Sudah bersabarlah Badai Pasti Berlalu.”
“
Semoga saja, namun Bebek Pergi Berganti
Harimau. Mengapa mereka tak bunuh sekalian Aku. Aku sudah tak tahan rasanya
hidupku tinggal di ujung tanduk. Karena tragedi itu, hidup kini bak Segitiga terbalik. Sudah hilang semua gegayuhan-ku.”
“
Tenang kan pikiran mu. Boleh kah Aku bertanya ?”
“
Tentu boleh Kau satu-satunya shohibku kini. Katakanlah uneg-unegmu.”
“
Mengapa Kau mencuri motor ?”
“
Karena Aku tidak bisa setir mobil, jadi Aku mencuri motor.”
“
Jangan membuatku marah. Aku bertanya serius. Jawab dengan detail mengapa Kau
mencuri motor.”
“
Awalnya yang ingin Ku curi hanya knalpotnya saja. Karena yang Ku dengar knalpot
motor itu cukup mahal. Jadi Aku coba congkel, ternyata tidak bisa. Jadi
sekalian Aku bawa motornya.”
“
Dasar Kau ini, sudah dikasihani malah
maido. Sudah cukup untuk hari ini. Dasar pemabuk.”
Lalu Ku tinggalkan dia
seorang. Aku kecewa dengan jawabannya. Aku tahu dia berniat menghibur, namun
saatnya tidak tepat. Dan Aku tahu dia baru saja meminum pil koplo, jadinya agak
nglantur. Aku ingin menangis, tapi
amarahku menahannya. Ku dekati pedagang sayur tempat ibu-ibu biasa ngegosip.
Mungkin Dia tahu suatu kebenaran. Dan yang Ku tahu dia orang baik. Jadi Ku coba
mengkorek informasi darinya.
“ Permisi, Pak. Kau kenal Fredy ?”
“ Orang sinting itu ? tentu saja Aku tahu setiap hari
kerjaannya ganggu bini orang semenjak tragedi itu.”
“ Apakah anda tahu dulu dia sebenarnya adalah seorang
anggota brimob.”
“ Orang seperti itu anggota brimob. Tidak mungkin
wajahnya saja tak meyakinkan. Mana ada anggota brimob curi motor. Kalau memang
dia anggota brimob dia lebih dari gadungan. Berarti dia itu polisi gadulan. Kalau lihat saja giginya
ngeri..... hi...... Kalau dia anggota brimob, dia telah mencoreng citra
kepolisian negeri ini. Jadi dia sudah melakukan suatu dosa besar.”
“ Tapi masih ada sisi positif darinya dia memiliki rasa
iba yang tinggi.”
“ Memang betul katamu. Aku sering lihat Dia memberi uang
pada pengemis. Bahkan pernah Aku menemuinya membantu pemulung mencari
rongsokan. Memang Ada Putih di Balik
Hitam. Aku tahu semua orang punya itu.”
“ Memang masyarakat sering salah kaprah memandang
residivis. Menjadi residivis belum menjamin kalau dia orang sadis. Meski sering
Ku lihat di layar kaca banyak residivis yang tertangkap kembali. Hotel prodeo
seakan-akan bukan tempat hukuman, tapi justru menjadi sekolah ilmu kejahatan.
Tapi Fredy lain daripada yang lain. Dia aparat hukum yang terjerat oleh sistem
yang korup. Tak seharusnya Fredy yang menjadi korban, masyarakat salah kaprah,
semua salah. Kalau kata Lemert ini adalah Labelling,
begitu ada orang bertindak salah akan dicap terus dengan kesalahannya. Akhirnya
menjadi salah semua.”
“ Tapi memang betul katamu, tapi apa daya Kita ini hanya
curut. Kita tak akan bisa melawan ber- uang. Hari ini saja Aku mengeluhkan
harga sayur yang mahal. Memang kualitasnya bagus, tapi harganya mencekik. Sudah
begitu semua impor. Padahal pembeli lebi suka produk dalam negeri. Aku
menangis, petani pun menangis.”
“ Sudah, kenyataan hidup memang menyakitkan. Maklum ‘
sebentar lagi kiamat’.”
“ Sudah, Kau ini ingin beli sayurku. Atau ingin menjadi
reporter infotaiment. Lebih baik Aku mencari ibu-ibu pecinta infotaiment, tapi
memberiku uang. Daripada Kau yang mengorek-orek berita tak jelas.”
Pedagang sayur itu
meninggalkanku begitu saja. Namun rasa penasaranku belum terjawab. Aku ingin
tahu lebih banyak tentang Fredy. Tak berapa lama datanglah, Bu Rina. Yang Ku
tahu dia adalah bandar gosip di sini. Aku terpancing untuk menanyainya. Namun
Aku harus hati-hati, karena yang Ku dengar suami Bu Rina galak orangnya. Begitu
Aku akan mendekati Bu Rina, pedagang sayur itu kembali lagi hendak menghampiri
Bu Rina. Maklum dia langganan setia. Lalu Ku dekati Bu Rina, tapi si Pedagang
sayur terlebih dahulu membisikan sesuatu pada Bu Rina. Dengan kesal, Ku lempar
wortel kepadanya. Setelah itu Dia tak berani lagi berbisik pada Bu Rina. Aku
mencoba memulai pembicaraan. Tapi sepertinya Bu Rina sudah siap. Dia menjadi
seperti narasumber yang siap menjawab pertanyaan wartawan. Mungkin Pedagang
sayur telah membisikan hal yang ingin Ku tahu.
“ Apa Kau ingin bertanya tentang Fredy ?, Bambang oh.....
Bambang, Kau tak perlu menghiraukan Dia. Kini Dia tak berarti apa pun untukku.
Kini Aku telah memiliki lelaki yang lebih baik.
“ Apa maksudmu ? Aku sama sekali tidak mengerti.”
“ Akan Ku buka sedikit aibku. Namun Kau harus jaga
rahasia ini baik-baik. Atau Kau akan bernasib sama seperti Fredy. Sejujurnya
dulu ketika Fredy masih di Akpol, Aku adalah kekasihnya. Aku begitu terpukau
dengan kelihaiannya. Dan Dia pun suka dengan kemolekan tubuhku. Aku dan Dia sempat
jalan sampai 5 tahun. Dan ketika Fredy sudah menikah pun Aku tetap menjadi
kekasih gelapnya.”
“ Lalu mengapa semua tragedi itu bisa terjadi ?”
“ Dengarkanlah Aku dulu, jangan potong pembicaraanku !”
“ Baik lah lanjutkan ceritamu.”
“ Setelah begitu lama, Aku ingin agar Fredy menjadikanku
istrinya. Namun baginya itu tidak mungkin. Semenjak itu Fredy mulai
meninggalkan Aku. Aku tak akan tinggal diam melihat hatiku dicabik-cabik. Aku
tak mau harga diriku tergadai. Akhirnya Aku menuntut balas. Aku mengaku di
hadapan istri Fredy bahwa Aku adalah kekasih gelap Fredy. Mulai lah timbul
perpecahan dalam keluarga Fredy. Aku senang rencanaku berhasil. Mungkin karena
tidak tahan Fredy sampai memukuli istrinya. Karena hal tersebut istrinya
menuntut cerai dan ganti rugi.”
“ Lalu apa hubungannya dengan pencurian motor yang
dilakukan Fredy ?”
“ Itu tak lepas dari inisiatifku. Aku tak ingin Fredy
hancur karena perilaku orang lain. Ini adalah balas dendamku. Untuk menghindari
tuntutan-tuntutan hukum istrinya, Ku sarankan Fredy menutupinya dengan kasus
lain sehingga tuntutan itu tak akan tercapai, karena Fredy tertimpa masalah
hukum lain. Tak perlu masalah yang berat cukup sekedar pencurian motor. Meski
diganjar 9 bulan, cara itu terbukti ampuh menyelamatkan Fredy dari tuntutan
istrinya. Namun sekali lagi Aku tak akan membiarkannya hidup senang. Setelah
bebas dari penjara Aku hasut penduduk kampung, sehingga ketika Dia datang Dia
hanya mendapat ejekan dan hinaan. Dan hal itu lah yang membuatnya kini agak
tidak waras. Dan Aku senang rencanaku berhasil.”
“ Bukannya Fredy mencuri motor untuk bayar kenaikan
pangkat ?”
“ Oo, alasan itu ! Itu hanyalah siasatku untuk menghasut.
Sudah... Aku ingin pulang, Aku ingin masak untuk suamiku tercinta.”
Tak Ku sangka penyebab
semua hal ini adalah Bandar gosip ini. Malang sekali nasib si Fredy, sudah
menjadi duda kalang kabut pula. Namun apa daya semua telah terlambat si Bandar
gosip telah menang. Nasi telah menjadi
bubur, Aku pun tak berdaya. Dan meskipun Aku mencoba menyakinkan warga
lain, mereka tak akan percaya. Lidah si Bandar gosip lebih lihai. Mungkin benar
sebentar lagi “Kiamat”.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
10.17
Bisma, Jr
Oleh : Anggalih Bayu Muh Kamim
Jedor........... suara
yang terdengar dari tepian rumah. Banyak yang masih terlelap, namun suara itu
seperti tak asing. Terdengar beberapa mobil mengegas dengan keras. Sampai Ku
terjatuh dari lelapku. Malam itu Ku tak tahu apa yang terjadi. Apakah itu hanya
senandung mimpi yang membangunkanku, atau hal lain ? Ku tengok kanan- kiri
ternyata aman. Ku lihat di ruang tamu tak ada apa-apa. Lalu Ku bukalah jendela
kamarku, untuk memastikan situasi. Jedor......... suara itu berbunyi lagi, tak
salah ternyata tepat suara itu dari dalem Mr. Paul. Tanpa pikir panjang Ku
lompat dari jendela, dan tak sengaja Ku senggol gelas yang ada di dekat
jendela. Pyar.......... pecahan gelas terdengar keras. Tak Ku sangka pecahan
gelas itu mengusik orang. Ku dengar langkah orang menuju ke arahku, Ku segera
berlari ke arah sumur tua di dekat rumahku. Dua orang asing mendekat dan
memastikan situasi dari dekat pohon perdu milik Mr. Paul. Di rasa aman kedua
orang itu kembali ke arah dalem Mr. Paul. Lalu Ku dekati dalem Mr. Paul, entah
apa yang terjadi jendela kamar Mr. Paul terbuka. Lalu Ku intip apa yang terjadi
di dalam,” Ya, Tuhan!”. Kekagetanku menyebabkan dua orang tadi datang ke
arahku, aku segera lari ke belakang.
Tiba-tiba detak jantungku
berdenyut keras, keringat dingin bercucuran, hampir saja asmaku kambuh. Kedua
orang itu rupanya mengetahui persembunyianku, aku ingin lari namun kakiku bak
tertanam di tanah. Mereka semakin mendekat, Ku mencoba lari, namun justru batu
yang mencegatku. Akhirnya Aku tertangkap basah. Kedua orang itu menangkapku dan
memborgol tanganku, salah satu dari mereka mengeluarkan pistol jenis revolver.
“
Ampun, Pak. Jangan bunuh saya, saya belum kawin.”
“
Persetan dengan Mu, ayo ikut kami ke markas.”
“
Ke markas ? Maksud Bapak ?”
“
Anda kami tahan ?”
“
Apa salah saya, Pak. Anda ini siapa sebenarnya ?”
“
Sudah salah tanya. Kamu tak lihat ada lambang bhyangkara di saku bajuku. Dasar
jagal tak tau diuntung.”
“
Tunggu, dulu Bapak salah paham. Saya ini tetangga Mr. Paul, saya keluar rumah
dari jendela saking paniknya, Pak.”
Tak berapa lama datanglah
Pak RW dengan Hansip. Beruntung berkat mereka Aku terselamatkan. Namun Ku maki
habis-habisan mereka, karena Aku tahu si Hansip kerjanya hanya tidur di pos
ronda. Dan si Rw juga mungkin lebih suka main dengan istri mudanya, pikirku.
Benar-benar korup pejabat saat ini. Ku tinggalkan mereka, kakiku sudah
terlanjur sakit karena terpleset terkena batu. Ku segera kembali ke rumah,
lewat jendela kamar tentunya. Dalam hati Aku merasa jengkel atas yang terjadi
malam ini, rasanya ingin Ku puntir kepala si RW dan Hansip. Setahun sudah Aku
tinggal di kampung ini. Aku tahu kampung ini aman. Aku tahu penduduk kampung
ini kaya raya. Tapi hidup di sini sama seperti di belantara. Apa lagi tiap pagi
di depan rumah ibu-ibu suka ngegosip sambil membeli sayur, itu yang paling Ku
benci. Di kampung ini hanya keluarga Mr. Paul saja yang sesuai dengan
idealismeku. Keluarga yang satu ini berbeda, keluarga ini sangat intelektualis
namun tak takabur seperti yang lain. Aku lebih sering mampir ke keluarga ini,
dengan mengharap ikut “ Ketiban Kabegjan
“. Maklum Mr. Paul adalah lulusan sebuah universitas terkenal di Eropa. Namun
entah kenapa penduduk kampung ini, justru tidak pernah srawung ke dalemnya.
Mungkin mereka memendam dengki. Yang Ku tahu hanya si RW korup dan Hansip
pemalas yang suka main ke dalem Mr. Paul. Saat Ku tanya mereka senang main ke “
Orang pintar “. Apa lagi yang Ku dengar dari ibu-ibu yang ngegosip si RW bisa
dapat istri mudanya setelah dapat hibah dari Mr. Paul. Ku memang tak iri pada
si RW, namun bagiku citra si RW tak lebih dari seorang penjilat. Aku memang tak pernah meminta sepenser pun
uang dari keluarga Eropa ini. Meski orang Eropa ia sangat paham masalah adat
Jawa, maklum Mr. Paul masih punya darah abdi dalem kraton.
Suatu waktu pernah Ku
lihat Hansip datang ke dalem Mr. Paul dengan membawa dupa, bunga kamboja, dan
semacam Anglo serta arang. Aku tak
tahu apakah mereka akan berpesta sate, atau ingin berbuat lain. Namun Aku tak
akan berburuk sangka pada keluarga sebaik keluarga Mr. Paul. Aku juga tahu
setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, di dalem Mr. Paul selalu terdengar
gending-gending jawa. Tak tanggung-tanggung Mr. Paul juga mengundang penari-penari
cantik dari seantero Mataram. Kata ibu-ibu yang suka ngegosip itu merupakan
ritual sesat, bahkan ada yang berkata Mr. Paul melakukan pesugihan. Namun semua
kabar miring itu segera Aku tebas.
Setelah sekian lama
berangan-angan tak terasa telah keluar darah dari luka kakiku yang tersandung
batu. Lalu Ku ambil kapas dan betadine untuk mengobatinya. Karena begitu
sakitnya sampai keluar air mata. Ketika keluar air mata dari mataku, Aku
teringat pada apa yang ku lihat tadi di kamar Mr.Paul. Ku Lihat Mr. Paul
tergeletak terbujur kaku di lantai, matanya berkunang-kunang, namun terus
terbuka dan melotot, mulutnya terbuka seperti orang ketakutan. Tapi yang Ku
lihat di tangan Mr. Paul ada pistol. Namun di sebelah pintu kamar Mr. Paul
terdapat benda seperti peti jenazah. Aku pun bertanya-tanya apa yang sedang
terjadi. Jedor.......... Jedor.......... terdengar lagi suara tembakan. Ku
lempar betadine dan kapas seketika, Aku pun lompat lagi keluar jendela.
Lagi-lagi menyenggol gelas. Gelas ku pecah lagi. Jadi sudah pecah dua gelas.
Dan nasib sial mengenai kakiku yang kiri yang tidak terluka, pecahan gelas
mengenai kaki kiriku. Karena kedua kakiku terluka, Aku berjalan dengan
terseok-seok. Jedor...... Jedor suara tembakan lagi. Aku segera tiarap ke
tanah. Tapi Ku lihat polisi justru akan pergi dari dalem Mr. Paul sambil
menembaki sesuatu. Setelah kondusif Aku pun bangun. Ku dekati dalem Mr. Paul.
Di dekat sumur tua tergeletak si Hansip yang hampir sekarat. Di lehernya
terdapat luka seperti gigitan sesuatu.
“
Ada apa ? Mengapa kamu seperti ini.”
“
Ada Alucard. Dracula Alu...........”
Tak berapa lama si Hansip
menghembuskan nafas terakhirnya. Bulu kudukku pun menjadi merinding. Aku pun
segera lari kembali ke rumah meski dengan kesakitan. Aku masuk lagi ke dalam
rumahku melalui jendela kamarku, lagi. Lalu Ku tutup jendela itu dan Aku ingin
segera bergegas ke ranjang. Pyar........ Vas bunga pemberian tunanganku pecah,
“Kalau begini pecah tiga kali”. Ku ambil selimut dan Ku gunakan untuk menutupi
tubuhku.
Anak hari telah
menampakan batang hidungnya, tak terasa Ku terlelap dalam ketakutan. Saat itu
Ku lihat dari jendela kamar dua ambulans datang ke dalem Mr.Paul, namun tak Ku
lihat satu pun mobil polisi. Tiba-tiba pintu rumahku di ketok oleh seseorang.
“ Assalamualikum........”
“ Aduh, Walaikum salam.
Kalau ketok pintu lihat-lihat dong W “.
“ Maaf, tapi kenapa kau
panggil Aku W.”
“ Kan RW, masak Aku
panggil R. Kan gak enak, W aja lah enaknya.”
“ Terserah, ada kabar
buruk. Alucard sedang memburu Kita. Dia sudah mengigit si Hansip. Dokter yang
datang tak percaya dengan omonganku.”
“ Maksudmu Drakula yang
mengigit Hansip semalam ?”
“ Betul, dan mangsa
berikutnya adalah Kita.”
“ Memang mengapa Alucard
mencari Kita, siapa dia ?”
“ Kau tak tahu dia itu
peliharaan Mr. Paul, dia lepas setelah upacara bulan purnama semalam.”
“ Upacara bulan purnama,
apa maksudmu ? “
“ Aku tahu ini semua
terjadi karena Kau, ini semua karena sumpahmu.”
“ Salahku ? sumpah apa?
Aku tak mengerti maksudmu.”
“ Ku dengar Kau pernah
bersumpah di hadapan Mr.Paul mengenai tunanganmu itu.”
Aku mencoba mengingat
sumpah yang dimaksud si RW. Aku lalu
bertanya-tanya dalam diriku apakah Aku pernah bersumpah di hadapan Mr. Paul.
Tak berapa lama, Aku ingat sumpah itu. Aku ingat bersumpah di hadapan Mr.Paul
akan menikahi tunanganku Bulan 2. Dan Aku berjanji akan menyingkirkan segala
hambatan dan tantangan yang akan mengagalkan rencana Ku ini. Yang Ku ingat
ketika Aku mengucap sumpah itu, Mr. Paul senang mendengarnya. Bahkan dia siap
membantu dengan segala daya dan upaya.
“ Ya, Aku ingat sekarang.
Aku bersumpah akan menikahi tunanganku Bulan 2.”
“ Kau, sudang hilang akal
rupanya! “
“ Apa maksudmu ? memaki
Aku seperti itu.”
“ Kau ini bagaimana ?
Mana mungkin bulan yang setiap hari mengelilingi bumi itu akan menjadi dua.
Kamu pikir bulan itu amoeba atau paramecium. Harusnya kau berpikir mana
mungkin angan-anganmu itu kan tercapai. Mr.Paul pernah bercerita padaku bahwa
Kau sebenarnya tak ingin menikahi tunanganmu itu, Kan. Ia sedih Kau bertindak
seperti itu. Setiap datang bulan purnama. Ia menyiapkan segalanya demi
mengharap bulan terbelah menjadi dua. Upacara digelar, jutaan uang disiapkan
untuk sesembahan hanya demi melihat Kau senang. Kini dia mengorbankan nyawanya
demi Kau. Kau harusnya sadar !”
“ Jadi, semua ini terjadi
karena kesalahpahaman. Maksudku Aku akan menikahi tunanganku pada Bulan 2,
bulan Februari tahun depan jadi ini miskomunikasi. Tapi Aku masih bingung apa
maksudmu dengan upacara, sesembahan itu ?”
“ Jadi kau selama ini
tidak tahu bahwa Mr. Paul itu orang
pintar.”
“ Tentu Aku tahu, dia kan
memiliki gelar Doktor Honoris Causa.
Jadi mana mungkin Aku meragukan keenceran otaknya.”
“ Dia lebih dari itu. Dia
itu adalah Paratidaknormal.”
“ Maksudmu........... Mr.
Paul itu biang klenik.”
Lalu Ku tutup pintu
rumahku karena lama-lama Aku jengkel dengan si RW. Dalam hati Aku
bertanya-tanya harus kah Aku percaya dengan perkataannya. Aku jadi bimbang, apa
lagi setelah mengingat sumpahku itu. Hari pernikahan semakin dekat. Namun orang
yang paling Ku percaya kini telah tiada. Tak Ku sangka kata-kata Ibu-ibu tukang
gosip itu ada benarnya. Mungkinkah ini karma ? atau ini sebuah petunjuk Aku
tidak akan memenuhi sumpahku itu.
Aku kembali ke kamarku.
Ku lihat ke arah meja di samping ranjangku, benda yang terpenting dalam hidupku
tak ada. Ku cari di ranjangku tak ada. Ku cari di bawah juga tak ada. Aku
teringat benda itu Ku letakkan di samping gelas di dekat jendela semalam.
Maklum Aku belum bisa tidur sebelum memainkan benda itu. Setelah Ku lihat juga
tidak ada. Ku cari di luar jendela juga tidak ada. Pupus sudah harapanku,
sumpahku tak akan tercapai. Aku bertanya apakah mungkin cincin pernikahanku
hilang diambil Alucard. Sial...... ini semua karena Bulan 2.
►Diposting oleh
:Unknown
:
di
10.15
Langganan:
Postingan (Atom)